Selasa, 24 Mei 2016

THREE EVENT EXCITING TO ME



 My Friend

Sejak Jumat, Sabtu-Minggu dan Senin kemarin, aku mengikuti tiga event yang berbeda sekaligus. Dimana Jumat, tanggal 20 Mei yang merupakan hari Kebangkitan Nasional Bangsa Indonesia. Pada Event tersebut, sebagai pembicara yang menyampaikan ide gagasan “The Revivalist of Young People” adalah Ps. Kong Hee dari Singapura (City Harvest Church). Disertai juga dengan kesaksian Nafa Urbach artis asal Jakarta. Adapun pesan Ps. Kong Hee adalah untuk menemukan Firman Tuhan sekecil apapun itu, perkatakan, serta imani maka hal itupun akan terjadi dalam hidup kita. Dia juga mengatakan supaya kita untuk tidak mempercayai penglihatan, pemikiran dan perasaan kita, tetapi cukup hanya dengan mempercayai firman Tuhan. Sebab penglihatan, pemikiran dan perasaan kita bisa salah, tetapi firman Tuhan tidak akan pernah salah.  

Dia juga mengilustrasikannya dengan seorang pilot yang harus membaca dan mengerti semua instrument-instrument petunjuk dalam pesawat ketika dia akan membawa pesawat tersebut. Jika tidak maka pastilah pesawat yang dibawa itu bisa hancur berkeping-keping karena mengabaikan seluruh petunjuk yang sudah diberikan. Jika mengenderai pesawat, kita menggunakan perasaan maka niscaya, pesawat yang kita bawa itu juga pasti akan gagal terbang. Jadi instrument-instrumen yang ada dalam pesawat itu sama dengan Alkitab yang berisi firman Tuhan. Kita harus berusaha untuk membaca dan mengerti firman Tuhan itu.

Ada hal yang menarik, yang kualami ketika mengikuti event tersebut. Ketika aku hendak keluar untuk menolong rekan-rekan yang tidak dapat masuk karena ketiadaan tiket masuk, ternyata aku ketemu dengan Ps. Kong hee yang akan baru masuk ke dalam ruangan, dan aku menyempatkan diri untuk menyapa dan menyalam beliau. Sungguh kejadian yang tidak terduga, sebab aku mengenali wajah sang pastor tersebut sebelumnya. Menolong orang dengan memberikan tiket masuk kepada orang-orang yang tidak masuk juga merupakan suatu kebahagiaan tersendiri. Dan memang benar yang dikatakan adalah lebih baik memberi daripada menerima. Sebab dengan memberi kita bisa merasakan ucapan-ucapan syukur yang akan kita rasakan.


Acara Interaksi UKMKP UP-FBS
Tepat di hari Sabtu dan Minggu, tanggal 21 dan 22 May aku mengikuti acara Interaksi, yang diselenggarakan oleh UKMKP UP-FBS. Aku sangat senang bisa ketemu dengan banyak alumni, rekan-rekan sepelayanan dulu, bahkan ketemu dengan mahasiswa-mahasiswa baru almamaterku dulu. Aku bisa sharing dengan mereka dan saling memperlangkapi satu dengan yang lain. Meskipun aku tidak bisa menginap dikarenakan kondisi keluargaku yang belum bisa kutinggalkan juga, tapi aku bisa menikmati seluruh rangkaian acara kegiatan yang dikerjakan. 
My Cell Group

Aku bersyukur, ketika dana kontribusi yang diminta panitia, bisa dibayarin oleh pihak yayasan dimana  aku melayani. Dengan mengemban suatu misi, untuk bisa memperkenalkan PESAT, terkhusus program Sarjana Pembaharu Desa (SPD) kepada seluruh peserta. Meskipun aku tidak maksimal dalam menghimpun data-data seluruh peserta, tapi aku merasa puas, bisa memberikan motivasi-motivasi dalam pelayanan bagi adek-adek disana. 

 Lagi Bergaya di Simarjarunjung

Acara Perpisahan dengan Anakku di SD Masehi
Dan acara perpisahan ini merupakan acara ketiga yang kuikuti. Sungguh suatu perpisahan yang mengharukan ketika kami beracara di Simarjarunjung. Anak-anak bernyanyi dan memberikan kata-kata perpisahan kepada kami, guru-guru dan orangtua juga memberikan kata-kata perpisahan kepada kami serta nasehat-nasehat yang diberikan. Aku bisa mengiringi dengan bermain gitar ketika mereka akan menyanyikan dua lagu sekaligus, Lagu Hymne Guru dan  Lagu Trima Kasihku..Ku ucapkan…, menambah suasana khusuk dan bisa mendapatkan feel nya lagu itu.

Lagi acara Perpisahan


Rute perjalanan kami, yang kami awali dengan berangkat di pagi-pagi benar jam 5 pagi, adalah Simarjarungjung, Pantai Paris, Air Terjun Sipiso-piso, dan Pasar Buah yang ada di Berastagi. Di pantai Paris, kami berenang-renang, dan aku juga ditugasin oleh ibu kepala untuk mengawasi kegiatan bermain di air, supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Semua berjalan dengan lancar dan baik.
Tapi ada suatu musibah yang menimpa guru kelas 2. Dimana ia kehilangan uang didompetnya, yang pelakunya juga katanya adalah keluarga sendiri juga, bisa dikatakan orang sekampung mereka. Tapi tidak ditindak lebih lanjut tentang kehilangan tersebut kepada sang terduga. Tapi mereka menemukan dompet yang sudah diambil uangnya di tempat pembuangan sampah. Jadi, ketika kami berada di Sipiso-piso, ibu kepala mengambil sebuah kebijakan untuk mengurangi beban dari ibu kelas dua tersebut, dengan mengutip uang dari kami-guru-guru yang ada.

 Bergaya diSipiso-piso Waterfall Toba Lake

Banyak berkat yang kami terima dari para orang tua murid kami tersebut. Kami bersyukur buat kebaikan dari seluruh orang tua kami, biar Tuhan yang membalaskan semua pengorbanan bapak-ibu orang tua kami. Dimana kami bisa mendapatkan Roti Bika Coklat, gelang dan sejumlah uang. Dan kalau uang itu tidak ada kian, maka bisa dipastikan aku tidak bisa membeli oleh-oleh buat istriku tercinta di pasar buah-Berastagi. Sebab dana yang aku bawa juga sangatlah terbatas. Aku bisa membelikannya mangga madu dan sate.
Banyak hal-hal yang menarik, yang bisa kujumpai ketika di Sipiso-piso. Tempat ini belumlah pernah aku kunjungi, dan ketika acara perpisahan ini, akhirnya aku bisa melihat secara langsung bagaimana air terjun sipiso-piso ini. Sumber airnya juga merupakan misteri alam yang luar biasa. Sebab aliran sumber ini juga langsung mengalir ke danau toba juga. Disamping kita bisa mengabadikan air terjun sipiso-piso kita juga bisa mengabadikan keindahan danau toba juga. Meskipun kami tidak turun kebawah untuk melihat secara langsung air terjunnya, tapi kami sudah merasakan kepuasan tertentu yang sulit jika diperkatakan.
Semua pengalaman ini, bisa membawa diriku untuk semakin lebih bersyukur, bersyukur dan bersyukur. Meskipun diwaktu-waktu kemudian hal-hal ini, belum tentu bisa terulang kembali lagi. Dan juga aku bisa menuliskan pengalaman ini dan membagikannya juga lewat blogku…


 Bergaya di sipiso-piso Waterfall

Rabu, 18 Mei 2016

Refleksi dari Menjadi Pengawas UN-Ujian Nasional

Daftar Hadir yang penulis dokumentasikan

Aku bersyukur, ternyata aku diberi kesempatan untuk bisa menjadi pengawas Ujian Nasional tingkat SMP di Rayon Sibolangit ini. Tepatnya aku mengawas di SMP Negeri 2 Sibolangit, yang menjadi induk rayon dari beberapa sekolah, yaitu SMP Masehi, SMP Karya Bersama dan SMP LKMD Sembahe. Aku menjadi pengawas bersama dengan 12 orang rekan-rekan yang lain. Yang keseluruhan pengawasnya adalah dari beberapa guru dalam satu rayon tersebut.

Sebenarnya sih, bukan aku kian yang menjadi pengawas. Yang menjadi pengawas adalah Ibu Rosida Barus. Tapi karena suami beliau lagi dirawat di Rumah Sakit, dan ibu tersebut tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai pengawas Ujian Nasional, maka kepala sekolahku, dimana aku mengajar menyuruh aku untuk menggantikan ibu tersebut. Dan meskipun pemanggilan diriku itu untuk menjadi pengawas sangatlah mendadak, tepat di hari pertama ujian, sebelum ujian dimulai.

Yang menjadi bahan refleksi bagi diriku, selama menjadi pengawas ujian adalah bahwa aku menemukan banyak hal yang menarik, dibalik beberapa hari selama aku mengawas. Dihari pertama, aku bisa melihat secara langsung SMP 2 itu bagaimana, guru-gurunya bagaimana, kepala sekolahnya bagaimana, lingkungan belajarnya bagaimana, bahkan ruangan belajar yang menjadi fasilitas belajar mengajar,aku bisa mengetahui secara kasat mata. Yang selama ini, aku hanya bisa melihat dari pinggir jalan sewaktu lewat dari sekolah tersebut.

Aku menemukan bahwa guru-gurunya sangatlah ramah dan terbuka, bahkan kepala sekolahnya juga sangatlah menghormati kami. Beliau selalu membriefing kami ketika sebelum masuk ke kelas untuk mengawas. Ketika menyuruh kami pun beliau selalu meminta dengan penuh rasa hormat dan sangat rendah hati sekali. Itu tampak,ketika ada siswa yang baru mengalami kecelakaan, dimana pengawas , diminta oleh bapak kepala untuk bisa menolong anak tersebut dalam mengisi lembar jawaban yang kan dijawab. Itu terjadi  diruang satu. Sempat kian aku berpikir, seandainya saja itu terjadi di ruang tiga, dimana aku menjadi pengawas beserrta satu temanku lagi, maka akupun akan berpikir, bisakah aku menuruti perintah dari sang Kepsek. Dan memang tugasnya hanyalah sebatas melingkari saja, sesuai dengan jawaban dari mulut si anak tersebut.

Dihari pertama, semua berjalan lancar. Kami membaca secara seksama, seluruh peraturan-peraturan yang ada di berita acara, di lembar Fakta Integritas, serta lembar Absent siswa dan pengawas. Kutemukan peraturan yang cukup baik, bahwa, para pengawas tidak diperkenankan untuk membaca naskah soal UjianNasional. Dan memang dari Pusat-Kementerian, selalu menyediakan 1 sisa naskah dan lembar jawabannya. Di hari pertama, mata pelajaran bahasa Indonesia, kami taat untuk tidak membaca. Tapi di hari kedua, ketiga dan seterusnya, aku gak tahan untuk tidak membaca naskah soalnya. Dimana pelajaran yang diujikan secara berurutuan adalah Matematika, Bahasa Inggris dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Sebenarnya tujuanku gak lain adalah hanya untuk mengetahui seberapa sulit soal-soal yang diujikan kepada anak-anak peserta ujian. Satu yang penting, aku tidak membocorkan jawabannya kepada mereka. Sebab memang soal-soal dari yang diujikan tersebut, masing-masing meja  atau orang berbeda-beda. Meskipun ada kunci jawaban, sepertinya hal itu akan menjadi sia-sia semata.

Jadi menurutku memang dibutuhkan untuk mengadakan Ujian-ujian nasional seperti ini. Asal ini bukan menjadi satu-satunya penentu kelulusan bagi anak-anak. Tapi juga melihat proses dan hasil belajar mereka selama ini didalam kelas. Dan secara teknis, ujian akhir sekolah juga dinilai langsung oleh departemen pendidikan tingkat kabupaten dan bukan sekolah, hal ini juga merupakan metode yang bagus, supaya dinas bisa mengetahui secara langsung hasil pendidikan anak-anak selama ini di sekolah. Seluruh aspek-aspek nilai akan dikumpulkan dan disatukan, untuk menilai apakah anak-anak yang mengikuti ujian tersebut lulus atau gagal.

Dihari kedua, ketiga dan keempat, semuanya berjalan dengan lancar. Tidak ada kecurangan yang kami dapati ketika proses ujian berlangsung. Dan diakhir ujian, ternyata kami semua para pengawas dan seluruh panitia mendapatkan sekedar uang transport dari Negara. Satu hal yang menarik ketika proses penyerahan uang transport tersebut. Kepala sekolah yang langsung turun tangan untuk membagikan kepada kami semua. Sebelum membagikan, beliau berpesan, bahwa uang tersebut kalau bapak yang menerima, harus langsung diberikan kepada istri. Sedang kalau ibu yang menerima, harus diberikan kepada anak-anaknya. Kalau yang lajang menerima hendaknya diberikan kepada orang tua. Supaya berkat-berkat itu terus mengalir kata beliau. Itulah hirarki berkat keuangan menurut beliau. Tapi menurutku pesan beliau bagus juga. Belum pernah selama ini, dalam hidupku, orang berpesan seperti itu, tentang uang atau berkat yang diterima.

Diminggu depan juga, tepatnya ditanggal 16,17 dan 18, akan berlangsung Ujian Nasional untuk anak tingkat Sekolah Dasar (SD). Harapannya juga semua bisa berjalan dengan lancar dan aman, dan terlebih-lebih tidak terjadi kecurangan-kecurangan. Harapannya pendidikan di Indonesia ini bisa semakin lebih baik lagi.

Refleksi Sistem Pendidikan Bangsa Kita, Apa yang Salah?

Suasana UN SD hari ke 3 di SD Bandar Baru

Hari ini merupakan hari terakhir untuk ujian nasional tingkat sekolah dasar. Tapi untuk tiga hari kedepannya juga akan ada ujian akhir sekolah (UAS). Setelah menyelesaikan selama satu minggu ini, mereka akan segera meninggalkan bangku SD tersebut. Dan akan segera melanjut untuk tingkat berikutnya. Seharusnya minggu ini merupakan minggu refleksi bagi anak-anak SD, dimana mereka dapat melihat sudah sejauh mana mereka bisa berprestasi dan berkembang. Melihat sudah enam tahun berlangsung proses pendidikan yang sudah diterima.
Tapi ada suatu hal yang sangat mengganjal dalam hatiku, yaitu bahwa ujian nasional yang diadakan semata-mata hanya untuk menilai kemampuan kognitif saja. Hanya mengevaluasi hal-hal yang bersifat pengetahuan, tanpa mengevaluasi hal-hal yang bersifat kejiwaan atau perkembangan karakter anak tersebut. Adapun Ujian nasional yang diujikan tersebut, dihari pertama ujian Bahasa Indonesia, di hari kedua ujian Matematika dan di hari ketiga ujian IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam. Terus aku bertanya untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), kenapa yah tidak diujikan secara nasional juga. Tingkat SMP juga begitu, untuk pelajaran IPS, sama sekali juga bukan merupakan bagian yang akan diujikan dalam UN.
Tampak sepertinya Negara ini, hanya mencondongkan aspek-aspek mata pelajaran yang populer saja. Seakan-akan Ilmu pengetahuan social, dan mata pelajaran lainnya menjadi mata pelajaran kelas dua. Seharusnya Negara kita memberikan tempat bagi seluruh mata pelajaran yang ada pada tataran yang sama porsinya. Dan bahkan kalau bisa, pendidikan karakterlah yang seharusnya dijadikan mata pelajaran yang utama dinegeri ini. Melihat sudah banyak orang pintar dinegeri ini, dan bahkan orang-orang jenius dan special dibidangnyapun juga sudah ramai. Tapi menemukan orang yang berkarakter kuat dan jujur, sangatlah sedikit untuk ditemukan.
Padahal negeri kita memerlukan orang-orang yang berkarakter jujur, ulet dan sekaligus jenius atau pintar. Jadi bukan hanya pintar secara akademik, tetapi memiliki hal-hal tersebut diatas. Memang kita juga gak bisa menutup mata, bahwa banyak orang Indonesia yang pintar, hanya mengejar jabatan semata, ataupun memperbanyak harta kekayaan yang sudah ada dengan cara-cara yang tidak benar, seperti melakukan praktek korupsi. Bagaimana tidak untuk korupsi. Dia mendapatkan jabatan tersebut juga bukanlah mengeluarkan uang yang sedikit, tapi bahkan bisa menjual rumah atau tanah yang dimiliki. Jadi ketika sudah mendapatkan jabatan tersebut, membuat suatu usaha-usaha,bagaimana untuk mengembalikan rumah atau tanah yang sudah terjual. Jadi kita gak bisa lepas dari lingkaran setan ini.
Disamping perlu adanya perbaikan sistem dalam proses pembangunan bangsa ini, perlu adanya perbaikan manusianya juga. Yang disebut oleh Bapak Presiden kita sebagai Gerakan Revolusi Mental. Sebuah gerakan yang mengubah haluan, dari untuk ku menjadi untuk kita bersama, dari sesuatu yang biasa-biasa menjadi suatu yang super, dari yang bersifat konsumeristis menjadi produktifis.
Semua itu bisa dilakukan jika kita setia kepada hal-hal yang kecil yang dipercayakan kepada kita. Ketika dipercayakan memegang uang seratus ribu rupiah dan mengusahakannya menjadi berkembang dua ratus ribu rupiah. Ketika dipercayakan memegang dan mendistribusikan uang ratusan juta bahkan sampai miliaran, uang itu sampai kepada orang yang membutuhkan, atau program-program yang dikerjakan tanpa mengambil sepeserpun dari uang tersebut.
Dalam fase anak-anak, ketika sedang mengikuti ujian saja, tidak melakukan contek, tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan plagiat atas tugas-tugas yang disuruhkan. Dalam fase atau tingkat remaja, tidak merokok atau mengusahakan hidup sehat,  tidak melakukan perbuatan-perbuatan anarkis atau memaksakan kehendak kepada orang yang lebih lemah, tidak berjudi. Dalam fase atau tingkat dewasa, ketika sudah berkeluarga, menjadi orang tua yang bijak kepada anak-anaknya, dan menjadi teladan yang baik, dan banyak hal-hal kecil lainnya yang bisa dikerjakan untuk bisa membuat bangsa  kita menjadi bangsa yang besar dan sekaligus maju.
Semua itu bisa dikerjakan, jika dimulai sejak dini. Anak-anak Indonesia dilatih motoriknya, dilatih emosinya dan pikirannya. Dan terlebih lagi untuk melatih aspek emosi atau jiwanya supaya memiliki karakter yang kuat, jujur dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.
Sistem pendidikan kita juga seharusnya dirubah dari What to Know atau How to know menjadi Why we have to know it. Atau, Bukan dari Apa dan Bagaimana tetapi menjadi Mengapa. Supaya anak-anak belajar, mengapa mereka harus mempelajari itu, sehingga mereka sendiri bisa mengembangkan otak kreativitas mereka sendiri untuk mencari jawaban Apa dan Bagaimananya. Para guru-guru di Indonesia harus banyak-banyak merefleksikan kegiatan pembelajaran yang selama ini sudah dilakukan. Sehingga menemukan takaran yang pas bagi anak untuk bisa berkembang dan maju.
Jayalah pendidikan Indonesia ini, Jayalah Indonesiaku tercinta.

Kamis, 05 Mei 2016

My Friend from Germany


My Friend from Germany

Meskipun mereka tidak lama di Sibolangit, dan hanya sekitar lima hari saja.. rasanya seperti aku sudah berteman dengan mereka sudah cukup lama. Ketika mereka mau berangkat ke Bandung, pada tour ke empat minggu mereka, disitu aku baru merasa, bahwa aku bisa dibilang kehilangan mereka. Aku merindukan mereka. Sepanjang ketika mereka tiba dibandara, tepatnya di hari Kamis, tanggal 28 Agustus, dimana aku salah satu yang menjemput mereka. Meskipun baru jam 10 malam kami baru makan malam. Kemudian besok paginya, Jumat, membantu dan menolong dalam pelayanan mereka kepada anak-anak FC di Bina Kasih. Bisa dibilang ini kali pertamanya aku menjadi penerjemah mereka. Dengan kemampuan bahasa inggris yang aku miliki, aku dengan percaya dirinya pasti dan akan mampu menyampaikan maksud mereka kepada anak-anak FC tersebut. Akhirnya aku berhasil dan bisa menuntaskan tugas penerjemahan tersebut hingga akhirnya mereka menuntaskan perjalanan mereka di Sibolangit ini.
Setelah, mengunjungi TK di Bina Kasih, kamipun mengajak Tim Mr. Dick and Friend (Simon, Chris, Rebecca and Mona), untuk melihat kondisi Desa Rumah Sumbul serta masyarakat yang ada. Setelah itu, aku pun mengajak Simon untuk melihat Sekolah dimana aku mengajar. Aku mengajak beliau untuk bisa memotivasi anak-anak supaya tekun belajar dan bisa berbicara bahasa Internasional yaitu bahasa Inggris. Dengan kemampuan itu, harapanku, anak-anakku bisa bergaul dengan masyarakat dunia, dan berbagi informasi. Diakhir tugas mengajarku, akupun menyempatkan untuk mengabadikannya dalam sebuah foto, aku memoto Mr. Simon dan anak-anakku yang sedang duduk di dalam ruangan kelas.

Siang hingga sorenya, kamipun pergi ke FC yang ada di Bandar Baru. Sharing, mengajar dan bermain disana bersama-sama dengan guru-gurunya dan anak-anak yang hadir pada waktu itu. Meskipun yang hadir hanya sekitar 13 orang saja, tapi mereka tampak antusias dalam memberikan pengajaran maupun game pada waktu itu. Selesai kami mengajar, kami menyempatkan diri untuk minum bandrek di warung teman, yang baru launching warung bandreknya. Mereka tampak sangat menikmati minuman tersebut. Malam harinya kamipun dinner bareng dengan mereka dan semua staf Pesat yang ada. Kemudian kami sharing tentang pelayanan kami masing-masing, tentang pelayanan mereka di Jerman dan juga tentang pelayanan kami di Pesat Sumbagut ini.
Sebelumnya Mr. Dick and Friend, berkunjung ke Sibolangit, ini merupakan kunjungan kali ketiga minggu mereka. Minggu pertama mereka berkunjung ke Yogyakarta, kemungkinan mereka berkunjung ke Malioboro, dll. Minggu kedua mereka berkunjung ke Lopait, Pesat Salatiga. Dan minggu ke-empatnya, sekarang ini, mereka ada di Bandung. Ketemu dengan rekan pelayanan mereka orang Indonesia, yang pernah bersama-sama mereka di Jerman.
Hari Sabtu paginya, kami, sudah siap-siap untuk berangkat ke Desa Buluhawar. Dengan hanya mengendarai sepeda motor, kami dan rombongan sangat menikmati perjalanan kami kesana, meskipun  medan pelayanan untuk menuju kesana sangatlah sulit. Ditengah-tengah perjalanan menuju kesana, kamipun berfoto-foto untuk mengabadikan moment-moment tersebut. Hasilnya sangatlah mengesankan. Setelah selesai mengajar anak-anak TK di Buluhawar kamipun, menyempatkan diri untuk melihat para tugu misionaris yang pertama kali membawakan injil di tanah Karo ini. Dan kamipun keluar dari Buluhawar dan langsung menuju tempat makan di Bandar Baru. Kami tiba di rumah makan tersebut terlalu cepat, sehingga pesanan kami yang sebelumnya sudah dipesankan belumlah masak. Timingnya tidak pas.
Disela-sela kami menunggu makanan disiapkan kami pun saling cerita satu sama lain. Tentang kondisi Jerman, dan kehidupan di Jerman. Karena Mr. Simon mengatakan bahwa ia akan menikah di Bulan Oktober ini, aku pun menanyakaan tentang bagaimana proses pernikahan disana. Dan ternyata sangatlah simple sekali. Cukup dengan mendaftarkan diri kepada biro Pernikahan dari Pemerintah ternyata mereka sudah sah secara hukum untuk membentuk suatu keluarga baru. Dan bagi orang-orang Kristiani, setelah satu hari selesai mendaftarkan diri pada biro itu, mereka harus menantikan proses pemberkatan dari Pendeta, dan barulah mereka sah secara hukum pemerintahan dan hukum Tuhan.
Juga dia bercerita, bahwa banyak orang-orang muda, yang notabenenya adalah Kristen, tapi kehidupannya mengikuti kedagingannya semata dan tidak memuliakan Tuhan. Mereka hanya Kristen KTP. Dan hal tersebutlah yang membuat sebuah gereja yang benama New Generation Church, memulai pelayanan mereka untuk menjangkau anak-anak muda. Gereja ini sudah berdiri sejak dua puluh tahun yang lalu dan berkembang hingga sekarang.
Di Sore hari sampai malam harinya, kami pergi ketempat Permandian Air Panas. Rasa lelah dan capek seketika itu bisa hilang dikarenakan panasnya air yang menyentuh kulit kita ketika merendamkan diri kita ditengah-tengah air tersebut. Aku heran melihat teman-teman yang dari Jerman, mereka ternyata langsung bisa masuk ketengah-tengah air. Sedangkan kami, harus menyesuaikan suhu tubuh dulu dengan air yang ada. Kemudian barulah menenggealamkan diri untuk menikmati air belerang panasnya.
Hari Minggu pagi, mereka ada pelayanan di sebuah gereja local, tepatnya di GPdI Rumah Pil-Pil. Hambanya Mr. Dick menyampaikan firman Tuhan disana, dan dia dibantu diterjemahkan oleh Miss Hera, rekan sepelayan kami dari STT Paulus. Aku dan istriku memilih untuk pergi ke gereja dimana kami sudah bernaung yaitu di GBI. Kemudian mereka dijamu makan siang oleh bapak Gembala bersama dengan tim semuanya. Setelah makan siang, pergi bersama-sama dengan tim ke sebuah Museum yang ada di Retreat Center Gelora Kasih. Sambil melihat indahnya pemandangan yang ada disana.
Dan dimalam harinya kami pergi ke sebuah KKR yang diadakan di daerah Sikeben. Sekitar 10 kilo dari lokasi Pesat. Mona dan Rebecca sangat antusias sekali mengikuti pujian dan penyembahan yang diadakan disana. Bahkan mereka ikut bergabung dengan para Mahasiswa untuk membawakan pujian kesaksian di tengah-tengah KKR itu berlangsung. Mr Dick juga menyampaikan sebuah testimony atau tentang bagaimana ia pada akhirnya bisa mengenal Kristus sebagai TUhan dan Juruselamatnya.
Di hari Seninnya, pagi Mr Dick and Team, mengajar anak-anak Mahasiswa dan sore harinya kamipun semuanya bertani, bercocok tanam. Seluruh rekan-rekan yang dari Jerman tampak antusias untuk mencangkul tanah. Kami pun menyiapkan lahan untuk menanam wortel. Selesai pertanian, dilanjutkan dengan olahraga, permainan Volli. Dimalam harinya, kami pun semua makan malam bersama yang diikuti oleh seluruh mahasiswa, staf dan dosen, serta Mr. Dick and friend. Selesai makan malam, ternyata kemampuan music Mr Dick, Simon and Chris sangatlah hebat. Mereka menyampaian pujian dan penyembahan, dan kami semua ikut dalam penyembahan tersebut. Aku yang memimpin acara tersebut. Dan kami semua sangatlah diberkati dengan seluruh kesaksian yang disampaikan pada waktu itu. Diakhir dari acara kamipun mengabadikan dalam sebuah foto bersama.
Selasa pagi, merekapun berangkat dari Pesat Sibolangit, menuju bandara Kualanamu. Aku sangatlah sedih ketika kami akhirnya berpisah satu sama lainnya. Aku mendoakan supaya pelayanan mereka tetap maju dan dipakai TUhan untuk memberitakan kabar baik diseluruh dunia. AMIN.

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...