Minggu, 18 Juni 2017

ELISA-SANG NABI (URAPAN DAN PERBUATANNYA) Bagian Pertama



sumber gambar : adolescentofchrist.blogspot.co.id


1. Proses Keterpanggilan Elisa

Kisah Elisa bermula ketika dia mau memutuskan diri untuk menjadi hamba Elia dan meninggalkan orang tuanya juga. Keterpanggilannya Elisa bisa jelas kita baca di I Raja-raja 19:19-21. Elisa anaknya Safat dan berasal dari daerah Abel-Mehola (daerah paling utara bangsa Israel dan berdekatan dengan kota Dan). Waktu itu Elia merasa sangat tertekan oleh ancaman dari Ratu Izebel sehingga ia memutuskan untuk pergi ke gunung Horeb. Setelah selesai segala kesusahan hatinya,Tuhan mengutus dia untuk mengurapi Hazael menjadi Raja Aram, Yehu cucu Nimsi menjadi raja atas Israel dan Elisa untuk menjadi nabi menggantikan Elia.

Elisa ditemui oleh Elia,ketika dia sedang membajak ladangnya dengan dua belas pasang lembu (berarti ada 24 lembu yang dikendalikannya). Ketika Elia mendekati Elisa ia melemparkan jubahnya. Lalu Elisa pergi meninggalkan lembunya dan berlari mengikuti Elia. Kemudian ia mau pamitan dengan orang tuanya, juga langsung memotong lembu-lembunya dan memasaknya dengan bajak lembu serta memberikan makan orang-orangnya .

Pesan Tuhan dari nats ini : Tuhan lebih sering memanggil orang yang sedang giat bekerja. Bukan orang-orang yang malas atau orang-orang yang suka menunggu dan menunda suatu pekerjaan yang baik. Kemudian dia membakar segala sesuatu yang bisa membuat dia kembali kepada pekerjaannya semula dan memilih menjadi nabi. Artinya benar-benar komit untuk menjadi seorang nabi. Tidak ada dalam pemikirannya untuk kembali lagi seperti semula jika ia seandainya gagal menjadi nabinya Tuhan.

sumber gambar : adolescentofchrist.blogspot.co.id

2. Mendapatkan Urapan Double Portion (2 Raja-Raja 2:1-18)
Setelah mendapatkan panggilan untuk menjadi nabi, tidak langsung jadi urapannya untuk menjadi nabi yang betul-betul berkuasa. Ketika tiba hari dimana Nabi Elia akan diangkat ke Surga, ia tetap kekeh dengan pendiriannya untuk terus menemani di momen-momen akhir perpisahan mereka. Ia bahkan mendapatkan semacam peringatan atau aba-aba dari nabi-nabi setempat ketika posisi mereka ada disitu. Posisi awal mereka ada di Gilgal, kemudian ke Betel. Posisi Betel berada di sebelah barat Gilgal. Setelah dari Betel berpindah lagi ke Yerikho. Posisi Yerikho tidak begitu jauh dari Gilgal. Jadi mereka berbalik arah lagi.  Setelah dari Yerikho ke Sungai Yordan, yang posisinya berada di sebelah utara Yerikho. Dan akhirnya titik pisah mereka setelah menyeberangi Sungai Yordan.

Ketika melihat kekehnya perjuangan Elisa, akhirnya Elia bertanya, “Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu”. Elisa menjawab : “Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu, (Let me inherit a double portion of your spirit)”. Kemudian dibalas Elia : “Permintaanmu itu sukar. Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang kau minta, tapi jika tidak, tidak akan terjadi.” Akhirnya Elisa bisa melihat kereta berapi, kuda berapi dan Elia naik diatasnya kemudian terangkat oleh angin badai , dan ia berkata “Bapaku, bapaku!...” Kemudian Elia mengoyak jubahnya dan Elisa memungutnya. Terjadilah keinginan dan permintaan Elisa.

Pelajaran yang kita dapatkan : kita sah-sah saja untuk memiliki keinginan dan permintaan ataupun harapan. Tapi setiap harapan tersebut haruslah kita perjuangkan dengan sekuatnya. Jadi bukan sekedar harapan kosong, yang tidak punya gairah sama sekali untuk mewujudkannya. Baru disuruh berjalan berputar-putar kita sudah langsung menyerah tidak kuat. Tapi kita harus seperti Elisa tetap kekeh dalam pendiriannya. Meskipun dia diajak oleh Elia berputar-putar balik arah.
Yang kedua, tidak mendengarkan segala ocehan atau ejekan dan bahkan mungkin kritikan yang tidak membangun kita. Kita tidak boleh memberikan telinga kita kepada perkataan-perkataan yang bia menjatuhkan kita, melainkan sebaliknya harus memiliki sikap yang benar dalam menghadapi setiap ocehan-ocehan teman di sekeliling kita.

3. Tindakan kuasa yang pertama dan Allah yang membela (2 Raja-raja 2 :19-25)

Setelah momen penerimaan kuasa dari Allah di seberang sungai Yordan, ia langsung menuju Yerikho. Penduduk kota Yerikho mengeluh kepada Elisa soal air, dan seringnya terjadi kematian atau keguguran bayi. Kemudian ia menyuruh warga Yerikho untuk mengambil pinggan yang baru berisi garam. Dan ia pergi ke sumber mata air yang ada di Yerikho serta berkata beginilah Perintah Tuhan : “Telah kusehatkan air ini, maka tidak akan terjadi lagi olehnya kematian atau keguguran bayi.” Dan perkataannyapun terjadi.

Mengapa Yerikho menjadi kota kematian? Sebab sejarahnya dulu pada masa awal-awal Yosua mau merebut Yerikho-Tanah Kanaan, setelah keluar dari masa padang gurun, Yosua pernah mengutuk Yerikho katanya : “Terkutuklah di hadapan Tuhan orang yang bangkit untuk membangun kembali kota Yerikho ini; dengan membayarkan nyawa anaknya yang sulung ia akan meletakkan dasar kota itu dan dengan membayarkan nyawa anaknya yang bungsu ia kan memasang pintu gerbangnya!” (Yosua 6:26). Dan Kota itu kemudian dibangun lagi oleh Hiel, orang Betel pada masa Ahab memimpin bangsa Israel dan Raja Asa sebagai Raja Yehuda juga ketika pada masa Elia sebagai nabi saat itu. Dia membangun sesuai dengan kutukannya Yosua, membayarkan nyawa Abiram, anaknya yang sulung untuk meletakkan dasar kota, dan dengan membayarkan nyawa Segub, anaknya yang bungsu, untuk memasang pintu gerbangnya. (I Raja-raja 16:34).

Setiap orang yang sudah mendapatkan urapan khusus dari Allah, maka Allah akan terus bersamanya dan akan melindungi serta menjaga wibawa maupun harga diri dari orang pilihannya itu. Seperti Elisa, sewaktu tiba di Bethel, dia diejek-ejek oleh banyak anak kecil, dengan mengatakan : “Naiklah botak, naiklah botak.” Kemudian karena Elisa tidak tahan, ia langsung mengutuk mereka demi nama Tuhan. Kemudian datanglah beruang dari hutan untuk mencabik-cabik anak tersebut yang berjumlah 42 orang anak.

Pelajaran yang kita dapatkan adalah berhati-hatilah dengan segala perkataan kita. kalau bisa jangan sampai mengeluarkan kutuk terhadap apapun itu. Sebab ucapan kutuk pada orang tertentu atau kota tertentu atau apapun itu, maka kutuk itu akan jadi. Dan hal tersebut menjadi penghalang bagi siapapun untuk bisa menerima berkat atau apapun itu. Harus perlu yang namanya penarikan kembali ucapan kutuk atau pembatalan kutuk tersebut. Sebab ucapan kutuk bukanlah perkataan main-main, sebab itu mengandung kuasa. Jadi berhati-hatilah menggunakan ucapan perkataan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...