Kamis, 30 November 2017

Mencoba Meniadakan APK* Sebelum Genderang Pemilu Resmi dibuka





Spanduk Pilwakot Medan (Sumber : tribun medan)
Ternyata bukan diriku saja yang sakit matanya ketika hampir di setiap sisi jalan dipastikan banyak foto-foto yang nangkring disana. Mulai dari foto yang dicetak dengan ukuran kecil hingga ukuran yang super gede. Yang dipastikan fungsinya hanya untuk TP-TP (tebar pesona) oleh para calon-calon kandidat yang ingin merebut kekuasaan. Baik itu untuk jabatan legislatif maupun jabatan eksekutif.  Baik itu untuk tingkat daerah kota, kabupaten hingga tingkat nasional.

Ada banyak yang tidak setuju dan bahkan senang dengan kondisi jalan yang seperti itu. Hal tersebut bisa dipantau melalui status-status yang ada di media sosial. Mereka mengungkapkan ada banyak spanduk-spanduk yang berisi materi-materi dalam tanda kutip sampah. Mulai dari banyaknya iklan-iklan produk atau jasa tertentu. Hingga ketika akan digelarnya kegiatan lima tahunan sekali, seperti pemilu maupu pilkada.

Mulai memproklamirkan dirinya atau organisasi partainya ke dalam bentuk banner atau spanduk-spanduk, kemudian dipasang di jalan-jalan yang menurut perhitungan mereka dipastikan akan ramai dilintasi. Yang tujuannya cuma satu, bisa dikenal oleh masyarakat yang tentunya akan menjadi konstituennya.

Selayaknya jalan bisa dipakai yah untuk jalan, bukan untuk sebagai ajang promosi. Seharusnya sisi-sisi jalanan,  maupun tengah jalan yang ada, terutama yang ada di perkotaan bisa ditanamin dengan banyak tanaman. Mulai dari tanaman hias hingga pohon-pohon yang tentunya bisa menyejukkan suasana lingkungan jalan. Bahkan hal tersebut tentunya bisa mengurangi pencemaran udara yang  terus diproduksi oleh kendaraan-kendaraan yang lalu lalang.

Contoh Spanduk promo Barang (Sumber :creo haouse)

Hal ini tentunya bisa diterapkan, jika pemerintahnya adalah bukan orang-orang yang oportunis. Artinya bukan orang-orang yang menggunakan segala cara agar pemasukan daerah bisa tercapai banyak. Coba melihat kondisi-kondisi jalanan yang ada di kota-kota besar, apalagi kota Medan, kota dimana aku lalu lalang, dipastikan banyak trotoar-trotoar yang sekarang sudah beralih fungsi. Yang seharusnya digunakan sebagai tempat pejalan kaki, sekarang digunakan sebagai lapak-lapak untuk jualan.

Ditambah lagi dengan banyaknya media-media iklan yang terpampang jelas di jalanan tersebut. Melalui media iklan-iklan yang ada, dipastikan akan ada pemasukan bagi pemerintah. Coba pemerintah kota atau kabupaten maupun pemerintah provinsi bisa bahu membahu membangun wilayah dimana mereka bisa menjabat sekarang. Bisa bertindak tegas akan kepada segala upaya-upaya pengotoran jalan. Seperti banyaknya iklan-iklan, APK (Alat peraga Kampanye), kemudian telah berubah fungsinya trotoar dari para pejalan kaki, sekarang menjadi tempat jualan.

Tapi ternyata para pemimpin tersebut yang sekarang sedang menjabat, tak ayal juga terlibat menggunakan jalan-jalan sebagai media mereka untuk promosi. Berharap dana untuk mencetak spanduk-spanduk maupun banner yang ada keluar dari kantong pribadinya sendiri. Tidak menggunakan dana-dana operasional yang kebetulan mereka pegang.

Atau dengan menggunakan cara yang lebih halus lagi. Ketika ada event-event tertentu, seperti entah peringatan HUT TNI, atau acara-acara yang bersifat nasional, menggunakan itu, untuk bisa meng-endorse dirinya, bahwa dia adalah pemimpin yang berhasil, pemimpin yang tegas, pemimpin yang merakyat, dan lain-lain. Memajangkan fotonya secara ekslusif di seluruh spanduk dan memasangkannya hampir di sebagian besar jalan dimana kebetulan dia sedang berkuasa. Dimana hal ini memberikan keuntungan tersendiri baginya, sebagai ajang promosi gratis. 

Bagaimana dengan orang-orang yang baru mau merintis. Meniti karirnya dalam dunia politik dan pemerintahan. Dipastikan mereka akan merogoh koceknya lebih dalam lagi. Sebab dipastikan hal itu membutuhkan dana yang tidak bisa dibilang kecil. Bayangkan saja satu spanduk, ukuran 4x1 meter itu bisa menghabiskan uang Rp.60.000,- Atau bisa dibilang permeternya dalam mencetak spanduk berkisar Rp.15.000 hingga Rp.100.000. Tergantung kualitas hasil yang diinginkan. Semakin bagus kualitasnya dan banyak itemnya maka akan semakin besar dana yang akan digelontorkan.

Contohnya coba kita hitung-hitung badget yang akan dikeluarkan untuk mencetak spanduk tersebut. Biaya cetak persatuannya taruh biaya yang paling kecil Rp.15.000/meternya. Dia berencana mencetak 2 x2 meter. Berarti menghabiskan dana berkisar Rp.60.000,-/satuannya. Kemudian mencetak sebanyak 100 item. Pasti dana yang dihabiskan sebanyak Rp. 6 juta. Dan itu baru cetakannya. Bagaimana dengan pemasangannya di jalan-jalan. Taruhlah dia menghabiskan operasional pemasangannya berkisar Rp.50.000 per spanduk, jadi totalnya berkisar Rp.5  jutaan.

Jadi totalnya hanya untuk spanduk yang paling murah, dan dana operasional pemasangan yang paling irit menghabiskan dana Rp.11 jutaan. Dan itu sepertinya baru tingkat kabupaten atau kota yang wilayahnya kecil. Yang pastinya menghabiskan dana puluhan juta hanya untuk bisa mempromosikan dirinya. Bagaimana dengan tingkat provinsi, mungkin kali-kali tersebut sudah tidak berlaku lagi. Dan pastinya mencapai angka hingga ratusan juta kalau ia ingin dikenal oleh masyarakat konstituennya.

Bagaimana solusinya, supaya ada kesamaan antara petahana maupun para calon kandidat baru yang mau berjuang dalam pesta lima tahunan itu. Dan hal itu tentunya bisa mengurangi praktek korupsi kedepannya ketika kemudian akhirnya dia bisa memenangkan posisi tersebut. Sebab dana-dana yang dikeluarkan untuk pencalonan dirinya tidak menghabiskan banyak biaya. Ditambah lagi ketika parpol pengusungnyapun tidak meminta sejumlah mahar politik. Hanya untuk bisa dicalonkan sebagai pemimpin daerah.

Hal yang mungkin bisa dilakukan pemerintah adalah mengeluarkan suatu undang-undang yang melarang ajang promosi duluan baik melalui media apapun di jalan-jalan. Sebelum gelar resminya dibuka. Kemudian ketika sudah resmipun dimulai hajatan pemilihan tersebut, seluruh dana-dana promosi untuk bisa memperkenalkan setiap kandidat kepada para pemilih, hendaknya dana-dana tersebut bisa ditanggung oleh KPU seutuhnya. Sebab tak percuma KPU pun mendapatkan budget  anggaran yang lumayan besar untuk kesuksesan dari pemilihan umum tersebut.

Jadi ketika hal tersebut bisa terlaksana, tentunya akan ada perbaikan demokrasi di tanah air kita ini. Ada persaingan sehat diantara sejumlah calon pemimpin yang mau maju di dalam pemilihan tersebut. Baik itu sang petahana maupun calon pemimpin baru bisa berjuang bersama-sama untuk bisa merebut hati para pemilihnya.

Meskipun hal ini tak luput dari banyaknya kelemahan dan kekurangan. Sebab pada faktanya tidak menutup kemungkinan bagi sang petahana memanfaatkan sejumlah fasilitas-fasilitas tertentu, yang memang keperluan awalnya untuk menyukseskan programnya, melalui media promosi berupa baliho dan sejenisnya.

Kemudian bagi sang penantang baru, dipastikan akan semakin banyak bermunculan, sebab ternyata dana yang dikeluarkan sedikit. Tinggal bagaimana upaya KPU untuk  bisa menyaring calon-calon yang tepat dan tentunya yang bisa memenuhi seluruh syarat-syarat yang sudah ditentukan sebelumnya.

Dan terakhir, saran yang mungkin bisa sebagai masukan bagi kita bersama dalam memperbaiki kondisi dan mengembalikan fungsi jalan-jalan kita, adalah adanya pelarangan-pelarangan pemasangan spanduk-spanduk atau baliho maupun yang sejenisnya. Baik itu untuk kepentingan promosi suatu produk atau jasa apapun itu, apalagi promosi calon-calon kepala daerah. Mari mencoba untuk meninggalkan itu dan beralih ke dunia digital atau internet. Sebab ternyata masyarakat kita toh juga sudah banyak yang mengakses dunia internet. Baik melalui media-media sosial yang maupun media situs lainnya.

* APK = Alat Peraga Kampanye

Penulis adalah pengajar STAK Terpadu PESAT Semarang Cabang Sibolangit dan Pemerhati Sosial.

Rabu, 22 November 2017

Rasa Kopi di Mata Petani, Pengusaha dan Penikmat





dokumen pribadi
Aku adalah penikmat kopi. Baru-baru ini memang mulai menyukai yang namanya kopi itu. Semasa kecil, jarang bahkan tidak menyukai kopi. Apalagi jika kopi itu adalah kopi pahit yang minus gula sama sekali. Pernah dulu waktu masih kanak-kanak, untuk pertama kali diriku meminum kopi. Alhasil diriku satu malam itu tidak bisa tidur dan akhirnya begadang. Karena jantungku degupannya sangat  kencang.

Awalnya aku tidak tahu apa makna jantungku yang terus berdebar-debar. Kupikir diriku sedang mengalami ketakutan terhadap suatu hal. Dan hal itu adalah hantu. Suatu hal yang paling sering ditakuti oleh anak-anak seusiaku. Sebab ketika masih kecil, acara televisi yang dulu hanya menayangkan baru satu siaran yaitu TVRI, sering memutar film-film horor dimalamnya. Lupa judulnya apa, tapi seingatku, film tersebut berkisah tentang boneka bayi, yang kemudian bisa hidup dan membuat teror bagi keluarga yang menyimpan boneka tersebut.

Dulu dalam anggapanku, bahwa orang-orang yang minum kopi adalah orang-orang yang tua-tua bangat. Sebab yang menyukai dan meminumnya ketika sedang ada pesta di lingkunganku, cuma mereka yang mengkonsumsinya. Anak-anak muda dan bahkan anak-anak seusiaku sangat jarang meminum yang namanya kopi tersebut. Dan ketika ada anak muda  yang minum kopi, aku langsung berkata dalam hatiku, “ah orang ini seleranya tua bangat, apa dia gak tahu bahwa itu adalah minuman ompung-ompung.”

Sekarang pemahaman itu berubah seratus persen. Sekarang berubah status, menjadi penikmat kopi  dan bisa dikatakan pecinta kopi. Dalam satu hari bisa menghabiskan dua gelas kopi di pagi dan sore harinya. Awalnya harus pakai gula ketika mengkonsumsinya dan sekarang sama sekali tidak pakai. Mencoba untuk hidup sehat dengan mengurangi konsumsi gula.

Menjadi penikmat kopi itu ternyata tidak datang dengan sendirinya. Sebab ada orang yang mempengaruhiku untuk menjadi sama dengan dia. Dan menurutku kebiasaan ini, bisa menular bagi banyak orang. Sebab, memang orang-orang yang mengkonsumsi kopi, daya vitalitasnya bisa kuat dan tampak segar dalam kesehariannya.

Dan ketika kebiasaan ini bisa menular bagi banyak orang, harapannya bisa semakin banyak orang yang tergerak untuk memulai kebiasaan baik ini. Ketika sudah banyak orang yang mencintai kopi dan menjadi penikmat kopi, hal ini justru menjadi pasar yang bagus bagi para pengusaha kopi.

Menjadi pengusaha kopi apalagi sekaligus menjadi barista-nya, akan mendatangkan banyak keuntungan bagi dirinya. Bukan hanya sekedar menyuguhkan kopi yang berkualitas bagi para penikmat kopi, juga mendatangkan pemasukan dari sisi ekonomis yang lumayan menggiurkan. Sebab pasar di Indonesia ini begitu luas, yakni orang-orang yang mau dan mulai mencintai kopi dalam hidupnya sehari-hari. Seperti diriku ini.

Tetapi meskipun hal ini mendatangkan keuntungan bagi para pengusaha, tak jarang, para petani kopi yang hanya mendapatkan lelah dan susahnya saja. Para petani kopi jarang mendapatkan hasil yang maksimal dari panennya.

Bagaimana komoditas kopi, bukan hanya menguntungkan para pengusaha kopi, tapi para petani kopi juga bisa. Bersyukur pemerintah kita, sudah mengembangkan kopi dengan semaksimal mungkin. Melalui Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) sudah mulai membidik, membina dan bahkan melatih para penggiat kopi yang ada di nusantara ini. Diharapkan kopi-kopi kita bukan hanya sekedar di ekspor mentahnya, atau bijiannya saja, tetapi hasil akhir ataupun produk turunan dari kopi ini berharap bisa menjadi cita rasa dunia.

Bapak Triawan Munaf, kepala Bekraf, seperti yang dilansir oleh Metro TV pada Janji Jokowi-JK, (18/10), juga menegaskan akan melakukan sertifikasi bagi para penggiat ekonomi kreatif lainnya. Terutama dalam bidang perkopian, seperti para barista, pedagang dan para petani kopi untuk segera mendapatkan legalitas tersebut, sebagai upaya untuk bisa memajukan bisnis kopi yang ada di Indonesia ini.

Berikut link Videonya

Hal ini sudah mulai menampakkan hasilnya, sudah terbentuknya jalinan kerjasama diantara para petani, pedagang, barista ataupun pengusaha kopi. Seperti RDS Kopi, yang merupakan kepanjangan dari Raptaruli Do Sude yang mengartikan semuanya diberkahi, simpulan dari keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Dan mereka juga mengembangkan suatu jargon penting lainnya. Sebagai upaya untuk memperkenalkan produksi dan usaha mereka ditengah-tengah masyarakat. RDS Kopi-Rayakan Dengan Seruput Kopi.

RDS Kopi berada di Jalan Ngumban Surbakti, Gang Bahagia No. 136, Medan Sedulur. Awal mulanya berdirinya RDS Kopi, karena melihat para petani kopi tidak mendapatkan imbalan yang sepantasnya dari usaha tani mereka. RDS Kopi lahir dari petani kopi untuk kesejahteraan petani kopi. Bekerja sama dengan petani dengan memberikan penyuluhan mulai dari menanam, unsur hara, pengendalian hama, memetik, menjemur, sampai ke produk jadinya yakni segelas kopi yang mantap.

Bekraf juga sudah melakukan banyak pelatihan-pelatihan kopi di hampir keseluruh wilayah yang ada di Indonesia, terutama daerah yang potensial bisa menghasilkan kopi yang berkualitas. Seperti yang akan diadakan dalam waktu dekat ini di Sipinsur Humbahas. Dimana daerah ini setelah mengecek google ternyata merupakan daerah objek wisata, yang rencananya akan dibangun Sekolah Kopi di tahun 2018 nanti. Berharap sih bisa ikut pelatihannya, supaya bisa mengalami dan memahami lebih lagi tentang kopi dan segala peluang yang mungkin bisa dihasilkan.

Dan terakhir, mungkin aku tidak menjadi petani kopi, sebab memang tidak punya lahannya. Tapi berharap bukan hanya menjadi penikmat kopi tapi bisa menjadi penggiat kopi melalui usaha-usaha kreatif lainnya kedepannya yang mungkin bisa diusahakan. Berharap juga ekonomi Indonesia semakin meningkat, terutama kaum petani yang selama ini sepertinya telah lama dilupakan oleh pemerintahnya.

Penulis adalah dosen di STAK Terpadu PESAT Cabang Sibolangit, dan Penggiat Sosial

Sabtu, 18 November 2017

Gaya Pacaran "Ala Bang Parlindungan Purba"- Perwakilan DPD Sumut




Meskipun Bang Parlindungan cuma sebentar dalam mengisi sesi di acara Seminar Nasional Kepemudaan, ada hal-hal yang menarik untuk bisa kita perhatikan. Keikutan beliau dalam mengisi sesi pun bisa dibilang dadakan. Meskipun dadakan tapi ada rasa syukur yang mendalam. Ternyata beliau bukan kelas pejabat yang sulit-sulit amat untuk ditemui. Disela-sela jadwal yang memang padat, disebabkan masih aktif nya beliau sebagai wakil rakyat dari Sumatera Utara di DPD-Dewan Perwakilan Daerah, beliau masih meluangkan waktunya untuk bisa berbagi dengan para pemuda/i yang ada di Medan ini.

Diwaktu yang singkat dan pemaparan yang singkat, ada pandangan yang mengusik hatiku. Tentang Gaya pacaran Ala Bang Parlindungan. Ide itu mungkin terlintas ketika memang berada di tengah-tengah para pemuda yang sedang asik mendengarkan segala curahan dari Bang Parlindungan Purba. Aku sendiri juga kadang berimprovisasi ketika sedang berbicara didepan banyak orang. Sering banyak muncul ide-ide yang mungkin nyeleneh tapi pas di hati. “Kenapa gak dicoba kalau yang ini yah..dan yang itu?”

Banyak pemaparan-pemaparan yang seharusnya disampaikan adalah topik A..bisa-bisa berubah menjadi topik B. Tapi topik B itupun sendiri tidaklah jauh beda dengan konteks pendengar saat itu. Sebab mungkin masih ada pada ranahnya audiens.

Sebelum masuk ke poin saya, perlu untuk bisa tahu tentang awal pembicaraannya. Sehingga kita bisa mengerti konteks dari keseluruhan apa yang disampaikannya. Bagaimana rindunya, bagaimana gregetnya untuk segera membangun bangsa ini, terutama Provinsi Sumatera Utara ini, yang sebentar lagi juga akan menggelar “Pesta Rutin lima tahunan sekali” . Dan hal itu patut dicontoh oleh generasi-generasi milenial sekarang ini.

pemateri dan panitia acara

Awal pembicaraan Bang Parlindungan Purba, mencoba menjelaskan fungsi dan kerja dari pada Anggota Dewan Perwakilan Daerah itu ngapain. Yakni mewakili provinsi daerah pemilihannya, untuk bisa menyuarakan suara rakyat secara langsung, tanpa menggunakan embel-embel partai. Tiap-tiap provinsi dipastikan akan memiliki anggota DPD sebanyak empat orang. Meskipun anggota DPR-nya hanya dua orang-contoh kasus di Babel, dikarenakan ada pembagian jumlah kursi di Senayan dengan jumlah penduduk yang diwakilinya, jumlah anggota DPD yang mewakili daerah tersebut tetap empat orang.

Berdasarkan pemaparan yang beliau sampaikan di acara seminar Pemuda tersebut, bahwa dampak DPD secara langsung, bagi kehidupan berbangsa dan bernegara adalah semakin berkurangnya, daerah-daerah wilayah di Indonesia yang mengajukan diri untuk berpisah dari NKRI kita. Meskipun hal ini tentulah masih perlu research  yang lebih lanjut lagi, untuk bisa membuktikan pernyataan tersebut, benar atau salah.

Kemudian beliau juga menyampaikan tentang kondisi tanah air kita dimata dunia. Bahwa bangsa kita ini, ibarat seorang anak gadis, yang oleh negara-negara lain, coba untuk merebutnya. Dengan cara mengirimkan perpecahan-perpecahan melalui politik adu domba. Persis seperti yang pernah dilakukan oleh Belanda pada zaman dahulu.

Menjadi primadona, karena bangsa-bangsa mengakui, bahwa bangsa kita memiliki tiga sumber daya yang oleh negara lain belum atau sulit untuk menemukannya. Pertama, adalah energi, kedua, makanan (food) dan yang ketiga adalah air. Meskipun ketiga hal ini, potensi kepemilikannya sudah ada, tapi karena pemaksimalannya kurang atau bahkan tidak ada, sehingga kita masih impor. Hal ini disampaikan oleh Presiden Jokowi saat memberikan pengarahan kepada peserta Program Pendidikan Regular (PPRA) Angkatan 54 dan 55 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), di Istana Negara, Jakarta, Rabu (2/11) tahun lalu, 2016. Seperti yang dilansir oleh beritasatu.com

Kemudian ke point utama saya, gaya pacaran ala Bang Parlindungan Purba. Beliau mencoba meyakinkan para pendengar saat itu, untuk segera mengubah gaya pacarannya. Mulai dari sebelum jadian, hingga jadian, dalam gaya berpacarnya hendaknya harus berdiskusi atau membahas tentang empat pilar kebangsaan. Mulai dari Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara tahun 1945, NKRI, hingga Bhinneka Tunggal Ika. Kalau tidak membahas tentang hal-hal itu, hubungannya jangan dilanjutkan dulu.

Beliau mencontohkan, bagaimana cara ngomongnya. “Kamu tahu gak Undang-Undang yang mengatur tentang kekayaan alam itu apa. Kalau tahu hubungan kita dilanjutkan, kalau tidak..cukup sudah...sampai disini saja”

Hal ini coba ditekankan oleh Beliau, sebagai upaya penghayatan dan pelaksanaan kecintaan berbangsa dan bernegara, seharusnya sudah bisa dilakoni oleh para muda-mudi. Dan proses pengenalan dan wujud kecintaan kita tersebut kepada tanah air, ditandai dengan mengetahui segala hal tentang seluk-beluk berbangsa dan bertanah air tersebut.

Ide ini masih dianggap lucu oleh kami para pendengarnya saat itu. Sebab bagaimana mungkin ranah pribadi dimasuki oleh ranah atau lingkup berkebangsaan. Hal-hal yang sehari-hari atau sederhana harus diributi dengan hal-hal yang rumit dan ruwetnya soal kebangsaan ini.

Tapi ide ini sebenarnya gak salah untuk dilakukan atau ditindaklanjuti. Sebab sekarang ini sudah semakin cueknya para muda-mudi untuk bisa tahu tentang bangsanya. Bahkan sampai mudah dicuci otaknya oleh paham-paham radikalisme dan kekerasan. Mencoba mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama melalui hubungan berpacaran-persahabatan, ataupun juga mungkin bisa diaplikasikan dalam hubungan berkeluarga. Tapi dengan satu catatan, kalau tidak tahu, bukan berarti terjadi perceraian atau perpisahan.

Rabu, 15 November 2017

Keajaiban Masih Ada




Menonton sebuah film akan sangat berguna ketika kita bisa menilai dan mengambil makna positif dari sebuah film tersebut. Sebuah film yang sederhana, tapi menunjukkan sesuatu yang tidak biasa. Apalagi ketika film itu berdasarkan kisah nyata atau real story. Dimana tidak perlu ada settingan buatan dari penulis ataupun dari sutradaranya. Cukup mendengarkan dan melihat langsung kehidupan dari si tokoh nyata tersebut.

Film “The Miracles from Heaven”, sebuah film yang sangat menguatkan iman kepercayaanku kepada Sang Pemberi Kehidupan ini. Annabel Beam, seorang anak yang menderita Pseudo Obstruction Motility Disorder, yakni penyakit dimana ususnya tidak terletak pada tempat yang semestinya, dan juga usus bawahnya tidak bisa merespon makanan yang dimakannya. Sehingga perutnya semakin membesar. 

Dia mulai merasakan penyakit itu sejak berusia kurang lebih empat tahun. Dan keajaiban itupun akhirnya terjadi tiga tahun kemudian. Dia sembuh ketika dia mengalami sebuah kecelakaan sewaktu bermain bersama dengan kakaknya. Memanjat sebuah pohon tua, dan karena ranting pohon itu sudah tidak kuat menahan beban mereka berdua, si kakak menyarankan untuk segera melompat ke lubang pohon itu dan akhirnya masuk ke dalamnya.

Tim penyelamat tidak berani memotong pohonnya, sebab ditakutkan akan semakin memperparah keadaan si Annabell yang sedang berada didalamnya. Jadi proses penyelamatannya berlangsung lama. Mengandalkan seutas tali dengan tenaga penyelamat yang berusaha masuk kedalam lubang pohon yang sempit itu.

Dia bersaksi, bahwa ketika dia berada didasar dari pohon tersebut, ada suara yang mengatakan bahwa dia akan sembuh. Dia mengalami suatu peristiwa yang luar biasa, bertemu dengan Sang Pemiilik Hidup, dan dikatakan bahwa waktunya belum tiba.

Annabell dan dr Nurko

Orang tuanya, awalnya tidak percaya akan kesembuhannya dan memastikan ke dokter spesialis anak, yakni dr. Samuel Nurko, MD, MPH. Dan akhirnya secara medis, dokter itu menyatakan bahwa ia telah sembuh total.

Hikmat dari kisah ini.

Orang tua mana yang tidak merasa sedih dan susah, ketika melihat kondisi anaknya, sedang mengalami suatu penyakit tertentu. Jangankan penyakit yang parah, ketika luka sedikit sajapun akibat tusukan benda tajam, dipastikan para orang tua akan merasakan panik dan mencoba untuk segera mengobatinya.

Teringat akan hal itu juga, baru seminggu lalu, kami mengalami sebuah musibah juga. Ketika mertuaku datang dari kampung untuk mengikuti acara di daerah tempat kami tinggal. Jadi kami berusaha untuk memberikan petunjuk jalan dan tempat yang asik di area tujuan acara mereka. Aku dan istriku bersama dengan kedua anakku pergi menemani mereka dengan sepeda motor. Mereka juga naik sepeda motor.

Ketika sudah mengantarkan mereka, pada perjalanan pulang, tiba-tiba kain panjang yang biasanya digunakan untuk menggendong anakku, terlilit oleh roda motorku. Dan akhirnya, anakku yang paling kecil terlempar dijalan, sempat berguling dan akhirnya terduduk.

Sungguh suatu keajaiban juga, ketika itu, mobil di belakang kami, tidak berjalan kencang, dan langsung membuat palang melintang untuk menghambat jalan mobil lain yang dibelakangnya. Padahal jalan itu tepat pada posisi tekungan. Sehingga sulit bagi pengendara lain untuk melihat apa yang sedang terjadi didepannya.

Kami bersyukur, ternyata mereka, pemilik mobil yang melintang itu, menjadi penolong kami, menghindarkan kami dari dampak terburuk dari kecelakaan tersebut. Menawarkan bantuan bagi kami untuk segera menghantarkan kedua anakku dan istriku pergi ke puskesmas terdekat.

Bersyukurnya lagi, luka yang diderita anakku, tidak begitu parah. Hanya lebam dan luka di kaki kanannya, juga sedikit lecet dikepalanya. Akhirnya lukanya dibersihkan dan diberikan obat oleh dokter jaga saat itu.

Aku dan Istriku sangat panik ketika kejadian itu. Tapi Tuhan akhirnya segera memberikan pemulihan demi pemulihan bagi anakku. Dan sekarang kondisinya, dia kembali lincah berjalan seperti biasanya. Tidak ada luka dalam yang dialaminya. Tuhan memberikan pemulihan dan kesembuhan yang luar biasa bagi anak kami ini.  

Padahal beberapa minggu sebelum peristiwa itu terjadi, ada anak sekolahan, akhirnya meninggal di jalan. Bukan karena tabrakan, tapi karena terjatuh dari kereta yang dibawanya, dan kepalanya membentur aspal duluan dan mengakibatkan dia meninggal.

Dengan peristiwa ini juga akhirnya menolong kami, untuk semakin bersyukur kepada-Nya, karena perlindungan-Nya adalah sempurna. Kemudian supaya kami bisa lebih peka lagi sebagai orang tua. Terutama peka terhadap suara Tuhan, yang mungkin diutarakan-Nya lewat hal-hal yang sedang terjadi disekeliling kita.

Kembali kepada kisah Annabel. Perjuangan orang tuanya, bukan terbilang mudah. Dimasa-masa pengobatannya, mereka melakukan banyak pengorbanan. Mulai dari rumah sakit terbaik yang harus dituju, sangat jauh dari daerahnya, berkisar 30 jam an kalau naik kendaraan darat. Sekali pulang pergi naik pesawat harus menghabiskan uang ribuan dollar. Dan dalam enam minggu sekali, harus kembali lagi diperiksa oleh dokternya. Menghabiskan biaya yang tidak bisa dibilang murah. Belum lagi biaya rumah sakit dan obat-obatan yang harus dibeli.

Dan hal itu dialami sampai kurang lebih tiga tahun. Mental, iman dan daya tahan orang tuanya betul-betul diuji. Sampai akhirnya tiba pada suatu titik, dimana tidak bisa lagi berbuat apa-apa, dan hanya bisa percaya saja. Dan kesembuhan itupun terjadi di suatu peristiwa yang tidak bisa disangka-sangka.

Dan bagi para orang tua  lain, yang mungkin sedang mengalami suatu masalah penyakit atau penderitaan pada anaknya, ataupun yang mungkin berada di rumah sakit sekarang ini, percayalah...bahwa keajaiban itu masih ada
 

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...