Selasa, 13 Maret 2018

Kisah Hidup CW Tinggal di Hotel 10 Tahun Serta Shoping ke Luar Negeri Bersama Lima Anak Adopsi



Meskipun sah-sah saja bagi setiap orang menghabiskan hidupnya dengan banyaknya uang yang keluar setiap harinya. Apalagi memiliki kesanggupan untuk memenuhi gaya hidupnya yang serba glamour adalah mungkin impian dari banyak orang. Tapi sayang hal itu akan sulit tercapai, disamping akan banyak mengeluarkan biaya, hal tersebut akan menguras seluruh kekuatan uang yang kita miliki. Sebab seberapa banyakpun uang yang kita miliki niscaya suatu saat uang yang kita miliki akan habis dengan perlahan-lahan. Karena harus mengikuti gaya hidup yang serba wah.

Tapi bagi CW hal itu sepertinya tidak berlaku. Seperti yang dilansir oleh kompas.com (13/3/2018), beliau ternyata bisa menginap di hotel yang berbeda-beda hingga sepuluh tahun bersama dengan lima orang anak adopsinya. Dimana rata-rata setiap harinya CW bisa menghabiskan tiga juta rupiah untuk dua kamar hotel yang disewanya.

Kalau dihitung-hitung, biaya untuk menyewa hotel selama satu bulannya maka akan menembus angka 90 juta rupiah. Dan setahunnya dia akan mengeluarkan uang kurang lebih 1 miliar rupiah. Dinyatakan lagi bahwa dia sudah tinggal selama sepuluh tahun di hotel, maka dia sudah menghabiskan uang kurang lebih 10 miliar rupiah hanya untuk bisa tinggal di hotel.

Biaya tersebut belum termasuk biaya jalan-jalan dan shoping ke luar negeri. Maka angka pengeluaran dari si Ibu CW tersebut, bisa akan menembus angka pengeluaran hingga ratusan miliar untuk bisa  memenuhi keinginan hatinya.

Awal kasus ini terbongkar, ketika salah satu anak adopsinya FA (13) lari dari CW sang Ibu. Karena katanya dia sering mendapatkan perlakuan kasar hingga penganiayaan dari Ibu pengadopsinya. Dan akhirnya ketemu dengan seorang warga yang prihatin dengan kondisinya. Kemudian berniat untuk menyekolahkannya. Tapi terkendala masalah akta lahir si anak. Kemudian ketika ditanyakan ke sang Ibu CW, beliau ternyata tidak bisa menunjukkan akta tersebut.

Dan kasus ini akhirnya dilaporkan ke Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI). Awalnya untuk bisa menekan CW melalui LPAI. Tapi oleh LPAI akhirnya melaporkan hal tersebut ke kepolisian atas kasus dugaan eksploitasi dan penelantaran anak.  Dan setelah dilakukan penyelidikan terhadapnya, CW (60) ternyata tidak bisa menunjukkan dokumen yang sah dalam pengadopsian kelima anak tersebut. Yakni RW (14), FA (13), OW (13), EW (10), dan TW (8).            

CW saat ini sudah menyewa pengacara atau kuasa hukumnya, Edi Danggur, seperti yang dilansir oleh kompas.com (13/3/2018) untuk bisa menolongnya dalam kasus yang sedang menjeratnya saat ini. Akan segera merilis konferensi pers tentang kasus kliennya yang sedang ditanganinya saat ini.

Kelima anaknya tersebut seperti yang dinyatakan oleh AKP Hasiati Lawole  kepada Kompas.com (13/3/2018), bahwa mereka diikutkan dalam program homeschooling. Guru datang ke hotel tempat mereka tinggal. Dimana program homeschoolingnya dua kali seminggu, yakni Selasa dan Kamis, selama dua jam lebih dari pukul 15.00 WIB hingga 17.00 WIB.  

Polisi sedang mencari dan menyelidiki dari mana asal uang yang ia peroleh selama ini untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya yang tergolong mewah bersama dengan kelima anak adopsinya. Dimana untuk biaya homeschooling juga tidak terbilang murah biayanya. Juga bisa tinggal di hotel selama bertahun-tahun.

“Bayangkan saja, dia dan kelima anaknya tinggal di Hotel Le Meridien selama hampir 2 tahun. Mereka sewa 2 kamar yang masing-masing kamar biaya sewanya Rp 1,5 juta. Jadi sehari mengeluarkan Rp 3 juta untuk tempat tinggal saja, belum yang hotel lainnya. Kami telusuri darimana ia mendapatkan uang ini," ujar Hasiati Kanit V Subdit Renakta Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya AKP.
           
Padahal dia hanyalah seorang pensiunan dokter, dan almarhum suaminya juga adalah seorang dokter. Dia (CW) punya rumah juga, tapi bukan dijadikan tempat tinggal. Rumah tersebut hanya sebagai tempat penyimpanan barang-barangnya.

Melihat gaya hidup yang seperti itu, ternyata ada juga terjadi di negara kita ini. Dengan kondisi bangsa kita yang rata-rata masyarakatnya masih tergolong hidup dalam berkecukupan, ternyata ada orang yang sanggup untuk lebih memilih hotel sebagai tempat tinggalnya bersama dengan anak-anaknya. Padahal punya rumah untuk ditinggali. Bukan sehari dua hari, bahkan dalam hitungan bulan. Melainkan sampai bertahun-tahun bisa tetap eksis melakukan hal tersebut.

Kita lihat saja bagaimana informasi jelasnya maupun nantinya kasus ini akan berujung? Baik dari hasil konferensi yang rencananya akan digelar oleh kuasa hukum CW sendiri, ataupun hasil dari penyelidikan yang sudah dilakukan oleh pihak kepolisian, serta hasil putusan sidang pengadilan tentang kasus dugaan ekploitasi dan  penelantaran anak yang akan digelar nantinya.   

Supaya kita bisa melihat dengan jelas segala motif ataupun motivasi yang mendasari CW memilih hidup yang demikian. Sebagai pembelajaran yang baik bagi kita, untuk bisa lebih memilih hidup dalam kesedarhanaan saja. Meskipun punya uang ataupun kekayaan yang banyak, tapi lebih memilih untuk hidup berdasarkan kebutuhan kita saja, bukan berasal dari keinginan semata. Semoga.

  



Ketidaksesuai Pemberitaan Media Dalam Pemberian Cuti Oleh Anies, 5 Hari atau 1 Bulan?





Pemberitaan yang saling bertentangan meskipun tidak begitu kontras, di hari ini (13/8/2018) antara kompas.com dengan detik.news.com. Mengenai pemberian cuti untuk para suami yang mendampingi istri yang sedang melahirkan baik itu secara normal maupun sesar. 

Pemberian cuti ini diberikan dengan dasar yang sudah dikeluarkan Badan Kepegawaian Negara Nomor 24 Tahun 2017. Dimana undang-undang ini mengatur tentang Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jenis cutinya. Salah satunya yaitu Cuti Alasan Penting (CAP) yang sering dipakai untuk bisa mendampingi para istri yang sedang melahirkan.
 
Kekontrasan itu tampak ketika media Kompas.com (13/3/2018, 15:58), melansir pemberitaan ini dengan judul “Anies Berikan Cuti Lima Hari Untuk PNS DKI Yang Istrinya Melahirkan”. Sedangkan detik.news.com (13/3/2018, 17:41), dilansir dengan judul headline-nya, “PNS Pria Bisa Cuti Sebulan Diberlakukan di Zaman Anies”.

Mana dari pemberitaan itu yang betul-betul menggambarkan kesesuaian antara judul dan isi? Ketika mengecek media kompas, ada memang pernyataan lima hari oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) DKI Jakarta, Syamsudin Lologau.

“Perintah Pak Gubernur kalau istri melahirkan maka suami harus mendampingi. Bisa dibayangkan bagaimana penderitaan seorang ibu melahirkan, kalau ada suami yang mendampingi maka beban ketakutannya berkurang. Kalau Pak Gubernur itu lima hari (cuti) itu sudah luar biasa, jadi nggak usah satu bulan. Kalau umpamanya gawat, bisa melebihi itu," ujar Syamsudin.               

Sedangkan pemberitaan oleh detik.news.com, tidak ada pernyataan eksplisit dari Syamsudin Lologau, tentang pemberian cuti satu bulan. Malah ditambahkan lagi bahwa pemberian ijin itu dinyatakan bahwa zaman Anieslah lebih dulu memulai kebijakan itu sebelum pusat.

"Nah kalau ada yang mendampingi suaminya maka beban ketakutannya itu berkurang. Dari suami harus mendampingi istri, Udah berlaku di kita (Pemprov DKI) itu. Udah duluan kita malah," tutur Syamsudin. Dengan hanya pernyataan tersebut, detik.news.com membuat judul seperti yang di atas.
Dari kedua judul pemberitaan tersebut, tampak media detik.news.com ingin menunjukkan sosok Anies yang lebih humanis dan lebih cepat pengambilan keputusannya, jika dibandingkan dengan pusat. Padahal Peraturan BKN tentang cuti tersebut baru dibuat tahun 2017 lalu, tepatnya pada tanggal 22 Desember 2017 lalu oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN).

Ada perasaan percaya diri yang begitu besar dalam pemerintahan DKI Jakarta saat ini, seperti yang disampaikan oleh BKD DKI Jakarta, Bapak Syamsudin Lologau. Dan hal inilah yang akhirnya disampaikan dalam pemberitaan media detik.news.com hari ini.

Tapi melihat pemberitaan oleh Kompas.com, bahwa hal disampaikan sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Bapak Syamsudin Lologau. Jelas ada pernyataan lima hari saja yang akhirnya disahkan oleh Gubernur Anies Baswedan.

Hal tersebut didasarkan atas pengalaman-pengalaman yang sudah terjadi di lingkungan pemprov DKI sendiri. Dinyatakan belum banyak yang mengajukan tapi sudah ada. Dan kebanyakan dari yang mengajukan tersebut rata-rata pengajuan untuk pengambilan cuti dengan alasan penting hanya sampai lima hari saja.

Dengan kejadian dua pemberitaan dalam satu peristiwa kejadian, hal tersebut akan tampak biasa-biasa saja. Tergantung kita dalam menyikapinya bagaimana. Perlu bijak untuk bisa membaca apapun yang disampaikan oleh pemberitaan-pemberitaan media apapun itu. Tapi kebiasaan kita adalah untuk langsung percaya akan segala pemberitaan yang disampaikan, tanpa harus mengecek sumber kebenaran informasinya dari mana.

Apalagi ketika hal itu adalah pemberitaan bohong atau Hoaks, maka bisa dipastikan pemberitaan tersebut akan merugikan diri kita sendiri. Perlu disetiap tulisan yang kita sampaikan harus mengandung sumber atau dasar berita, sehingga tulisan kita tidak masuk kategori bohong atau hoaks.
Mengenai sikap dua media mainstream yang ditampilkan pada hari ini, antara detik dan kompas, memang ada  perbedaan, meskipun tidak begitu kontras seperti yang saya ungkapkan tadi di atas. Sebab sangat beda antara pemberian cuti lima hari saja jika dibandingkan dengan pemberian cuti satu bulan.

Dengan judul dan headline yang dituliskan di media mainstream tersebut akan mempengaruhi opini publik tersebut akan mau dibawa kemana.

Terakhir meskipun kita tidak tahu maksud dan motif pemberitaannya apa, diharapkan supaya kita untuk selalu kritis terhadap apapun itu pemberitaan media yang akan kita baca berikutnya.  
  

Guru Melimpah Kondisi Lapangan Sudah Cukup, Memilih Profesi Lain Sulit, Jalan Keluarnya Bagaimana?





Tertegun melihat kompas cetak kemarin (12/3/2018). Dinyatakan bahwa jumlah  calon guru kita saat ini melimpah. Dimana tiap tahun jumlah lulusan sarjana pendidikan sekitar 260.000 orang, tetapi yang terserap untuk program pendidikan profesi guru hanya sekitar 27.000 orang saja. Dengan kondisi yang seperti itu, yang terserap dalam profesi keguruan dari jumlah lulusan sarjana pendidikan hanya berkisar kurang lebih 10 persen saja. 

Ternyata hal itu ditenggarai oleh semakin meningkatnya kesejahteraan para guru. Dan semakin diperkuat dengan setelah adanya Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 yang mengatur dan menjanjikan tentang kesejahteraan para guru berupa penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum. 
Dimana guru yang bersertifikat pendidik dapar meraih tiga kali lipat daripada PNS lainnya. 
Adapun tunjangan yang akan didapatkan berdasarkan UU tersebut yakni selain gaji pokok yang akan diterimanya, dimungkinkan juga setiap guru dan dosen akan menerima tunjangan yang melekat pada gajinya, yaitu tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan tunjangan lainnya (termasuk tunjangan kemahalan jika bertugas di daerah terpencil).

Melihat kondisi seperti itu, memicu banyak anak-anak SMA atau SMK yang akhirnya memilih untuk melanjutkan studinya di keguruan. Dan akhirnya untuk memenuhi permintaan kebutuhan akan program studi tersebut, maka semakin menjamurlah Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) di seluruh wilayah Indonesia.

Berdasarkan data Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, seperti yang dilansir oleh kompas.id (12/3/2018), bahwa sebelum tahun 2005 jumlah LPTK hanya berkisar 90 institusi saja. Namun setelah UU yang mengatur kesejahteraan Guru dan Dosen itu digulirkan, maka jumlahnya terus bertambah. Tahun 2012 bertambah hingga menjadi 381 institusi. Di tahun 2014 menjadi 381 institusi. Dan di tahun 2016 sudah mencapai angkat 421 insititusi di bidang LPTK, baik dalam bentuk universitas ataupun dalam bentuk akademi keguruan.

Kemudian dari 421 institusi tersebut, hanya 18 LPTK yang terakreditasi A, dan yang terakreditasi B hanya 81 institusi. Dari sisi program studinya, terakreditasi A hanya 209 jurusan program studi, sedang terakreditasi B hanya 811 program studi. Padahal kalau dibandingkan dengan total program studi ilmu pendidikan yang ternyata totalnya paling banyak yakni berkisar 5.724 program studi, berarti yang terakreditasi hanya berkisar 20 persen saja. Lainnya terakreditasi cukup dan bahkan mungkin belum punya akreditasi.

Bahkan dinyatakan lagi bahwa jumlah mahasiswa calon guru saat ini berkisar 1,2 juta orang. Sangat tidak sebanding dengan jumlah kebutuhan guru yang diproyeksikan oleh Kemenristek dikti yang hanya diperlukan di tahun 2018, yakni hanya berkisar 43.258 orang saja. Bahkan hingga proyeksi di tahun 2024 pun dimana jumlah kebutuhan yang dibutuhkan hanya berkisar 126.435 orang saja, dari jumlah 1,2 juta orang mahasiswa keguruan saat ini, yang hanya terserap baru berkisar 10 persennya saja. Itupun kalau angkanya tetap di 1,2 juta orang saja setiap tahunnya. Angka tersebutpun diperkirakan akan naik hingga lima atau sepuluh kali lipat dari jumlah tersebut. Yang berarti akan banyak sekali jumlah penganguran terdidik di bangsa ini.

Banyaknya orang muda yang akhirnya untuk memilih jurusan kependidikan menjadi bidangnya, disamping faktor yang akan didapatkan nantinya yakni melalui gaji yang akan didapatkan, juga didukung oleh faktor biaya pendidikan yang terbilang murah untuk bisa kuliah pada jurusan itu. Tidak semahal dengan biaya pendidikan untuk jurusan bidang non kependidikan.

Seperti yang disaksikan oleh Lita pada kompas.id (12/3/2018), bahwa ia mulai kuliah pada tahun 2012 lalu. Dia mendaftarkan dirinya di STKIP Jakarta. Biaya awal yang dikeluarkan ketika itu hanya Rp.3 juta rupiah, sedangkan uang semesternya hanya berkisar Rp.600 ribuan per semester. Kemudian setelah menyelesaikan studinya di bidang ekonomi. Harapannya tak seindah yang diinginkannya. Jurusan yang ditempuhnya ternyata tidak dibutuhkan di banyak sekolah yang ia sudah jatuhkan lamaran. Tapi akhirnya kesempatan itu terbuka ketika dia menjatuhkan lamarannya di SD dekat rumahnya. Yang hanya memberikan gaji 1,2 juta perbulannya, sepertiga dari jumlah upah minimum buruh pada saat ini.

Melihat kondisi sekarang ini juga, uang kuliah tunggal (UKT) yang diterapkan di UNIMED (Universitas Negeri Medan dulu dikenal dengan IKIP Medan) seperti yang dilansir oleh spmb.unimed.ac.id (tahun ajaran 2018/2019),bahwa rata-rata pembayaran mahasiswa untuk kuliah di Universitas itu hanya sebesar Rp.8.391.500 sampai lulus. Kemudian Tarif UKT yang akan diberlakukan di Unimed yang terdiri dari beberapa kategori yakni : kategori tidak mampu Rp. 500.000,-, kategori tidak mampu Rp. 750.000,-, kategori cukup mampu Rp. 1.050.000,-, kategori mampu Rp. 1.250.000,-, dan kategori sangat mampu Rp. 1.600.000,-. Sejumlah itulah yang akan dibayarkan oleh para mahasiswa Indonesia. Sangat murah bukan.

Dengan kondisi yang seperti itu, anak-anak muda niscaya akan merebut jalur bidang pendidikan sebagai pilihan masa depannya. Tidak mempertimbangkan lagi kebutuhan riil yang ada di lapangan sekarang. Dimana yang diserap dari seluruh lulusan kependidikan tersebut hanya berkisar 10 persen saja. 90 persennya lagi mereka akan kemana? Dipastikan akan menganggur kalau tidak memilih bidang pekerjaan yang lain diluar jalur yang mereka tempuh.

Bagaimana solusinya?

Apa yang harus kita kerjakan atau persiapkan dengan kondisi-kondisi yang sedemikian tidak menguntungkan bagi kita para muda-mudi ataupun para mahasiswa. Berikut solusi yang mungkin bisa saya bagikan, semoga berkenan.

Pertama, memastikan dulu bahwa untuk kuliah di kependidikan itu, haruslah benar-benar merupakan passion atau hasrat kita yang sebenarnya. Bukan hanya karena melihat biaya yang murah untuk menempuh bidang studi tersebut, tapi karena memang betul-betul bergumul untuk bisa mendidik dan mencerdaskan anak-anak generasi Indonesia selanjutnya. 

Kedua, meskipun akhirnya karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk bisa melanjutkan studi di jurusan yang lain, dan memilih jurusan kependidikan, mari berupaya untuk bisa mempersiapkan diri kita dengan skill atau kemampuan yang lain. Dan yang paling untuk memungkinkan yang bisa dikerjakan atau dipersiapkan adalah dengan mengasah kemampuan entrepreneurship atau bakat kewirausahaan kita.

Ketiga, mencoba untuk mencari peluang bisnis yang akan dikembangkan kedepannya. Sehingga itu bisa menjadi modal kita untuk mempersiapkan masa depan kita yang lebih baik lagi. Dan kalau memang lebih memungkinkan lagi, mengembangkan usaha rintisan kita itu menjadi sukses lagi, kemudian sambil bisa bergiat dibidang usaha, sambil bisa kuliah di jurusan yang kita sukai atau minatin.

Dimana ketika semangat entrepreneurship tersebut sudah kita kembangkan, maka niscaya kita bukan lagi masuk ke golongan orang-orang pencari kerja. Dimana golongan ini merupakan golongan yang paling banyak dimiliki oleh bangsa kita saat ini. Mencoba memupus harapan untuk bisa PNS. Sebab memang pada kenyataannya kemungkinan lolos sangatlah kecil, karena sudah memiliki saingan ratusan ribu hingga jutaan orang yang sudah lama mengantri untuk bisa mendapatkan status tersebut.

Akhirnya untuk bisa memajukan pendidikan di bangsa kita ini,diharapkan yang terlibat didalamnya adalah orang-orang yang betul-betul punya niat maupun passion  yang betul-betul untuk bisa memajukan pendidikan kita saat ini. Bukan hanya karena azas mumpung. Artinya mumpung diterima yah apa boleh buat. Menjalani hari-hari  dengan penuh kebiasaan tanpa adanya gairah di dalam hidupnya sehari-hari. Dan hal itu bisa kita saksikan bersama pada kondisi kita sekarang ini.

Tidak ada terobosan yang begitu berarti di dalam pengembangan dunia pendidikan kita. Sebab hari-harinya hanya untuk bisa menyelesaikan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan prosedur atau ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah saja.

Menjadi Menkeu Terbaik Dunia Kemudian Gelar Kehormatan Tidore Hingga Penghargaan DPR, Fadli Zon Bisa Apa?





Orang berprestasi bisa dipastikan akan terus berprestasi. Dari mendapatkan satu penghargaan hingga ke penghargaan yang lain. Karya dan prestasi itu ternyata selalu ditunjukkan Ibu Menteri Keuangan kita, Ibu Sri Mulyani. 

Dimana setelah dunia mendaulat Ibu Sri menjadi Menteri Keuangan terbaik di dunia, yang hanya diberikan kepada satu orang saja setiap tahunnya. Kemudian pada waktu lalu, 8 Maret 2018, ternyata masih mendapatkan lagi penghargaan dari kesultanan  Tidore.

Sewaktu beliau berkunjung ke Tidore, seperti yang dilansir Kompas.com (12/3/2018), mendapatkan kembali gelar kehormatan dari Kesultanan Tidore.

“Sultan Tidore mewakili kesultanan Tidore memberikan kepada saya anugerah gelar kehormatan adat Kesultanan Tidore sebagai 'Ngofa Bangsa Ma Guraci' atau Putri Bangsawan Terbaik Saya secara pribadi dan institusi mewakili Kementerian Keuangan, menerima penghargaan yang diberikan Sultan Tidore sebagai suatu bentuk harapan yang dititipkan kepada pundak kami semua" ujar Sri Mulyani.

Dengan rendah hati Ibu Sri Mulyani menerima penghargaan itu. Selalu membawa pemerintahan Jokowi atas segala kinerja baik yang terus dikerjakan, maka beliau didaulat untuk mendapatkan pengharggan tersebut. Tidak pernah membawa penghargaan tersebut sebagai ranah pribadi atau pencapaian yang ia terima bukanlah hanya sekedar pencapaian pribadi semata saja. Ia tahu dan sadar bahwa kinerja baik dan gemilang yang ia kerjakan, merupakan bagian dari kinerja baik dari pemerintahan secara keseluruhan.

Besar harapan Sultan Tidore dan seluruh rakyatnya, melalui penghargaan tersebut bahwa hal itu merupakan amanah yang harus diemban. Ibu Sri Mulyani yakin apabila semua unsur bangsa Indonesia terus kerja keras, maka Indonesia bisa menciptakan Baldatun Thayyibatun wa rabbun Ghafur, sebuah negara yang memiliki kesejahteraan yang dapat dinikmati secara adil oleh seluruh rakyat, bahkan diberikan juga kepada negara-negara lain.

Mengenai penghargaan ini, belum terdengar kabar nyinyir dari seorang Fadli Zon, yang biasanya kerap selalu nyindir ketika Ibu Sri mendapatkan penghargaan. 

Tapi ketika institusinya sendiripun akhirnya berencana juga untuk memberikan penghargaan juga kepada Ibu Sri Mulyani, Fadli Zon protes akan hal itu. Dimana hal itu dikonfirmasi langsung oleh Ketua DPR sendiri, yaitu Bambang Soesatyo, seperti yang dilansir oleh Kompas.com (9/3/2018).

Rencana pemberian penghargaan tersebut akan diberikan secara kelembagaan, dimana hal itu diinisiasi langsung oleh Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR dalam memperingati Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret lalu.

Ketua DPR sendiripun akan mengundang beberapa perwakilan parlemen dari sejumlah negara untuk bisa menghadiri pemberian penghargaan tersebut kepada seluruh menteri perempuan yang berprestasi menurut penilaian BKSAP. Dimana rencananya acara tersebut akan digelar pada Rabu depan (14/3/2018).

Bapak Jokowi sendiripun akan mendapatkan penghargaan juga pada acara itu nantinya. Karena berdasarkan  sejarah bahwa  zaman kabinetnya Jokowilah  yang paling banyak mengangkat perempuan sebagai menterinya.

Ketika akan digelar pemberian penghargaan tersebut kepada sejumlah menteri perempuan, terutama kepada Ibu Sri Mulyani, Fadli Zon langsung bersuara dan keberatan akan rencana DPR tersebut. Meminta supaya dalam pemberian penghargaan tersebut dilakukan setelah adanya paripurna dulu di DPR. Sebab pemberian penghargaan atas nama DPR. Dan juga berdasarkan pendapat pribadinya sendiri, bahwa Sri Mulyani tidak pantas untuk menerima penghargaan tersebut.

“Kalau atas nama DPR ya harus dibawa dan disetujui paripurna. Ekonomi kita terpuruk. Rupiah kita melemah termasuk yang paling rentan di asia. Kemudian utang juga melonjak tinggi, lalu juga pecapaian target-target pertumbuhan tidak tercapai," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (8/3/2018).

Akan pernyataan tersebut, yakni tentang pelemahan rupiah, Ibu Sri Mulyani menanggapi langsung akan pernyataan Bapak Fadli Zon tersebut. Seperti yang dilansir oleh Kompas.com (6/3/2018), bahwa penurunan nilai mata uang kita dikarenakan sentimen dari negara Amerika sendiri. Dimana negara tersebut menarik kembali mata uang mereka, sehingga itu menimbulkan ekses negatif kepada banyak negara. Dan bukan hanya negara Indonesia sendiri.

Akibat dari persediaan mata uang kurs dollar berkurang di suatu negara, hal itu akan melemahkan mata uang negara setempat. Tapi hal itu sebaliknya akan menguatkan mata uang dollar. Hal itu dilakukan oleh pemerintah Amerika untuk memperkuat mata uang mereka di dunia.

Dengan kondisi seperti itu, Fadli menilai bahwa upaya pemerintah kurang optimal dalam menguatkan nilai tukar mata uang rupiah. Padahal sudah ada intervensi dari Bank Indonesia.

Melihat sekilas bahwa kritikan ataupun nyinyiran dari seorang Fadli Zon kepada Sri Mulyani, tampaknya masuk akal. Tapi ketika hanya dia seorang saja yang berkeberatan tentang pemberian penghargaan tersebut, dan tidak ada orang lain yang bersama-sama dengan dia, tampaknya kritikan tersebut hanyalah sentimen pribadi seorang Fadli Zon saja.

Penghargaan yang didapatkan bukan hanya dari dunia internasional, juga mendapatkannya  dari kesultanan Tidore. Dan bahkan lembaga negara seperti DPR, berencana memberikan penghargaan kepada seorang Sri Mulyani.

Banjirnya penghargaan kepada beliau, bukankah menunjukkan bahwa kinerja seorang Sri Mulyani memang bagus dan berdampak bagi pemerintahan Indonesia. Hal itu akan menafikan segala kritikan dan nyinyiran seorang Fadli Zon.

Penilaian Anda bagaimana dengan Fadli Zon, pantaskah?             


  

Saat Jokowi Lomba Burung dalam Weekend kali ini, Anies Promo Becak Listriknya




Hari Minggu merupakan hari weekend bagi semua orang, hari yang baik untuk memanjakan diri kita. Hari yang bisa menambah pundi-pundi antusias maupun semangat kita dalam menghadapi hari esok yang mungkin oleh sebagian orang menyebutnya dengan sebutan, “I Hate Monday”.

Tak terkecuali para pemangku kepentingan di bangsa kita ini. Teristimewa bagi Jokowi sendiri. Bisa menghabiskan masa weekend ini dengan ikut lomba burung. Meskipun akhirnya kalah dalam Lomba Burung Berkicau Piala Presiden hari ini (11/3/2018), seperti yang dilansir Tempo.co., beliau tidak kecil hati. Malah kehadirannya pada event tersebut bisa mendatangkan semangat dan antusias bagi para peserta lainnya.

Burung Jokowi yang ikut disertakan dalam lomba burung berkicau tersebut seperti yang dilansir oleh Tempo.co, bernomor 36, dan hanya bisa masuk nominasi 10 besar saja. Beliau sudah bangga dengan prestasi burung murai batu miliknya. Ada sekitar 72 orang yang ikut dalam festival burung kali ini dan memperlombakan 3000 burung. Bahkan beliau berniat untuk memiliki burung murai batu yang juara satu, tapi oleh si pemilik tidak berniat untuk menjualnya.

Disamping kegiatan itu, ternyata Kebun Raya Bogor sudah mencapai usia genap dua abad. Dimana pada 18 Mei 2017 lalu, Kebun Raya Bogor (KRB) merayakan 200 tahun berdirinya pusat penelitian dan konservasi tumbuhan terbesar di Indonesia itu. Presiden mencoba mengingatkan kita bahwa peran Kebun Raya Bogor sangatlah besar sekali. Sebagai benteng terakhir di dalam penyelamatan flora di negeri kita ini.

Jokowi turut membubuhkan tanda tangannya pada Prasasti 2 Abad Kebun Raya Bogor, yang sudah diresmikan oleh Bu Megawati waktu lalu. Hal ini penting sebab tanda tangan beliau akan menjadi bagian perjalanan penting dari sejarah Kebun Raya Bogor.  

Beliaupun meminta supaya Kebun Raya Bogor, seperti yang dilansir oleh Kompas.com (11/3/2018) bisa dikelola seperti Singapura Botanic Garden. Yang memiliki area atau spot tematik yang bisa dijadikan tempat selfie. Juga untuk bisa meningkatkan jumlah para pengunjung, bisa dibangun banyak bangunan futuristik.

Bapak Aniespun tidak ketinggalan dalam mengisi weekend kali ini. Beliau ternyata tidak tanggung-tanggung dalam perencanaannya untuk bisa membawa kembali becak berdaulat di DKI Jakarta. Dimana oleh para pendahulunya dulu,yang sudah berusaha untuk meniadakan becak digunakan sebagai sarana transportasi untuk umum, tapi kali ini beda oleh penerusnya, Anies Baswedan. Hanafi membawa becak modifikasinya ke Anies Baswedan hari ini (11/3/2018), seperti yang dilansir oleh Kompas.com.

Bahkan ternyata oleh pengakuan anaknya Amien Rais, Hanafi Rais  yang juga merupakan Anggota Komisi I DPR RI, sudah melakukan riset untuk mengembangkan becak ini dari tahun 2012 lalu. Artinya becak ini sudah mengalami banyak modifikasi supaya semakin ramah dengan pengayuh becak supaya tidak mengeluarkan tenaga ekstra. Juga katanya akan berdampak bagi lingkungan, sebab tidak memberikan polusi udara.

Becak kayuh yang dimodifikasi dengan tenaga listrik ini diberi nama HAN. Hanafi mengakui bahwa becaknya ini bisa menempuh 40 km untuk sekali pengisian daya. Dan bisa bolak balik ke Ciputat jika berangkat dari Balaikota.

Becak modifikasi buatan Anggota Komisi I ini, seperti yang dilansir oleh Kompas.com (7/3/2018) sudah dilengkapi dengan mesin, baterai dan dinamo. Biaya yang dihabiskan berkisar 18-20 juta untuk memodifikasi becak konvensional menjadi becak listrik. Diperkirakan becaknya bisa membawa 250 kilogram dan kecepatan maksimalnya bisa mencapai 25 km/jam.

Dengan pengenalan becak ini kepada Anies Baswedan, akhirnya tercapailah keinginan dari Sang Punggawa DKI Jakarta. Kita lihat saja bagaimana aksi dari becak listrik ini? Mungkin akan membutuhkan keahlian mengayuh yang baik atau training mengayuh becak yang terampil. Dan hal itu akan difasilitasi sepenuhnya oleh Balai Kota. Mari para abang-abang tukang becak, manfaatkan dengan semaksimal mungkin fasilitas dan training intensif ini. Jangan sampai terlewat sedikitpun.

Itu sedikit inspirasi dari para pejabat publik kita yang sudah mengisi hari-hari weekendnya dengan sejumlah kegiatan yang bermanfaat. Mulai dari Pak Jokowi yang bisa menghabiskan weekendnya dengan ikut festival lomba kicau burung sedangkan Pak Anies yang mencoba untuk menepati janjinya dalam melestarikan becak di DKI Jakarta, Kota Mega Metropolitan sekaligus Kota Vintage dan klasik.

Berharap Jakarta bisa semakin berbenah atau semakin apa yah? Juga berharap Indonesia semakin lebih baik lagi, dengan segudang kegiatan weekend yang bisa menginpirasi kita bersama.

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...