Sabtu, 16 Juli 2016

AWAS BENCANA KEBAKARAN MELANDA MEDAN




Ternyata sudah hampir satu tahun yang lalu, tepatnya di tanggal 28 Agustus 2015, Medan Plaza terbakar. Hal itu terjadi di jalan Iskandar Muda. Medan Plaza merupakan Plaza tertua di Medan dan sebagai pusat perbelanjaan yang cukup ramai dikunjungi. Pasalnya penulis juga memfavoritkan plaza tersebut. Ada banyak kenangan yang terjadi disana selama saya menyelesaikan studi di kota tersebut. Mulai dari tempat menonton seperti bioskop, tempat menjual pakaian, alat elektronik,dan juga tempat nongkrong seperti café. Hal itu tidak akan bisa dinikmati lagi sebab sekarang sudah menjadi puing-puing bangkai bangunan yang tidak bisa digunakan lagi.
Satu hal lagi tentang Medan Plaza ini, penulis juga sering ketempat ini juga untuk beribadah. Ada satu gereja dimana memilliki banyak yang menjadi anggota gerejanya, sangat prihatin ketika mendengar kebakaran yang terjadi kurang lebih setahun yang lalu di plaza ini. Dan sekarang masih terkenang akan tempat tersebut. Pada kejadian tersebut juga menelan banyak kerugian material dan non material.
Dan hal yang sama juga terjadi tepatnya di hari Rabu kemarin, tanggal 13 Juli 2016, di pasar Aksara kota Medan, yang juga meludeskan dan membakar sejumlah toko dan bahkan gedung Ramayana. Kebakaran ini terjadi tepatnya lagi di jalan Iskandar Muda juga. Masih satu jalan dengan kejadian di Medan Plaza. Dalam kejadian ini hampir meludeskan kurang lebih delapan ratus kios. Ditaksir menimbulkan kerugian kurang lebih hampir seratus milyar.
Bukan hanya kerugian tentang materi saja yang ditimbulkan, tetapi akan semakin bertambah lagi jumlah pengangguran di kota Medan tercinta ini. Dimana masa-masa sekarang ini, kita mengalami kesulitan ekonomi, pekerjaan juga yang semakin sulit untuk ditemukan dikarenakan banyak perusahaan-perusahaan yang enggan untuk buka lowongan baru. Ditambah lagi kebanyakan masyarakat Medan, terutama para kaum mudanya yang kurang bergairah untuk membuka usaha sendiri.
Dengan didua kebakaran di tempat usaha perdagangan ini, sudah pasti mencetak kurang lebih hampir enam ribu lima ratusanan orang yang menganggur. Bayangkan saja, jika di Medan Plaza saja ada sekitar lima ratusan kios masyarakat, jika dikalikan dengan minimal pengerjanya saja ada lima orang, maka sudah akan mencetak pengganguran sekitar dua ribu lima ratus orang. Plus ditambah lagi dengan kejadian kemarin di Pasar Aksara maka akan mencetak penggangguran sekitar kurang lebih empat ribuan orang. Maka akan dikemanakan para pengerja ini. Sulit untuk bisa menjawabnya.
Melihat pemilik modal yang juga sudah mulai enggan untuk membuka kembali lapaknya, memang tidak bisa disalahkan untuk memberhentikan para pekerja mereka semua. Dimana mereka juga sedang mengalami kesulitan modal dalam memulai lagi usahanya. Disini perlu usaha pemerintah dalam mengatasi setiap permasalahan yang terjadi. Dan seharusnya bisa memediasi untuk bisa mengambil langkah selanjutnya.
Pernah kubaca dalam berita di koran, bahwa pemerintah kota Medan melalui jajaran-jajaran terkait, sudah melakukan upaya pencegahan dini supaya kebakaran yang terjadi di Medan Plaza tidak terjadi di tempat-tempat yang lain. Tetapi nyatanya upaya program tersebut tidaklah berhasil. Dengan melakukan proses kesigapan dari para pengelola gedung, supaya terus bertindak cermat dan hati-hati untuk mengecek setiap peluang-peluang kemungkinan bencana kebakaran terjadi. Mulai dari hal yang kecil hingga besar. Semua hal ini tidak bisa berjalan semulus dari apa yang telah dipelajari dalam program tersebut. Sungguh sangat disayangkan.
Kebakaran gedung sudah terjadi lagi, akankah gedung-gedung yang lainnya juga akan terbakar. Timbul suatu pertanyaan. Ini bisa dikatakan sebagai sebuah bencana. Bencana yang bisa membuat masyarakat Medan akan semakin sulit lagi perekonomiannya. Bencana yang akan membuat semakin sulit lagi untuk menemukan tempat-tempat yang aman dari Kebakaran ini. Muncul kecurigaan dalam hati, apakah ini semua adalah perbuatan yang disengaja, atau memang sudah takdirnya. Atau mungkinkah dengan melihat proses teror-teror yang terjadi di Negara kita ini, mereka para pelaku teror melihat metode baru dalam melakukan teror, dengan melakukan pembakaran di tempat-tempat umum. Penggunaan bom sudah terlalu tampak untuk dikerjakan, dan melibatkan orangnya yang membawa. Tetapi dengan melakukan Pembakaran, bisa jadi dikatakan minus kerugian. Bahkan bisa dibilang sangat simple dan sederhana. Tapi mengakibatkan kehancuran yang lumayan.
Mungkin kesimpulan pemikiran saya itu masih terlalu dangkal untuk bisa menyimpulkan bahwa itu perbuatan teror metode baru. Harapannya, bahwa kebakaran yang terjadi itu benar-benar hanya karena proses kesalahan teknis bangunannya saja, atau dikarenakan Human Error, yang kemungkinan lalai dalam pekerjaan-pekerjaannya. Harapannya….
Sehingga awas bencana Kebakaran melanda Medan, tidak terjadi lagi esok hari, setahun kedepan, lima tahun kedepan bahkan sampai ratusan tahun kedepan. Medan aman dari resiko Kebakaran, dan menjadi tempat yang eksotis untuk bisa dikunjungi oleh banyak orang maupun wisatawan yang ingin berlibur ke daerah ini. Itu semua bisa terjadi jika ada pengecekan ulang sistem kelistrikan yang ada pada semua gedung-gedung tua maupun baru yang ada di Kota Medan ini. Supaya tidak menyalahkan lagi bahwa kebakaran yang terjadi hanya karena hubungan arus pendek. Dan juga, perlu mensosialisasikan,gerakan-gerakan peduli gedung, berupa tindakan yang selalu awas dan berhati-hati. Tidak pernah menyepelekan segala sesuatu yang kemungkinannya kecil. Tapi membangun kesadaran diri dari masing-masing kita semua. Semoga Medan semakin aman dan semakin nyaman.

Rabu, 06 Juli 2016

Sang Teroris Yang Gagal Paham




Sumber Gambar : www.radar-karawang.com


Tepat kemarin, sehari sebelum menjelang lebaran, telah terjadi ledakan di Kota Surakarta, Solo. Tepatnya terjadi di Gedung Mapolda, dimana berkumpulnya para polisi-polisi kita. Entah apa motif dibalik penyerangan bom bunuh diri si kawan itu. Tapi yang jelas dia ingin buat terror di Negara kita tercinta ini. Ingin merusak yang namanya kedamaian dan keamanan yang terus berlangsung di Negara kita. Untungnya, penyerangan si kawan itu, hanya menelan korban satu jiwa saja,yaitu sang pelakunya. Dan juga satu orang provost kita yang telah mengantisipasi kejadian tersebut. Sang polisi yang berani itu hanya sedikit mengalami luka-luka, dan tidak menyebabkan kematian.
Melihat kejadian ini, Bapak Presiden kita, Bapak Kapolri, Bapak Gubernur dan Bapak Walikota langsung angkat bicara tentang bom bunuh diri ini. Dan terus mengingatkan supaya kita berhati-hati, tetap menjaga keamanan dan tidak menjadi takut kepada mereka sang terrorist.
Melihat dari banyak pelaku yang sudah-sudah, ternyata kebanyakan sang pelaku adalah orang-orang lokal. Orang-orang dalam dari Negara tersebut yang memang sudah dicuci otaknya dengan berbagai filsafat-filsafat yang mengatasnamakan pembelaan agama tertentu. Seperti melakukan perbuatan-perbuatan terror dengan melakukan pemboman.
Kenapa harus dihari besar tindakan terorisme itu dilakukan? Tampak memang Sang teroris sudah betul-betul mati akal atau memiliki gagal paham. Harapannya tindakannya itu bisa membuat Indonesia betul-betul kacau. Tapi ternyata kita aman-aman saja. Masih ingat dengan pemboman yang sewaktu di jalan Thamrin-Jakarta. Masyarakat menggalang kekuatan hati dengan mengkampanyekan slogan “Kami tidak takut”. Ini adalah suatu bentuk tekad bahwa kita menolak yang namanya terror kekerasan dengan  menghilangkan nyawa sendiri atau orang lain.
Ketertarikanku juga untuk menuliskan artikel ini, tak terlepas dari setelah menonton Bioskop TransTv yang menayangkan film tentang rasisme dan terorisme, yaitu My Name is Khan. Seorang muslim yang taat yang bernama ‘Khan’ ingin membuktikan bahwa ia bukanlah teroris yang menurut warga Amerika pada saat itu bahwa penganut agama Islam adalah teroris. Klimaks dari ceritanya dimulai ketika anaknya meninggal karena dibunuh tanpa sengaja, hanya karena masalah ketidakpenerimaan warga asli kepadanya dan menyatakan bahwa ia adalah teroris. Dan akhirnya ia berhasil menyatakan pendapatnya didepan khalayak warga Amerika dan bahkan didepan Sang Presiden Amerika Kulit Hitam pertama yang baru dilantik ketika itu.
Penayangan film ini, pas ketika akan menjelang hari Ramadan besoknya. Untuk mendorong supaya tindakan teror tidak lagi dilakukan karena adanya penyimpangan paham-paham radikalisme dan kekerasan. Yang menghalalkan segala cara agar tujuan mereka tercapai. Yang menyatakan bahwa tindakan bom bunuh diri itu merupakan tindakan mati Syahid.
Apa Solusinya
Baru-baru ini, Deputi II Badan Nasioanal Penanggulan Terorisme (BNPT) mengemukakan bahwa kontra Ideologi menjadi salah upaya penting dalam menanggulangi ancaman terorisme di Indonesia, dan hal ini harus terus dilakukan agar komunitas radikal bisa memahami ajaran Islam secara benar. Untuk penegakan hukum masih belum maksimal keberhasilannya, dikarenakan masih banyak kasus-kasus teror yang terjadi.
Jadi pemahaman yang salah harus dilakukan dengan memberikan pemahaman yang benar . Sebab tindakan teror ini  sudah masuk ke tahap alam bawah sadar individu calon-calon teroris masing-masing. Karena memang sudah sejak kecil atau muda, dipahamkan dengan nilai-nilai kebenaran ajaran yang salah, dan itu terjadi dalam waktu yang sudah lama dan berkelanjutan. Sehingga kemungkinan akan sulit untuk bisa mengubah pemikiran alam bawah sadar yang sudah salah tersebut. Meskipun ini akan memakan waktu yang lama dalam mengubah pandangan yang salah ini, tapi tidak salah untuk mencoba dengan pelan-pelan dengan memberikan pemahaman yang benar lagi kepada mereka.
Solusi berikutnya adalah kembali kepada keluarga. Sebab pemberian pemahamanan yang benar itu bisa terjadi jika dikomunikasikan dalam keluarga. Keluarga yang baik pasti menghasilkan keturunan yang baik, dan memiliki sikap yang baik juga. Jadi para ayah harus menjadi ayah yang sesungguhnya. Hadir bagi anak-anaknya serta memberikan pengajaran yang baik dan bahkan  teladan yang baik bagi mereka. Sehingga apapun ketika indoktrinasi yang salah kepada anak kita ketika ia bergaul diluar, tidak akan mampan masuk, sebab dia sudah memilki pegangan dan panutan yang benar sebelumnya.
Mari keluarga-keluarga di Indonesia menciptakan kedamaian dan keamanan. Sebab ditangan keluargalah juga solusi atas permasalahan bangsa kita termasuk masalah terorisme. Kalau kita terus mengandalkan aparat pemerintah,dan mengatakan bahwa ini hanyalah tugas mereka semata, tentulah mereka tidak bisa. Perlu adanya sinergi yang baik antara keluarga-keluarga di Indonesia dengan pemerintah.
Dan disaat momen Berkah Ramadan ini juga, keluarga kita semakin intim lagi kehangatannya. Ada proses saling memaafkan dan saling mengasihi satu sama lain. Dan yang diharapkan yang terutama terjadi adalah perubahan karakter yang semakin lebih baik lagi. Sebab itu sudah dilatih ketika masa-masa puasa yang sudah dikerjakan selama tiga puluh hari. Dan bukan hanya sekedar menahan rasa lapar dan haus, tapi ada sesuatu hal yang akan diraih setelahnya, yaitu keimanan yang lebih baik yang ditunjukkan dengan adanya perubahan karakter Ilahi di dalam keluarga lepas keluarga yang ada di Indonesia tercinta ini.

Ditulis oleh Rinto F. Simorangkir-Sang Pendidik dan Entrepreneur Sejati di Yayasan PESAT, serta Pemerhati masalah sosial. Pertanggal 6 Juli 2016 di Sibolangit

ANTARA PAJAK DAN ZAKAT



 Sumber gambar :www.daaruttauhiid.org
Masyarakat kita memang terkenal dengan ritual-ritual religinya. Karena setiap tahunnya bagi yang beragama muslim  dipastikan akan merayakan yang namanya Puasa Ramadhan yang lebih kurang 30 hari dilaksanakan. Sedang bagi umat Kristiani dipastikan akan merayakan yang namanya Paskah dan Natal.  Itu dalam event tahunan. Kalau event sehari-sehari, kalau umat kristiani dipastikan akan selalu pergi ke gereja setiap hari Minggu dan kalau umat Muslim pasti pergi ke Musholla atau masjid di setiap hari Jumatnya. Tapi apakah benar kita sudah masuk ke ranah implementasi dari apa yang sudah kita buat dalam kehidupan kita. Apakah hidup kita sudah sampai kepada sikap yang betul-betul menomorsatukan Allah dalam kehidupan kita. Apakah hidup kita sudah berubah. Dulu yang begitu pemarah sekarang peramah, dulu yang begitu  cemburu sekarang penuh kasih, dulu yang begitu rakus sekarang menjadi begitu murah hati, dan banyak lainnya perubahan positif yang dikerjakan.
Saya mencoba menuliskan tentang artikel ini, mencoba menggali sikap yang sebenarnya tentang pemberian zakat dan pajak. Melihat kondisi bangsa kita sekarang ini, ternyata  kita sekarang lagi kesulitan dalam perekonomian. Sulit untuk mendapatkan modal Capital untuk membangun proses infrakstruktur di berbagai daerah kita. Anggaran Belanja Negara yang dibuat pemerintah selalu defisit. Salah satu cara yang bisa diharapkan adalah  penerimaan dari Pajak bisa menutup defisit belanja yang terjadi. Bahkan pemerintah juga sudah menetapkan untuk membuat kebijakan Tax Ammesty. Yang belakangan ini, juga sudah disetujui  oleh DPR, meskipun dengan beberapa catatan. Diharapkan dengan Pengampunan Pajak ini bisa menambah jumlah penerimaan keuangan Negara kita.
Tapi pada faktanya, penerimaan pajak sampai pada kuartal kedua ditahun ini, masih sangatlah kurang. Padahal sudah banyak yang dikerjakan oleh pihak perpajakan dalam menggalang dan memotivasi para wajib pajak. Sudah dibuatkan banyak kelas-kelas pajak yang diselenggarakan hampir merata di seluruh Indonesia. Yang tujuannya tidak lain tidak bukan supaya masyarakat Indonesia semakin paham dan mengerti tentang Pajak secara keseluruhan.  Dan bukan hanya mengerti dan paham, tetapi sampai kepada aksi untuk memberikan pajaknya. Bahkan Dirjen Pajak, Sigit Priadi Pramudito  pernah mengatakan disela-sela kegiatannya  bahwa ketika tidak tercapai target pajak yang ditetapkan beliau akan bersedia untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Sungguh suatu sikap yang betul-betul komit  dan berani untuk memajukan bangsa Indonesia ini.
Tentang pemberian zakat jika saya membaca dari google kutemukan bahwa itu hanya diwajibkan bagi orang-orang yang beragama Muslim. Tapi karena atas anjuran Sang Presiden bahwa semua menteri diharapkan membayar zakat. Ketika beritanya tayang di Metro TV, menunjukkan bahwa bapak Yasonna Laoly, ternyata sedang membayarkan sejumlah zakatnya kepada panitia penerimaan zakat yang memang diinisiasi oleh Bapak Presiden kita. Memang sih tidak ada salahnya ketika memberikan zakat, dan itu memang contoh yang baik untuk bisa ditiru oleh segenap bangsa kita. Bukan hanya Kaum Muslim yang memberikan tapi diluarnya juga bisa ikut berpartisipasi. Kita ikut merasakan dan saling berbagi diantaranya.
Menurut pandangan saya, entah itu kewajiban membayar pajak, maupun zakat ataupun perpuluhan, itu ibarat sebuah koin. Yang memiliki dua sisi gambar yang saling berdampingan dan tidak dipisahkan. Ketika kita sudah ingat kepada Tuhan, dan memberikan rasa ucapan syukur kita kepadanya, dengan memberikan sejumlah zakat atau persembahan kepadaNya, kita juga jangan lupa bahwa kita juga mempunyai kewajiban yang sama untuk memberikan pajak kepada pemerintah, sebagai bukti bahwa kita ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab buat bangsa dan Negara kita ini. Jangan menjadi contoh teladan yang kurang pas, yang hanya ketika lebih mencondongkan yang satu serta mengabaikan yang lain. Kita harus punya sikap yang betul-betul mengasihi Tuhan serta mengasihi sesama kita melalui pemberian zakat, persepuluhan ataupun pajak.
Dan di tahun 2015 ditetapkan sebagai Tahun Pengampunan Pajak. Sedangkan di tahun 2016 ini ditetapkan sebagai Tahun Penegakan Pajak. Dan di tahun 2016, marilah kita saling bekerja sama dan bersinergi satu sama lain dalam membawa perubahan yang nyata bagi Indonesia ini. Ditengah-tengah ketidakpastian perekonomian dunia, kita punya peran dan tanggung jawab masing-masing. Pemerintah kita yang punya hak untuk menerima Pajak kita, dan berkewajiban untuk membuat pembangunan yang nyata di Indonesia ini. Kita sebagai masyarakat,  juga punya kewajiban  yang sama sebagai pembayar pajak, memiliki sikap yang jujur dalam membayar pajak. Baik pajak pribadi, maupun pajak perusahaan. Dan disamping kewajiban membayarkan sejumlah pajak, kita juga tidak lupa dalam membayarkan sejumlah zakat ataupun perpuluhan kita kepada orang-orang yang berhak untuk mendapatkannya. Sehingga ada kedamaian dinegeri kita tercinta ini.
Ditulis oleh Rinto F. Simorangkir-Sang Pendidik dan Entrepreneur sejati di Yayasan PESAT, serta Pemerhati masalah sosial.Catatanku per tanggal 4 Juli 2016 di Sibolangit

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...