Jumat, 22 Juni 2018

Trigger KM Sinar Bangun dan Pengembangan Wisata Kawasan Kaldera Toba Kedepannya

 
Tentu kita masih mengingat kejadian tenggelamnya Kereta Motor (KM) Kapal Sinar Bangun dua hari setelah kita merayakan Tahun Baru Idul Fitri 1440 Hijriah. Betapa karena dengan momen spesial tersebut, bisa dipastikan akan banyak para wisatawan yang akan berkunjung atau melakukan perjalanan ke daerah tersebut.

Hal itulah yang dimanfaatkan oleh pemilik atau pengusaha penyeberangan kapal di Danau Toba. Ketika di kala banyak bingung bagaimana penyediaan sarana prasarana penyeberangan. Apalagi ketika para pengunjung sedikit, bisa dipastikan para pengusaha maupun pemerintah malah tambah bingung.

Dimana seakan-akan uang-lah yang  menjadi motor penggerak majunya suatu usaha kepariwisataan di daerah.  Baik oleh penyedia layanan wisata melalui pemerintah maupun oleh masyarakat setempat yang bermukim disana. Ujung-ujungnya yang dirugikan adalah para pengunjung yang melakukan wisata tersebut.

Dan kita memang tidak bisa menafikan fungsi uang ditangan. Dimana uang seakan-akan menjadi kapital atau modal yang paling utama di dalam  menggerakkan industri pariwisata. Padahal ada begitu banyak modal atau kapital yang bisa diberdayakan oleh pemerintah untuk  bisa mengembangkan industri pariwisata ini.

Maka tak heran ketika melihat Presiden kita, Bapak Jokowi, yang begitu getolnya memulai, mengawasi, dan akhirnya bisa menyelesaikan proyek pembangunan baik infrastruktur dalam mewujudkan konektivitas atau keterhubungan seluruh wilayah-wilayah di Indonesia. Yang memang wilayah kenegaraan kita lebih luas lautnya dibandingkan daratannya. Bahkan ada ribuan pulau di dalamnya.


Dengan kondisi yang demikian tentu itu menjadi modal yang sangat penting di dalam mendatangkan banyak devisa bagi negara. Jika memang hal tersebut bisa dikelola dengan sangat baik. Dan  ketika sudah terwujudnya konektivitas diantara seluruh pulau-pulau tersebut di darat, di perairan bahkan udara.

Bayangkan ketika jalan darat di seluruh pulau-pulau sudah teraspal dengan sangat baik bahkan memiliki akses jalan tol,  pelabuhan kapal dan kapal-kapal  untuk penyebarangan orang maupun barang sudah tertata dengan sangat rapi bahkan mudah untuk pengaksesannya. Kemudian ketika fasiltas bandara udara dan pesawat sudah tersedia dengan segala kecanggihan fasilitas yang disuguhkan dan ditawarkan.

Maka kenapa tidak, kita akan segera menyusul negara-negara maju seperti China bahkan Amerika? Bahkan kemungkinan kita bisa meninggalkan jauh posisi kekuatan Cina maupun Amerika seperti yang ada saat ini.


Dengan peristiwa naas yang menimpa saudara-saudara kita dalam tenggelamnya kapal Sinar Bangun tersebut, seharusnya menjadi awal atau trigger/pelecut untuk segera membenahi secara serius kawasan objek wisata Danau Toba, yang juga merupakan kawasan kaldera yang amat sangat terkenal itu.

Membangun suatu kawasan wisata entah di manapun sebenarnya tidak terlepas dari peran aktif masyarakatnya. Masyarakat sebagai ujung tombak dari adanya kegiatan kepariwisataan sebenarnya adalah faktor yang paling penting untuk meningkatkan jumlah tingkat pengunjung. Ketika hanya pemerintah yang terus gencar menggiatkan suatu objek wisata maka yakinlah hal itu hanyalah sementara.

Mengapa objek wisata Bali sangat terkenal hingga bahkan ke mancanegara? Ternyata ada kerjasama yang sangat baik diantara warganya dengan pemerintah Bali. Dimana karena begitu banyaknya kegiatan kebudayaan masyarakat Bali. Seperti Upacara Ngaben, Ngarek, Melasti, dan banyak upacara adat lainnya. Maka pemerintah Bali memanfaatkan budaya setempat tersebut dan mengkemasnya sedemikian rupa untuk bisa menjadi pemikat yang lebih di dalam menarik banyak wisatawan untuk berkunjung kesana. Jadi bukan hanya sekedar memanfaatkan kekayaan maupun keindahan Bali semata yang memang sudah sangat indah dan bagus.

Tradisi Ngurek di Bali

Bagaimana pengembangan yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun pemerintah Daerah di Danau Toba? Apa mungkin karena terjadinya peristiwa tenggelamnya kapal Sinar Bangun, seakan-akan kita seolah-olah dicelikkan kembali bahwa ternyata pengembangan wisata Danau Toba sudah berjalan dengan stagnan?

Bapak Jokowi di dalam agendanya untuk memajukan wisata di Danau Toba,entah sudah berapa kali melakukan kunjungan langsung. Bahkan dengan usahanya, beliau sudah meningkatkan status bahkan seluruh fasilitas serta kapasitas yang ada di bandara Silangit, yang berada di dekat Danau Toba. Dimana dulu hanya melayani penerbangan regional, sekarang sudah melayani penerbangan Internasional. Artinya dengan itu bisa mempermudah arus wisatawan ketika akan melakukan kunjungan kesana.

Peresmian Bandara Silangit Internasional

Tapi bagaimana perkembangan atau usaha yang dilakukan oleh pemimpin daerah? Para pemda setempat, yakni para Bupati yang memang memiliki wilayah yang bersinggungan langsung dengan kawasan Danau Kaldera tersebut, seakan-akan hanya memiliki agenda masing-masing untuk mengembangan kawasan tersebut. Bahkan pemerintah setingkat Gubernur-pun seakan tidak berdaya di dalam mengembangkan objek wisata tersebut.

Ketidakberdayaan itu ditunjukkan dengan tidak adanya kebijakan-kebijakan yang berpihak di dalam mengembangkan objek wisata Toba semakin lebih baik. Contohnya membiarkan para pengelola langsung, seperti para pengusaha kapal, para pedagang, maupun para pelaku objek dari wisata tersebut, berjalan sendirian, tanpa adanya pendampingan yang berkelanjutan kepada mereka.

Bagi para pemilik atau pengusaha kapal, ternyata membiarkan managemen penyeberangannya amburadul. Dimana para calon wisatawan ketika baru akan melakukan penyeberangan dengan kapal, maka baru akan ikut dalam penyebarangan tersebut. Tidak adanya data penumpang yang jelas di dalam kapal, karena baru akan membayar biaya kapal ketika sudah ada berada di dalam kapal.

Makanya ketika peristiwa Kapal Sinar Bangun tersebut terjadi, maka sudah bisa dipastikan kesulitan di dalam mengakses siapa-siapa saja yang jadi penumpang dari kapal tersebut yang telah menjadi korban.

Kenapa pemerintah tidak membenahi sistem penyeberangan kapalnya dulu. Dengan meregister seluruh kapal-kapal penyeberangan yang ada. Dengan adanya sistem register yang terekam dengan baik, tentunya menjadi data awal baik di dalam mengawasi kelayakan kapal, ijin kapal, dan banyak hal lainnya.

Bukankah mereka punya hak dan akses langsung di dalam pengelolaan yang semakin lebih baik? Bukankah dengan teknologi informasi yang sudah sangat berkembang saat ini, dapat membantu dalam memudahkan para pelancong atau wisatawan untuk melakukan perjalanan ataupun penyeberangan ketika mereka akan melakukan kegiatan wisata di Toba?

Apakah sulit untuk melakukan ini? Tentu tidak. Hanya tinggal menunggu komitmen pemerintah yang ada sekarang di dalam melakukan perbaikan-perbaikan tersebut. Tentunya momen-momen pilkada ini apalagi pemilihan Gubernur Sumatera Utara, kenapa tidak untuk memilih pemimpin yang benar-benar berpihak kepada masyarakat dan yang mempunyai spirit membangun yang jelas dengan hati dan kejujuran? Bukan hanya memilih pemimpin yang bisanya berjanji tapi sulit untuk menepatinya.

Dan sepanjang pengamatan saya sebagai penulis, spirit tersebut hanya ada pada pasangan calon Djoss (Djarot-Sihar). Pemimpin yang sudah memberikan bukti atas kepemimpinannya di daerah lain. Mari manfaatkan momen ini untuk memilih pemimpin yang baik.   

Kedua, hal yang mungkin bisa dilakukan pemerintah adalah mencoba kembali menggali kebudayaan luhur yang ada di kawasan Danau Toba, yang sudah lama kita tinggalkan. Tentu kita masih punya banyak kebudayaan-kebudayaan yang bisa dikembangkan yang tentunya tidak kalah dengan kebudayaan Bali.


Jadi bukan karena adanya agenda rutin yang diselanggarakan oleh Pemerintah, seperti adanya Festival Danau Toba, tapi yang dipertontokan disana bukannya kebudayaan setempat. Yang ada malah pertandingan atau perlombaan yang tidak punya hubungan langsung dengan kebudayaan setempat, seperti adanya perlombaan Olah Tubuh Binaraga. Apa itu?

Maka kedepannya berharap kita segera bisa memiliki objek wisata Danau Toba, yang kehadirannya bukan hanya bisa menyamai industri pariwisata Bali tapi tentunya juga akan bisa mengalahkan potensi Bali. Menjadikan Danau Toba menjadi pusat utama bagi pengembangan wisata di Indonesia.   

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...