Rabu, 31 Januari 2018

Kerapnya Nyinyiran Fadli Zon, Tak Menghambat Prestasi Brilian Seorang Jokowi




                                                                                                   
Kerap kali seorang Fadli Zon, juga bersama rekannya, Fahri Hamzah akan selalu duluan memberikan komentar negatif, tentang hal apapun itu yang sedang dikerjakan Bapak Presiden kita, Apalagi akhir-akhir ini, Fadli Zon tampak selalu menjadi super nyinyir bagi Jokowi. Mulai dari kehidupan pribadi Bapak Jokowi hingga segala kebijakan yang diambil oleh Bapak Jokowi, seakan-akan semuanya salah di mata Bapak Wakil Ketua DPR kita ini.

Seperti ketika pernikahan Putrinya waktu lalu, baik Fadli maupun Fahri sama-sama nyinyirnya. Fadli Zon berkicau, seperti yang dilansir oleh Liputan6.com (8/11/2017) bahwa dalam tiga tahun menjabat sebagai presiden, Jokowi telah menikahkan dua anaknya. Tinggal satu anaknya  yang belum dinikahkan. Kemudian, dia menyatakan bahwa semua Presiden RI kalah dengan Jokowi dalam urusan menikahkan anak. Lalu membubuhinya pada kicauanya, “Kerja, kerja, kerja.”

Setali tiga uang, Fahripun demikian. Dalam pemberitaan liputan6.com (7/11/2017), Seorang Fahri Mencoba mengungkit masalah kemewahan pernikahan Kahiyang dan undangan yang super banyak. Ia mengingatkan bahwa seorang pejabat publik hanya boleh mengundang 400 orang saja. Kemudian pestanya cukup diadakan sederhana saja. Hal itu diungkapkannya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.

Dalam hal pembangunan yang begitu massif yang sedang terjadi di Papua, dan di beberapa wilayah Indonesia, sindiran, nyinyiran dari seorang Fadli Zon tidak akan pernah usai. Menurutnya konsep pembangunan yang sedang dikerjakan oleh Bapak Jokowi, tidak jelas dan tidak berkonsep. Seperti yang dilansir oleh viva.co.id (30/12/2017).

"Ini bisa kita lihat dari jargon yang dibangun. Saat naik, pemerintah mengusung jargon ‘Revolusi Mental’, seolah itu akan jadi ‘blue print’ kerja selama lima tahun. Tapi kemudian mereka bangun ternyata adalah infrastruktur fisik. Jadi, antara wacana yang diproduksi dengan praktik yang dikerjakan tidak nyambung," kata Fadli dalam pesannya.

Apalagi ketika merebak kasus Kejadian Luar Biasa di Asmat, tentang penyakit Difteri dan wabah campak, yang mengakibatkan puluhan anak meninggal. Peristiwa ini menjadi sasaran tembak langsung oleh Gerindra, seperti yang terdapat dalam akun official facebook mereka. Mencoba menyindir pembangunan akses jalan sudah sangat baik, tapi kontras dengan kejadian KLB Difteri maupun penyakit campak.  Merasa pembangunan yang sedang dikerjakan bukanlah program human oriented.

Dan terakhir, yang paling update akhir-akhir ini, ketika Bapak Jokowi telah mengunjungi lima kawasan negara Asia Selatan Minggu lalu. Pada peristiwa yang paling menegangkan, ketika mengunjungi Afganistan, segala tindakan dan keberanian Bapak Jokowi untuk datang kesana, oleh Bapak Fadli Zon, kunjungannya hanya semata pencitraan diri saja. Apalagi ketika menjadi imam sholat di masjid yang ada Afganistan.

Fadli Zon mengungkapkan, seperti yang diberitakan oleh Kompas.com (30/1/2018) berikut,


"Kalau imam sholat kan biasa yah, presiden seharusnya imam dari rakyat Indonesia membawa apa yang diharapakan. Kalau jadi imam bagus-bagus aja. Saya kira itu pencitraan yang bagus lah," kata Fadli di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (30/1/2018).

Kemudian lanjut, Fahri Hamzah, mengungkapkan supaya perjalanan Bapak Jokowi ke Afganistan tidak terlalu di dramatisir, itu biasa saja. Dia membandingkan pengalamannya sewaktu kunjungan kerja ke Irak. Berikut pernyataannya kepada wartawan dalam pesan singkatnya. (kompas.com,30/1/2018)

"Saya terbang ke Irak dalam suasana yang belum aman, dimana hanya green zone, daerah yang terbatas sekali 12 kilometer yang dijamin aman, yang lainnya itu tidak aman, tidak ada masalah kita terbang saja," kata dia.

Padahal, Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera Hidayat Nur Wahid menilai, kedatangan Jokowi ke Afghanistan adalah hal yang luar biasa. Bapak Nur Wahid memuji dan menyatakan bahwa seorang pemimpin itu tetaplah seorang Hamba Allah, yang patut diikuti. Seorang pemimpin yang sesuai dengan kepemimpinan seorang imam ketika memimpin sholat. Beliau menyatakan lagi supaya hal ini bisa membekas, dan tetap dipertahankan di kemudian hari.

"Satu hal yang luar biasa, presiden RI yang kedua kali datang ke Kabul (setelah Soekarno), Afghanistan, jadi imam, dan melakukan fungsinya dengan baik," ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (Kompas.com,30/1/2018).

Keberanian Bapak Jokowi sudah selayaknya diacungi jempol. Berani untuk tetap melanjutkan kunjungan ke Kabul, Afganistan, meskipun dua hari sebelumnya terjadi serangan bom bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 103 orang. Kemudian ada peringatan dari travel warning, data badan inteligen yang menekankan, bahwa negara tersebut tidak aman untuk dikunjungi.

Tapi, yang namanya Bapak Jokowi, bisa dipastikan beda. Tidak muluk-muluk, tetap berjalan sesuai dengan agenda yang sudah ditetapkan. Bahkan berdasarkan cerita Bapak Pramono Anung, bahwa Bapak Jokowi disarankan untuk memakai baju anti peluru. Tapi ketika sudah turun dari pesawat, baju itu dilepas, dan menyatakan sudah cukup perlindungan dan pengawalan yang super ketat dari Negara Afganistan.

Beliau menyatakan keberaniannya kepada publik, bukan hanya mau menunjukkan gagah-gagahan semata, melainkan ada suatu pesan atau tujuan yang hendak dinyatakan, yakni kita tidak takut kepada yang namanya terorisme. Sebab bukanlah tanpa sebab ketika Komandan Paspamres, Mayjen Suhartono, maupun Ibu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melakukan tindakan sujud syukur, ketika misi telah selesai.



Terakhir, ketika akhirnya Bapak Fadli Zon yang diajak ataupun yang memimpin suatu perjalanan ke negara yang stabilitas negaranya tidak baik, ada teror bom dimana-mana, apakah beliau akan tetap melakukan kunjungan ke negara tersebut? Apakah akan menuruti nasehat untuk segara memakai baju anti peluru, dan kurang mempercayai pengawalan dan pengawasan para aparat?

Janganlah suka menyinyir Bapak Fadli Zon. Ketika andapun sedang menyinyir, sesungguhnya sedang menunjukkan kelemahan Anda maupun pendukung Anda. Dan hal itu mempertegaskan kembali bahwa Andalah adalah golongan orang-orang yang tidak bisa berbuat apa-apa bagi kemajuan bangsa ini. Semakin Anda menyinyir semakin mantap langkah Bapak Jokowi. Semakin Anda menyinyir, semakin nyata dan brilianlah prestasi seorang Jokowi dalam membangun bangsa ini.  


Solusi Tanah Abang, Ternyata Belum Solusi, Bagaimana Masalah yang Lain yah?



 
Solusi Tanah Abang, yang katanya sudah paten (omongan Medan), ternyata belum paten. Katanya sudah pas, tapi akhirnya menimbulkan banyak polemik. Para supir angkot, pengusaha, bahkan pejalan kaki pun harus dirugikan oleh kebijakan Bapak sejak 22 Desember 2017 lalu.

Sudah sebulan lebih, para supir angkot menahan untuk kondisi seperti itu. Sekarang mereka sudah bersuara, dan tak tahan dengan kebijakan Bapak. Seperti yang dilansir oleh Kompas.com (22/1/2018),Koordinator Supir Angkot, Darmono menjerit karena omset mereka menurun drastis hingga 50 persen setelah penataan tanah abang.

Ia menganggap dioperasikannya bus transjakarta “Tanah Abang Explorer” di jalur yang biasa dilalui angkot menjadi penyebab turunnya omzet para supir angkot. Disamping itu, mereka meminta kepada Dishub supaya tidak kepada para supir. Sebab pernah kaca angkot 08  dipecahkan ketika menurunkan penumpang.

Setelah selesai demo pada tanggal 22 Januari lalu, aksi terus berlanjut. Dimana perjuangan mereka terus dinyatakan lagi sejak Senin (29/1) lalu hingga Rabu (31/1). Seperti yang dilansir oleh Kompas.com pada tanggal-tanggal tersebut. Tidak tahu akankah demo ini akan terus berlanjut, sampai Gubernur DKI akhirnya turun ke tanah abang melihat, mendengarkan aspirasi mereka.

Kemudian ketika mereka demo pada Selasa lalu, hal itu diberitakan oleh kompas.com (30/1/2018), bahwa Bapak Anies ingin mengajak bertemu dan sarapan bersama pada Rabu (31/1/2018). Hal itu dinyatakan oleh Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah.

“Pak Gubernur ajak kita sama-sama, Rabu pagi sarapan bareng di Balai Kota bersama semua perwakilan sopir angkot”.Ujar Andri.

Namun ternyata tawaran itu ditolak para sopir angkot. Mereka tidak bersedia mengirimkan perwakilan ke Balai Kota. Mereka meminta Anies datang menemui para sopir angkot ke Tanah Abang.

Strategi ini, sepertinya ingin meniru pola Pak Jokowi, sewaktu beliau ingin menyelesaikan masalah warga dengan strategi makan bersama. Cuma bedanya, Anies menawarkan sarapan pagi ke Balai Kota, sedangkan Bapak Jokowi ketika ingin menyelesaikan suatu masalah, beliau sendirilah yang langsung turun ke lapangan dengan menyantap makanan yang sudah disiapkan lebih dahulu.

Kemudian pada Hari Rabu, ketika demo terus berlanjut, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak ikut dalam pertemuan tersebut di Balai Kota. Yang hadir hanyalah Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, Kadis Perhubungan, bersama dengan perwakilan sopir angkot Tanah Abang.

Kepada awak media, Anies menjelaskan alasannya tak menemui para sopir angkot Tanah Abang, menyatakan bahwa sudah ada Pak Wagub. Biar nanti Pak Wagub yang lapor ke saya. Kemudian dikatakan lagi oleh Bapak Anies: “Ya sebenarnya ya, mereka enggak usah demo bsaja,” Padahal sebelumnya beliau mau berkenan ketemu dan mau mengajak sarapan, tapi ketika mendapatkan penolakan, beliaupun akhirnya memutuskan untuk tidak menemui mereka lagi


Akhirnya sebagai respon sementara atas tuntutan para supir angkot, Bus Transjakarta “Explorer”, sejak 29 Januari lalu sudah dihentikan operasionalnya. Hingga situasi kondusif dan ketika ada perintah langsung dari Sang Gubernur untuk memulai kembali operasionalnya Bus Transjakarta.
Ketika menyimak pernyataan Pak Anies ketika tampil di Mata Najwa lalu di Trans TV dan hal itu dilansir oleh Jabartribuns.com (25/1/2018), bahwa progam yang dijalankan beliau sudah matang.

“Soal matang dan tidak. Alhamdulillah, IsyaAllah matang. Kalau gak matang, gak diluncurkan...”ungkap Anies kepada Najwa.

Kemudian ketika menyelesaikan suatu masalah itu berbeda-beda cara penyelesaian masalahnya. Yang penting ajak bicara dulu,  kita catat, kita daftar semua dan dan kita atur kemudian. Selalu dalam penyelesaian masalahnya nanti dan tidak langsung eksekusi.  Dan pada tataran teori, langkah ini memang benar adanya. Sulit memang untuk bisa menemukan solusi langsung ketika ketemu dalam suatu masalah.

Khususnya mengenai masalah tanah abang, ketika merasa sudah matang perencanaannya, dan sepertinya para PKL akan tetap berjualan di jalan-jalan, para angkot yang tidak boleh lewat di jalur Tanah Abang, disediakan bus gratis, telah menemukan sejumlah masalah baru lagi. Tapi oleh pemprov DKI berkata lain tentang hal itu, terutama tentang kemacetan.

Dirlantas Kombes Halim Pagarra, mengatakan bahwa solusi yang diambil kurang efektif, hal itu dilansir Poskotanews.com (26/1/2018). Adapun masalah yang ditimbukan diantaranya mengganggu pejalan kaki, menambah kemacetan di wilayah tersebut, menyebabkan kecelakaan, hingga memicu kecemburuan dari pedagang lain baik dari Pasar Tanah Abang di semua blok hingga pedagang dari pasar lain yang ingin diperlakukan sama.

Sejak mulai diuji pada Jumat (21/12/2017) lalu, dikatakan Halim, ada peningkatan kemacetan hingga 60 persen pada jam-jam tertentu. Dan Bapak Halim, menyatakan sudah memberikan surat rekomendasi kepada Bapak Anies tentang temuan mereka, supaya beliau mengevaluasi kebijakan tersebut. Serta Jalan Jatibaru diharapkan bisa kembali dibuka sehingga bisa digunakan sebagaimana mestinya.

Terakhir, ketika sulit mengambil keputusan yang pas tentang suatu masalah dalam masyarakat, hendaknya Bapak bisa berpaut kepada aturan-aturan yang sudah ada. Tidak usah terlalu bombastis, untuk mengubah perda yang sudah dibuatin sebelumnya. Padahal pembatalan suatu Perda harus berdasarkan Hasil Putusan sidang oleh MA. Kemudian kebijakan yang diambil seharusnya berpaut kepada kepentingan umum, bukannya sebagian golongan saja, serta tentunya berasaskan kesusilaan.



Selasa, 30 Januari 2018

Mediasi dan Rujuk Kembali adalah Pilihan Terbaik Pak Ahok





Satu-satunya pertanyaan yang paling mengerikan yang ada di dunia ini adalah ketika sang anak akan diperhadapkan dengan sebuah pertanyaan, “Kamu pilih siapa, ikut Bapa atau ikut Mama?” Dan memang itu pastinya sulit untuk dijawab mereka. Secara keluarga mereka akan berpisah, secara tidak akan ada lagi kehangatan yang sudah selama ini terjalin.

Kendati memang itu adalah hak dari seseorang untuk mengakhiri hubungan suami istri. Di dalam ajaran Kristiani, dan hal itupun langsung dinyatakan oleh Tuhan Yesus sendiri dalam sabdanya, bahwa,  setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena Zinah, ia menjadikan isterinya berzinah, dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.

Artinya, dijelaskan bahwa bisa bercerai hanya karena alasan yang tepat, yakni perzinahan. Tapi di dalam kondisi yang demikianpun, diharuskan tetap hidup sendiri dan tidak boleh menikah lagi. Sebab perzinahan akan kembali terjadi jika kedua-duanya ternyata kembali menikah kepada orang lain. Alangkah lebih baik jika tetap bersatu, mengampuni sang istri atau sang suami,  mengulag komitmen untuk saling mengasihi lagi dan bersatu kembali dalam bahtera rumah tangga.

Pak Ahok, memang jelas sekali mengungkapkan alasan perceraiannya dengan Ibu Veronica. Meskipun hal itu tidak diungkapkan secara jelas oleh kuasa hukumnya, ketika menyampaikan pendaftaran surat gugatan cerai sekaligus surat hak asuh atas anak-anaknya kepada pengadilan negeri Jakarta Utara.

Kejelasan itu tampak, ketika Pak Ahok menuliskan sebuah surat kepada anaknya dan tersebar viral tulisan tersebut di dunia maya. Dimana hal tersebut ditulis mantan Gubernur DKI Jakarta pada 1 Januari 2018 atau empat hari sebelum Ahok mengajukan gugatan cerai pada Veronica. Kemudian pada tanggal 5 Januari 2018, mendaftarkan gugatan cerainya secara resmi ke pengadilan.
Berikut tulisan tangan Ahok yang beredar di media sosial:
Untuk Deska dan Fannya 
"Love prospers when a fault is forgiven"
Jika salahnya lebih 1x, tergantung, jenis kesalahan.
Apapun ketidakcocokan, sakit, ekonomi, dll. tetap tidak boleh cerai, kecuali berzinah! Jadi jangan jatuh urusan ini

Salam BTP
Mako Brimob
1-1-2018


Dan kemudian ketika surat petikan gugatan perceraian Pak Ahok kepada Ibu Vero bocor ke publik, Hal ini menjadi suatu peristiwa yang menggegerkan banyak masyarakat Indonesia. Antara percaya atau tidak, antara hoax atau memang terjadi, warganet sangat tidak rela jika berita atau peristiwa ini terjadi. Tapi ternyata memang betul, dan hari ini (31/1/2018) merupakan sidang perdana kasus gugatan perceraiannya akan digelar.

Joothe Sampawleng, Humas PN Jakarta Utara,  seperti yang dilansir liputan6.com (30/1/2018), menjelaskan bahwa agenda pada sidang pertama hanyalah pengecekan kehadiran. Boleh diwakilkan asalkan dengan kuasa hukum yang berizin.

Dia menyatakan, jika salah satu pihak yang tidak hadir, hakim akan melihat dulu ada tidaknya kesalahan prosedur yang dilakukan oleh juru sita. Sebab kehadiran kedua belah pihak, Ahok dan Veronica, dinilai sangatlah penting untuk bisa menjalankan tahap berikutnya yakni upaya mediasi.

Sidang dinyatakan akan tertutup dan tidak boleh ada pengunjung. Dan akan dimulai pada pukul 09.00 WIB. Dimana sidangnya akan dipimpin oleh Sutaji SH MH sebagai Ketua Majelis Hakim, kemudian Ronald Salnofri Bya SH MH,  dan Taufan Mandala SH MH sebagai anggota.

Mari Pak Ahok, Ibu Vero, manfaatkan momen ini, untuk bisa rujuk kembali. Sebab penting, untuk bersatu kembali. Bukan hanya bagi Bapak dan Ibu semata, bagi anak-anak Bapak juga, hal ini sangatlah perlu. Sebab pertanyaan tentang, kamu mau pilih siapa, pilih Bapa atau Mama, itu adalah pertanyaan yang mengerikan dan sangat menyakitkan hati anak-anak Bapak.

Kami juga sebagai pendukung Bapak dan Ibu, yang mendukung segala perjuangan Bapak kemarin, dalam pilkada DKI yang penuh dengan Intrik, dan kelicikan. Meskipun akhirnya kalah dalam pemilihan gubernur kemarin, jangan kembali kalah Pak pada siasat Iblis atau setan. Sebab Iblis tidak senang melihat ada anak-anak Tuhan yang radikal kepada-Nya, yang berani menegakkan kebenaran diatas segalanya, tidak mau kompromi terhadap dosa, dan yang mau berjuang untuk masyarakat banyak.

Artinya Bapak itu menjadi figur yang sangat sentral dalam ketokohan yang ada di Indonesia sekarang ini. Peran Bapak, integritasnya Bapak, kejujuran, dan keberanian Bapak, telah menginspirasi kami, masyarakat Indonesia. Mengidolakan Bapak untuk bisa hidup seperti Bapak dan bersikap seperti Bapak. Dan hal itu akan semakin disempurnakan jika Bapak dan Ibu memilih untuk bisa rujuk kembali dalam satu bahtera rumah tangga.

Kami percaya sinar Cahaya Bapak akan kembali bersinar di Indonesia ini. Kami percaya Bapak Ahok dan juga Bapak Jokowi adalah tokoh-tokoh yang bisa membawa Indonesia menjadi Bangsa yang besar, bangsa yang maju, bangsa yang makmur dan sejahtera, serta adil.

Oleh karena itu Bapak, pilihan terbaik dan satu-satunya adalah rujuk kembali bersama Ibu Vero. Menyelesaikan dengan benar-benar segala masalah yang lalu. Demi anak-anak Bapak, demi keluarga Bapak dan demi masyarakat yang sudah mendukung Bapak.

Senin, 29 Januari 2018

Memahami Kebutuhan Anak Dengan Maksimal, Menghindarkan Kemiskinan Bagi Bangsa



Menjadi orang tua adalah sebuah kebanggaan bagi kita. Sebab banyak orang atau keluarga yang ingin memiliki anak, tapi hal itu belum terwujud. Tapi, banyak juga para orang tua, yang pada akhirnya menyia-nyiakan anaknya, membuat hidupnya terlantar, hingga perkembangan fisiknya atau tubuhnya tidak sesuai dengan perkembangan usia yang sebenarnya.

Seperti yang baru-baru ini terjadi dan dilansir pemberitaannya oleh kompas.com (16/1/2018), atas terungkapnya kasus penyiksaan orang tua kepada ke-13 anaknya. Kasus ini terjadi di California. Mereka dirantai di tempat tidur di sebuah kamar yang gelap dan bau amis yang sangat menyengat. Kemudian di dalam keterangannya, polisi menyangka bahwa 12 orang yang mereka temukan adalah anak-anak. Namun, mereka terkejut begitu menyadari salah satu dari mereka berumur 29 tahun.

Bahkan gadis yang berhasil meloloskan diri dari sekapan orang tuanya, ketika dia melapor, polisi menyangka usianya baru 10 tahun. Tapi ternyata usianya sudah 17 tahun. Oleh tetangganya menyatakan, bahwa kulit mereka sangat pucat, seperti belum pernah terkena sinar matahari. Mereka kecil, kurus dan sangat kurang gizi.

Dan atas laporan si anak tersebut, polisi akhirnya menahan orang tuanya, yakni David Allen Turpin (57), dan Louise Anna Turpin (49), atas tuduhan penyiksaan  dan membahayakan nyawa anak mereka.

Entah apa yang ada dipikiran orang tuanya tersebut, sehingga harus menyekap anak-anaknya. Padahal mereka dianggap adalah orang tua yang memiliki kerohanian yang baik. Tapi kemudian ketika mengalami kebangkrutan dan ekonomi yang sulit, akhirnya memilih untuk mengurung anaknya dan kurang memperhatikan makanannya mereka sehingga malnutrinisi.

Aku bersyukur, sebab bisa menjadi seorang Bapak / Ayah bagi ke dua anakku. Bersyukurnya lagi, disetiap keseharian aktivitas pekerjaan yang aku lakukan, diriku tidak harus pergi jauh-jauh. Bisa sepanjang hari bersama mereka, bermain dengan mereka, mengurus mereka dengan mengurangi pekerjaan dari istriku. Memberi mereka makan, memandikan, dan membersihkan pakaian mereka hingga akhirnya menidurkan mereka. Satu di sebelah kiriku dan satu lagi berbaring di sebelah kananku. Ada kebahagian tersendiri yang sulit diucapkan dengan kata-kata ketika bisa selalu bersama dengan mereka.

Kebersamaan dengan mereka dengan semakin sering, tentunya kita akan bisa mengerti apa-apa saja yang menjadi kesukaan dan ketidaksukaan mereka. Apa yang menjadi maksud dan keinginan hati mereka ketika hanya melirikkan saja ke arah yang mereka tuju. Dan itu semua harus dipelajari lewat kebersamaan dengan mereka.

Disamping pengertian yang harus dikembangkan, penting juga bagi kita para orang tua untuk bisa memperbaiki keterampilan atau skill kita dalam mengurus mereka. Sebab awalnya terasa kaku ketika kita baru memulai dalam mengurus dan memperhatikan mereka. Sebagai contoh ketika kita harus bernyanyi untuk menidurkan mereka. Awalnya nyanyian kita terasa begitu berat dan sangat dipaksakan. Tetapi dengan sering berlatih, maka sekarang sudah lancar untuk memainkan nada dan bernyanyi. Meskipun lagunya belum pernah ada, tapi bisa seakan-akan tercipta sendiri.

Hari ini yang kucoba mengerti dari anakku yang laki-laki, meskipun usianya baru 13 bulan, dia sudah bisa mengukur jarak, waktu, kecepatan, maupun keseimbangan. Meskipun terkadang hal itu masih terbilang jauh dari sempurna. Tapi bersyukur perkembangannya dalam bidang itu cukup baik. Hal itu kuuji ketika aku memberikan sebuah bola kepadanya. Ketika dia mulai menendang bola tersebut dan akhirnya berlari untuk meraih bola itu kembali, dia bisa mengukur seberapa jauh dia harus berlari, seberapa cepat dia harus melaju supaya bola itu bisa diraihnya. Kemampuan ini seharusnya bisa terus dikembangkan dan diasa.

Disamping kemampuan tersebut diatas yang bisa dikembangkan, kemampuannya dalam meniru suara dan akhirnya bisa berbicara dengan jelas, juga harus terus diupayakan dan dilatih. Meskipun pengucapannya belum sempurna, tidak apa-apa, yang penting sudah terus berlatih.

Pemenuhan gizi yang baikpun sepatutnya kita usahakan juga. Sebab WHO, seperti yang dilansir oleh Republika.co.id (23/1/2018), menyatakan bahwa ada sekitar 7,8 juta balita di Indonesia penderita Stunting. Diperkirakan sebanyak 18,5 persen kategori sangat pendek dan 17,1 persen kategori pendek. Dan oleh karena itu, WHO telah menetapkan Indonesia sebagai negara dengan status gizi buruk.

Dr Damayanti Rusli S SpAk Phd anggota UKK Nutrisi dan penyakit metabolik mengatakan, faktor utama tingginya masalah stunting di Indonesia adalah buruknya asupan gizi sejak janin masih dalam kandungan, baru lahir, sampai anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada dua tahun pertama kehidupan dapat menyebabkan kerusakan otak yang tidak dapat lagi diperbaiki. Jadi investasi gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan merupakan kewajiban yang tak bisa ditawar lagi.

Permasalahan gizi tidak hanya akan mengganggu perkembangan fisik maupun mengancam kesehatan si anak, namun hal ini bisa menyebabkan kemiskinan terjadi. Sebab pertumbuhan otak anak tidak optimal disebabkan masalah kurang gizi, hal itu akan mempengaruhi kecerdasannya di masa depan. “ Dengan demikian, peluang kerja dan mendapatkan penghasilan lebih bakal lebih kecil pada anak stunting,” kata Damayanti kepada Republika.co.id.


Oleh karena itu, mari kita para orang tua untuk bisa semakin cerdas dalam mengasuh, menolong setiap pertumbuhan anak-anak yang dipercayakan kepada kita. Meskipun hidup memang semakin sulit, tapi hendaknya kita terus berjuang di dalamnya. Dengan upaya-upaya yang kreatif dan terus berinovasi dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi kita.

Jangan menjadi seperti keluarga David Allen yang dengan tega memasung ke-13 anak mereka dalam sebuah kamar. Sehingga pertumbuhan mereka menjadi sangat tidak baik. Dipikir masih anak-anak, eh, ternyata mereka sudah pada dewasa.

Kemudian sudah sepatutnya kita harus mencoba mengerti setiap perkembangan anak-anak yang dipercayakan kepada kita. Sebab kalau kita tidak mencoba untuk mengerti si anak tersebut, maka jangan harap mereka bisa bertumbuh dengan maksimal.

Dan hal itu seharusnya menjadi tugas utama kita. Ketika kita punya kesempatan untuk bisa lebih banyak waktu bersama dengan mereka, maka upayakanlah. Sebab banyak para orang tua yang akhirnya menyia-nyiakan kesempatan yang ada, dengan lebih mementingkan rutinitas pekerjaan sehari-hari dibandingkan dengan kebersamaan dengan anaknya.

Mari kita lakukan bersama, demi sebuah pencapaian akan kesejahteraan berbangsa dan bertanah air. Membuat anak-anak kita bertumbuh semakin sehat, kuat sekaligus cerdas. Sebab merekalah investasi yang paling berharga, bukan hanya bagi keluarga kita, tapi bagi bangsa kita juga.

Minggu, 28 Januari 2018

Ketika Para Parpol Gemar Mencari Isu Bukannya Mencari Penyelesaian Masalah





Ketika kita berada di tahun politik, tentunya segala macam hal yang berbau  tentang hal itu, akan menjadi sebuah pergunjingan. Entah itu kebijakan yang baik atau tampaknya tidak baik, tergantung dari mana kacamata kita menilai hal tersebut. Entah itu mendatangkan polemik atau tidak, tergantung orang yang menyikapinya.

Tentu beda tanggapan antara orang yang ahli di bidangnya, dengan orang-orang yang biasa saja. Apalagi ketika hal itu berbau politik, tentunya sangat kontras perbedaan masyarakat biasa memandang sebuah kebijakan yang akan mau diambil dengan para politikus yang sudah lama berkecimpung di dalamnya.

Hal itu tampak jelas dalam pemberitaan-pemberitaan yang ada di televisi kita sekarang ini. Ketika Mendagri hendak mau mengeluarkan kebijakan, untuk menggantikan sementara para pejabat daerah yang sebentar lagi akan memasuki masa akhir jabatanya. Diperkirakan akan ada 17 kepala daerah yang segera membutuhkan pelaksana tugas (PLT). Dimana oleh Bapak Cahyo Kumolo hendak merekrut di luar dari kemendagri, yakni yang berasal dari kepolisian.

Bapak Cahyo Kumolo menegaskan bahwa ketidakcukupan pejabat tinggi setingkat kepala daerah yang berasal dari instansinya sendiri, untuk bisa dijadikan PLT di daerah-daerah. Juga merujuk bahwa  keputusan kebijakan ini, juga sudah pernah diambil di ajang pilkada sebelumnya.

Yakni ketika dia pernah melantik Inspektur Jenderal Carlo Brix Tewu sebagai pelaksana tugas Gubernur Sulawesi Barat, menggantikan Ismail Zainudin. Kemudian ketika melantik Soedarmo, Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum sebagai pelaksana tugas Gubernur Aceh, menggantikan Zaini Abdullah. Seperti yang pernah dilansir oleh media nasional.tempo.co (25/1/2018).

“Enggak ada masalah, tidak mungkin semua eselon I kemendagri dilepas semua ke 17 provinsi, bisa habis nantinya pejabat di Kemendagri” Ujar Bapak Cahyo

Kebijakan ini langsung menimbulkan banyak polemik. Ada yang mendukung, ada juga yang sama sekali menolak. Bisa kita pastikan bersama, bahwa yang mendukung adalah partai yang merasa diuntungkan ataupun tidak diuntungkan dengan kebijakan tersebut. Sedangkan yang getol menolak adalah partai yang merasa dirugikan ketika hal itu akhirnya diambil. Dan ada yang biasa-biasa saja dalam menanggapi hal ini.

Kenapa tidak begitu gencar penolakannya ketika pilkada lalu, sekarang baru dengan gencar-gencarnya melakukan wacana penolakan. Timbul sebuah pertanyaan, mengapa? Sebab memang suasana politik di tahun ini memang begitu panasnya. Apalagi yang diperebutkan adalah Jawa, dimana wilayahnya yang begitu seksi dan sangat potensial sebagai bekal untuk merebut ajang pemilu yang sebenarnya, yakni pilpres di tahun 2019.

Jadi sudah mulai memasang strategi pemenangan-pemenangan. Mulai memetakan dan merebut daerah-daerah mana yang bisa dihijaukan, dikuningkan, dimerahkan, dibirukan, diputihkan, sesuai dengan warna khas dari masing-masing parpol yang ada. Ketika semakin banyak daerah yang dimenangkan, kemungkinan besar, sang pemenang kepala daerah tersebut, menjadi kepala penggerak mesin partai di daerah yang ia menangkan. Sebagai balas jasa atas upaya yang sudah dilakukan partai pendukungnya.

Kepala daerah yang diusung oleh partai, tidak akan mungkin bisa netral dalam menyikapi pilpres di tahun mendatang. Tapi akan menjadi konflik tersendiri bagi sang calon kepala daerah ketika partai yang selama ini jelas-jelas bertolak belakang, eh..ternyata harus mendukung satu kandidat yang sama.

Mulai disini tampak muncul sikap pragmatis dari partai-partai yang ada di Indonesia kita tercinta ini. Hal-hal praktis, hal-hal yang bisa mendatangkan banyak suara dan simpati dari rakyat, itulah yang selalu diupayakan para parpol kita. Masyarakat menjadi objek dari seluruh strategi yang digelar. Padahal seharusnya masyarakatlah yang seharusnya menjadi subjek penentu akan kemana bangsa ini akan berjalan.

Parpol seyogiyanya menjadi fasilitator, menjadi penghubung, menjadi penyelesai masalah dan bahkan menjadi alat bagi bangsa ini di dalam mencerdaskan seluruh masyarakat Indonesia. Juga di dalam mengkader banyak pemimpin yang tangguh, maupun menjadi mitra pemerintah secara sah dalam mengeksekusi untuk banyaknya pembangunan terealisasi.

Tapi yang ada, parpol lebih banyak bermain-main dengan isu-isu. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Bapak Zulkifli, Ketua MPR-RI, yang menyatakan di beberapa waktu lalu, yakni menyampaikan suatu informasi yang kurang jelas, yakni mengenai masalah LGBT. Beliau menyatakan ada sejumlah Parpol yang mendukung LGBT. Sehingga hal tersebut kembali mendatangkan banyak protes maupun tanggapan untuk segera Bapak Zulkifi perjelas dengan sedetailnya. Siapa atau parpol mana yang beliau maksudkan.

“Saat ini di DPR sedang dibahas soal Undang-Undang LGBT atau pernikahan sesama jenis. Sudah ada lima partai politik menyetujui LGBT,” kata Ketua Umum PAN saat menghadiri Tanwir I Aisyiyah di Surabaya. Seperti yang dilansir oleh liputan6.com (23/1/2018).

Ada banyak masalah-masalah yang sedang terjadi di bangsa dan tanah air kita. Mulai dari masih banyaknya konflik persengketaan atas tanah, maupun pengelolaan atas sumber daya alam kita yang begitu kayanya, tapi sampai sekarang, pengupayaan peningkatan pendapatan bangsa atas SDA itu masih minim.

Kemudian masalah kesejahtaraan warga masyarakat. Dimana masih banyaknya pengangguran para profesional muda. Seperti para pilot, perawat, yang terus menerus dihasilkan oleh pendidikan tinggi kita. Tapi penyerapan akan tenaga mereka masih sangat minim.

Masalah WNI yang bekerja di luar negeri. Mereka sering dijadikan bulan-bulanan oleh bangsa asing. Bahkan ada yang ditangkap oleh kaum ekstrim, diperkosa, disiksa majikannya, dan banyak hal buruk lainnya yang menimpa mereka. Padahal oleh bangsa kita, mengklaim mereka, bahwa mereka adalah pahlawan devisa.

Oleh karena itu, besar harapan kita, bahwa parpol-parpol sekarang yang ada ini berubah. Mereka bisa bertindak banyak dalam membangun bangsa ini. Bukan hanya sekedar mencari simpati masyarakat luas, melalui pencitraan-pencitraan yang semu, apalagi melalui permainan isu-isu yang sensitif, seperti SARA. Bisa mandiri dan independen dalam bersikap, dan tidak mudah dirasuki oleh paham-paham ekstrimisme yang akhir-akhir ini mulai merebak di bangsa ini.

Berani bertarung di kancah perpolitikan  bangsa kita, berarti berani dan siap untuk segala kemungkinan. Siap menang dan tentunya siap juga untuk kalah. Tidak mudah timbul barisan-barisan sakit hati dari setiap kader partai politik yang ada. Tapi yang ada adalah kader-kader yang teguh, kuat, teruji, berintegritas, jujur, tidak korupsi dan visinya adalah membangun bangsa dan tanah air.

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...