Selasa, 24 April 2018

Menuai Generasi Tangguh (Studi Kasus Terhadap Pola Eli dan Samuel)



Anak-anak yang dimiliki suatu bangsa akan menjadi penentu jadi apakah bangsa ini kedepannya. Apakah menjaidi bangsa yang besar karena memiliki generasi yang tangguh dan tentunya takut akan Tuhan? Atau hanya menjadi bangsa yang biasa-biasa saja tanpa memiliki harapan yang besar.

Ternyata hal itu bisa kita upayakan ketika kita bisa menuai generasi tangguh dalam keluarga kita masing-masing. Berikut hal boleh kita pelajari bersama dari kehidupan Eli dan Samuel bersama dengan anak-anaknya.

Banyak harapan baik yang pastinya akan selalu disampaikan oleh tiap orang tua kepada anaknya.Dengan harapan tersebut bisa terealisasi dalam hidup masing-masing anak tersebut.

Kemudian melihat pola hidup sang Ayah yang begitu sangat dihormati, takut akan Tuhan, bahkan menjadi orang nomor satu di Israel yakni menjadi hakim, tentu bisa dipastkan bahwa anak-anaknya akan tetap hidup dalam teladan baik ayahnya. Tapi kenyataannya berbeda.

Ada dua figur ayah dalam pembacaan firman kali ini di 1 Samuel , yakni figur Eli dan figur Samuel. Dimana masing-masing dari kedua figur tersebut gagal menjalankan fungsinya sebagai ayah. Yaitu fungsi untuk meletakkan karakter yang baik kepada anak-anak mereka.

Sebenarnya dari generasi Eli ke generasi Samuel ada 3 generasi. Apakah kegagalan Samuel dalam menjalankan fungsinya sebagai ayah tertransfer dari sikap Eli dalam memperlakukan anak-anaknya? Kok bisa anak-anak yang demikian yang seharusnya bisa meneruskan pelayanan sang Ayah tapi akhirnya ditolak oleh Tuhan dan juga oleh bangsa Israel sendiri.

Di dalam nats 1 Samuel 3, jelas bahwa masa-masa kecil Samuel ada dalam lingkungan keluarga Eli. Dimana Samuel sejak lepas susu dari Ibunya, ibunya akhirnya menyerahkan Samuel di hadapan Tuhan dan hidup dalam suasana keluarga Eli.

Tentunya Samuel kecil selalu melihat hidup dari anak-anak Eli yang setiap hari selalu curang dalam persembahan bangsa Israel yang setiap hari dipersembahkan oleh bangsa Israel. Dimana Hofni dan Pinehas, anak-anak Eli, yang selalu memandang dengan loba dan tidak menghormati sama sekali persembahan kepada Tuhan.

Apakah karena setiap hari Samuel kecil yang selalu menyaksikan sikap Hofni dan Pinehas yang curang dan tidak mencerminkan penghormatan kepada Tuhan dan juga sikap dari sang Ayah (Eli) yang tidak pernah menegor anak-anaknya, akhirnya secara tidak sengaja gaya kehidupan yang demikian akhirnya diteruskan oleh Samuel dewasa?

Padahal Tuhan berjanji kepada orang-orang yang diangkat-Nya, untuk menjadi imam kepercayaan-Nya, adalah orang yang hidup dan bertindak sesuai hati-Nya dan jiwa-Nya (heart and mind). Kepadanya Tuhan berjanji akan membangunkan baginya keturunan yang teguh setia. (1 Samuel 2:35).

Dan ayat tersebut ditujukan kepada Samuel sendiri. Ketika ada seorang Abdi Allah yang diutus Allah untuk menyatakan bahwa keluarga Eli akan berakhir dengan tragis. Eli dan kedua anaknya akan mati seketika. Keturunannya yang seharusnya bisa hidup selamanya dihadapan Tuhan, sekarang malah ditolak oleh Tuhan sendiri.

Apakah janji Tuhan itu gagal teralisasi? ketika nyatanya bahwa anak-anak Samuel pun terindikasi bukanlah orang-orang yang hidup sama seperti ayahnya sendiri. Mencerminkan karakter yang sama yang ditunjukkan baik oleh anak-anak Eli sendiri maupun anak-anak Samuel. Yakni kehidupan dari anak-anak mereka yang selalu mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan (1 Samuel 8:3).

Sehingga oleh masyarakat dan bangsa Israel akhirnya menolak anak-anak Samuel, Yoel dan Abia, untuk dijadikan hakim berikutnya oleh Samuel tua, papanya. Kemudian hal tersebut ternyata menjadi awal cikal bakal dari bangsa Israel untuk meminta seorang raja yang bisa memerintahkan bangsa Israel di kemudian hari.    

Anak-anak Eli ditolak Tuhan, sedangkan anak-anak Samuel ditolak oleh bangsa Israel. Karena memang kehidupan dan karakter dari masing-masing penerus tersebut tidak dan bahkan bertolak belakang dengan ayah mereka masing-masing.

Kenapa hal demikian bisa terjadi dalam kehidupan anak-anak mereka, yang merupakan generasi penerus mereka sendiri?

Mengkroscek kehidupan Eli sendiri.  Ternyata ayahnya pernah menegor kehidupan bejat dari anak-anaknya. Tetapi ternyata perkataan ayahnya tidaklah didengarkan oleh anak-anaknya, sebab ternyata Tuhan hendak mematikan mereka. (1 Sam 2:25).

Kemudian Eli yang sudah sangat tua tersebut, memiliki tubuh yang tambun, dan matanya yang hampir buta. Dengan kondisi yang demikian seakan-akan tidak berdaya untuk menegor anak-anaknya? Padahal tidak karena memang Eli sendirilah yang ternyata lebih menghormati anak-anaknya dibandingkan Tuhan.

Mengkroscek kehidupan Samuel. Samuel adalah seorang yang taat sejak masa kecilnya hingga pada masa tuanya. Bahkan tidak pernah meminta sepeserpun dari hasil pelayanan yang Samuel lakukan kepada bangsa Israel.

Apakah karena tidak pernah memanfaatkan sedikitpun sehingga anak-anaknya memandang hal tersebut menjadi semacam kesempatan bagi mereka dalam memanfaatkan pelayanan dari ayah mereka? Tapi apakah hal tersebut  tidak diketahui oleh Samuel sendiri. Dan ketika tiba saat untuk mengangkat anaknya menjadi hakim, akhirnya terkuak bahwa anak-anaknya tidak hidup seperti ayahnya hidup.

Dengan melihat kehidupan keluarga Eli maupun keluarga Samuel, apa yang boleh kita pelajari dan sikapi? Mungkin ada banyak pembelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa ini.

Mungkin hal pertama yang bisa kita pelajari adalah bahwa kebiasaan itu ternyata menular. Kebiasaan yang baik akan menghasilkan yang baik, demikian juga halnya kebiasaan yang buruk menghasilkan yang buruk.

Meskipun hal-hal jelek tersebut tidak langsung terjadi kepada Samuel, ternyata terjadi kepada kehidupan anak-anaknya.

Selanjutnya, teladan yang baik yang dicerminkan orang tua, tidak serta merta hal tersebut akan terjadi kepada anak-anak kita. Perlu pembiasaan yang baik dan terus menerus dilakukan oleh orang tua kepada si anak. Sehingga tiba saatnya si anak mengambil keputusan untuk mengikuti teladan baik dari si ayah. Dan hal tersebut terjadi bukan karena paksaan.

Kebiasaan jelek sewaktu kecil yang sering disaksikan dan dialami, hendaknya hal tersebut segera bisa kita bereskan. Sebab kalau tidak, entah disengaja ataupun tidak, kebiasaan jelek tersebut bisa saja terjadi kepada anak-anak kita.

Perhatikan, evaluasi dan bereskan dengan segera. Sehingga kita boleh menuai generasi-generasi tangguh yang akan bisa membuat perubahan bagi bangsa ini.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...