Kamis, 28 Mei 2020

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19



(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36)

Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastikan dalam kehidupan kita selalu dipenuhi dengan sebuah atau bahkan lebih dari satu ancaman terjadi dalam hidupnya. Dan dari ancaman tersebut kita terkadang dibuat seakan untuk menyerah saja dalam hidup ini. Dengarkan perkataan-perkataan yang keluar dari mulut si pembuat ancaman tersebut.

Hal ini pun sering kali kita lihat ada di media-media sosial kita. Ketika seseorang yang tidak disukai alias karena kerap memberikan celotehan, kritik yang tajam kepada orang-orang tertentu. Lantas karena perilaku kritikannya itu yang terkadang menyudutkannya, alhasil dengan terang-terangan iapun mengeluarkan ancaman secara spontan yang ingin menghabisi orang yang kerap menyindir mereka. Diposting dalam media sosialnya bahwa ia ingin terang-terang menyikat si  orang itu. 

Orang yang menyindir tersebutpun justru tidak merasa kecut dan takut apalagi gentar dengan perkataan ancaman tersebut. Bahkan dengan berani ia menertakan kembali ancaman-ancaman tersebut sekaligus ingin menunjukkan bahwa dia tidak takut dengan ancaman yang ada itu. 

Tapi bagaimana dengan konsep ancaman yang datang dalam sebuah bangsa atau negara? Tentu akan sangat beda dengan ancaman yang datang ke masing-masing individu seperti yang kerap kita lihat saat ini di media sosial tadi. 

Ancaman yang datang ke sebuah bangsa jauh lebih besar dampaknya atau bahayanya jika dibandingkan dengan ancaman yang datang ke tiap-tiap orang. Sebab bicara bangsa bicara tentang kehidupan atau nyawa dari pengisi atau orang-orang yang ada di bangsa itu. Semua nyawa di bangsa itu dipertaruhkan dengan ancaman yang keluar dari perkataan-perkataan yang datang tersebut.

Seperti yang pernah terjadi di bangsa Israel khususnya Bangsa Yehuda , semasa di pemerintahan Raja Hizkia. Dimana nabi Yesaya  hadir di tengah bangsa-bangsa itu. Jika kita lirik di Yesaya 1 ayat 1 tertulis bahwa Yesaya anaknya Amos hidup dalam masa 4 raja Yehuda, yakni Uzia, Yotam, Ahas dan terakhir Hizkia. Jadi kisah ancaman ini terjadi di masa raja terakhir dimana Yesaya hidup.

Uniknya lagi kisah ancaman ini, khusus dalam kitab Yesaya yang ditulis oleh Yesaya sendiri, hanya bagian ini yang merupakan kisah atau pengalaman yang dituliskan dalam kitabnya. Dari 66 Pasal yang ada, 4 pasalnya yakni di pasal 36-39, khusus mengisahkan tentang hidup raja Hizkia dan pengalamannya. Sementara 62 pasal yang lainnya, berisi tentang perkataan Tuhan langsung, baik berupa nubuatan, maupun janji-janji Tuhan bagi bangsa Israel maupun bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia. 

Kembali ke kisah Hizkia. Di empat pasal yang ada sangat menarik dan sangat mendalam makna yang akan boleh kita dapatkan. Ini adalah bagian pertama yang boleh saya tuliskan dan akan ada 3 bagian lagi. Lewat pembacaan firman Tuhan di pagi hari Rabu (27/5) menemukan rhema atau perkataan yang sangat pas terjadi dalam kehidupan kita juga. 

Yakni sebuah ancaman-ancaman yang kerap keluar dan kerap kita dengarkan dalam kehidupan kita. Bagaimana Hizkia dengan diwakili oleh 3 pembesarnya, Elyakim bin Hilkia (kepala Istana), Sebna (panitera negara) dan Yoah bin Asaf (bendahara negara). Dan jika kita kontekskan dalam sistem pemerintahan kita, ketiga orang ini adalah, Kepala Kantor Staf Kepresidenan yang dipimpin oleh Bapak Moeldoko, Menteri Sekretaris negara (Bapak Pratikno) dan Menteri Keuangan (Ibu Sri Mulyani).

Jadi ketiga orang ini mendengarkan secara langsung perkataan Raja Asyur (Sanherib) yang diwakili langsung oleh Juru Minuman agungnya yang namanya tidak tertulis. Apa bunyi ancaman yang ia keluarkan? Setidaknya ada 4 hal atau bagian yang boleh kita pelajari dari ancaman-ancaman tersebut.
Pertama, ancaman yang mematahkan harapan kita (ayat 4-6). Mematahkan bukan hanya tidak akan ada yang menolong kita dari sisi bangsa yang bisa menolong, bahkan menyatakan percuma untuk berharap kepada Tuhan atau kepada allah-allah asing. Sebab semua allah-allah asing itu mereka (bangsa Asyur) telah habis dibinasakan. “Dimanakah para allah negeri Hamat dan Arpad? Dimanakah para allah negeri  Sefarwaim? Apakah mereka telah melepaskan Samaria dari tanganku? (Ayat 19). 

Kedua, ancaman yang memanipulasi kita yakni menyatakan sesuatu yang bisa membuat kita goyah. Ayat 10, adakah di luar kehendak Tuhan aku maju melawan negeri ini untuk memusnahkannya? Tuhan telah berfiman kepadaku: Majulah menyerang negeri itu dan musnahkanlah itu!” Kemudian di ayat 7, menyatakan sedangkan Hizkia sendiri telah menjauhkan bukit-bukit pengorbananNya serta mezbah-mezbahNya, karena Allah seperti itu tidak sanggup menolong. 

Tapi benarkah kedatangannya atas perintah Tuhan? Benarkah Asyur datang untuk membinasakan bangsa Yehuda, seperti bangsa-bangsa lain yang sudah mereka hancurkan?
Ketiga, ancaman yang memojokkan dan melemahkan kita. (Ayat  11-12). Dimana saat ketiga perwakilan bangsa Yehuda itu meminta supaya juru minum agung itu bicara dengan bahasa Aram, dia langsung mengatakan perkataan sarkas yang menohok hati seluruh bangsa itu. Bukankah bangsa Yehuda telah memakan tahinya dan meminum kencingnya sendiri. 

Keempat, ancaman dengan solusi palsu (ayat 16). Jangan dengarkan Hizkia, sebab beginilah kata raja Asyur : Adakanlah perjanjian penyerahan dengan aku dan datanglah ke luar kepada ku, maka setiap orang dari padamu akan makan dari pohon anggurnya dan pohon aranya serta minum dari sumurnya, Ayat 17 sampai aku datang dan membawa kamu ke suatu negeri seperti negerimu, suatu negeri yang bergandum dan berair anggur, suatu negeri yang berorti dan berkebeun anggur. 

Empat aspek ancaman tersebut, akan serta merta langsung meruntuhkan hati kita. Jika kita tidak kuat, tentu seluruh bangsa Israel akan langsung rebah dan jatuh. Tapi uniknya sikap Raja Hizkia terhadap ancaman-ancaman yang datang itu, cukup dengan berdiam (ayat 21). “Jangan kamu menjawab dia!”.  Kemudian pergilah kepala istana, panitera negara dan bendahara negara itu pulang dengan mengoyakkan pakaian mereka datang kehadapan raja. 

Jadi untuk solusi sementara terhadap empat ancaman yang datang itu, sebelum masuk ke pembahasan selanjutnya, adalah cukup dengan beridam, tidak usah menjawab atau meladeni perkataan tersebut.
Bagaimana dengan konteks kekinian dengan situasi covid 19 yang sedang terjadi saat ini? Apakah covid 19 ini benar-benar menjadi ancaman bagi kita? Jika kita sendiri mengkategorikannya menjadi sebuah ancaman, tentu 4 aspek tersebut serta merta berlaku bagi kita. Covid akan mematahkan harapan kita, covid akan memanipulasi kita, covid akan memojokkan dan melemahkan kita, dan juga covid akan membuat kita bertindak gegabah. 

Tapi sikap yang benar adalah memandang covid bukan sebagai ancaman, tapi sebagai sebuah peluang atau kesempatan bagi kita  untuk bisa berbenah, untuk bisa hidup dengan konsep yang barusan dikeluarkan oleh pemerintah, yakni “the new normal”. Hidup berdamai dengan pandemi ini, tapi kita tidak mengabaikan pola-pola hidup yang bisa mencegahnya. Kemudian beraktivitas, seperti bekerja, bersekolah dan beribadah dengan pola hidup ‘New Normal’. Sampai vaksinnya bisa ketemu dan akhirnya kita bisa kembali seperti hidup yang semula, persis sebelum covid ada. 

Penulis adalah pemerhati masalah sosial kemasyarakatan dan pelayan di PESAT

1 komentar:

  1. ZeusBola - Agen Sabung Ayam, Casino, dan Slot Terpercaya
    Menerima Deposit via Pulsa Tanpa Potongan
    Dapatkan Bonus 7x Win Beruntun Hingga 5jt
    Pendaftaran : http://zeusbola1.com

    Info Lebih Lanjut Bisa Hub kami Di :
    Whatsapp : 0822 7710 4607

    Daftar S128 Menggunakan Bank BTPN Jenius

    BalasHapus

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...