Minggu, 17 September 2017

Hati yang Bengkok



Hari ini, aku sangat ditegor oleh Firman Tuhan. Ternyata selama ini, diriku sulit mendapatkan terobosan. Selalu mengalami banyak kegagalan, sering kuatir, dan bahkan mungkin tidak mempercayai bahwa Tuhan itu adalah Tuhan yang berdaulat atas hidup kita.

Ketidakpercayaan itu, sering timbul, ketika keluar pemikiran seperti, “Akankah tercukupikah kebutuhanku selama sebulan ini?” Ataukah aku harus menjalani kehidupan ini dengan meminta-minta dan bukannya menjadi pihak yang seharusnya suka memberi dan selalu memberi.

Apalagi menyelesaikan segala tanggungan maupun kewajiban yang seharusnya dibayarkan, tapi tak kunjung bisa terealisasi segala yang sudah ditetapkan dan bahkan direncanakan. Terutama dalam hal memberikan perpuluhan, terus terang sudah hampir setahun ini, diriku tidak menunaikan kewajiban ini. Sebab memang mindset ku, terus terkungkung dengan pola untuk memenuhi kebutuhan keluarga dulu, baru kebutuhan atau kewajiban yang lainnya.

Ketidakpercayaan itu juga timbul, ketika semakin pesimisnya diriku, untuk bisa melanjutkan studi lanjutan yang sudah lama aku rindu-rindukan. Sebab dengan itu tentunya bisa akan semakin mengasah diriku untuk bisa lebih banyak berbuat dan pada akhirnya juga bisa menghasilkan buah.
Mentor jauhku, pernah berkata, ketika semakin dekat dan serupa dengan Kristus, seharusnya semakin bisa untuk menghasilkan buah dengan limpahnya dari dirinya sendiri. Mencoba mengingat dimasa-masa hidup pelayanan maupun pekerjaan, ternyata diriku sudah manjadi murid Kristus selama kurang lebih dari 12 tahun. 

Sejak memutuskan untuk menerima Kristus di masa-masa pemuridan sewaktu di kampus dulu, seharusnya diriku sudah bisa menghasilkan banyak buah-buah yang tentunya bisa dinikmati oleh Allah sendiri. Tetapi faktanya diumur yang ke-33 tahun ini, belum bisa berbuat banyak untuk kemajuan dan pergerakan dari Kerajaan Allah sendiri hadir di dunia ini. Belum bisa menjadi berkat bagi banyak orang yang membutuhkan kasih Kristus dalam hidupnya.

Mengevaluasi masa-masa kini, dan berharap ini menjadi turning point (titik balik) dari kehidupanku ini. Aku menemukan diriku masih memiliki hati yang bengkok. Sama seperti Mazmur Daud yang berkata, baik di 2 Samuel 22 : 7,maupun yang di Mazmur 18 : 26, “terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.”

Sepertinya Tuhan sedang membalaskan apa yang kubuat selama ini. Sama seperti nats di atas yang sudah kita baca. Sebab Dia Sendiri memang harus bertindak sesuai dengan Firman yang Ia nyatakan dalam Firman-Nya. Allah tidak bisa melanggar segala kedaulatan-Nya yang jelas-jelas Ia sudah nyatakan atau beritakan sebelumnya kepada segala nabi-nabi yang dulu pernah ada.

Diriku sering berlaku atau bertindak dengan belat-belit, atau dengan dolak-dalik hanya untuk bisa mendapatkan kehidupan yang normal seperti sedia kala. Tanpa pernah berusaha untuk menunggu setiap jawaban-jawaban yang Tuhan nyatakan sendiri dalam kehidupan kita. Dan kisahnya mungkin hampir mirip seperti keputusan Abraham ketika ia ingin untuk segera mendapatkan keturunan. Mengikuti nasehat dan saran istri supaya menikahi budaknya, dan akhirnya melahirkan Ismael. Ingin mencoba membantu Allah dalam setiap jawaban-jawaban yang Ia sudah janjikan terlebih dahulu. Akibatnya sekarang bisa kita lihat sendiri. Dua saudara akhirnya tidak bisa diketemukan atau berdamai yakni keturunan Ishak sendiri maupun keturunan Ismael. Dan kisah sikap permusuhan mereka, masih terus berlangsung hingga saat ini, pada generasi-generasi kini.

Bersyukur diriku pernah mengikuti acara Youth kemarin (29 s.d. 30 Agustus)dari gereja dimana aku digembalakan. Youth Conference Sumut “Calling For This Generation”. Yang acaranya kebetulan berbarengan dengan acara Launching 30 tahun Pelayanan PESAT di Salib Putih, Salatiga. Dalam konferensi tersebut, diriku belajar banyak hal, mulai dari gambar diri (Who Am I), hubungan (connection), dan dampak (impact) dari seorang pemuda yang cinta dan takut akan Tuhan.


Hal yang paling mengena kepadaku adalah, ketika Pastor Bambang Jonan, membahas tentang Mazmur 127:4; menyatakan “Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.” Beliau menjelakan bahwa anak muda itu seperti anak panah yang bisa cepat melesat jauh, ketika sudah dibidikkan. Artinya anak-anak muda bisa lebih cepat bergerak dan melakukan banyak hal sekaligus (multi tasking), yang tentunya berbeda jauh dengan kemampuan para generasi sebelumnya, yang terkesan lambat, dan mono tasking.

Kemudian diterangkan lagi, bahwa anak panah itu harus terbuat dari batang pilihan, dan tentunya tidak boleh bengkok. Dipilih dari kayu yang sangat keras, supaya menghasilkan anak panah yang kualitas tinggi. Serta tidak boleh bengkok. Sebab kalau bengkok, lesatan dari anak panah itu juga tentunya tidak akan pernah lurus dan tidak akan pernah kena sasaran. Kita ketahui bersama bahwa pada kenyataannya di dunia ini bahwa tidak ada kayu yang lurus.

Bagaimana menghasilkan anak panah dari kayu yang bengkok tersebut menjadi lurus? Ternyata ada proses pelenturan dengan melakukan pembakaran pada sisi yang bengkok itu. Menerima pembentukan dari si pembuat anak panah tersebut. Demikian juga dengan kita, pasti kita tidak ada yang benar di mata Tuhan, semua kita adalah orang-orang yang bercela dan bernoda. Bagaimana supaya kita bisa dipakai oleh-Nya, kita harus merelakan diri kita untuk diproses, dibakar dan bahkan dimatikan segala keinginan dosa maupun hawa nafsu kedagingan. Sebab dengan jalan itulah kita akhirnya bisa menjadi anak-anak panah di tangan pahlawan.

Hati yang bengkok. Nats ini kembali muncul dihari ini sebagai rhema yang terus mengusik hatiku. Kembali mengingatkanku, bahwa diriku harus direlakan untuk diperbaharui lagi, diproses lagi, dan bahkan dibakar lagi dari ke hari ke sehari, hingga akhirnya didapati diriku akhirnya menjadi sempurna seturut kehendak-Nya semata.

Hati yang bengkok, berupa motivasi-motivasi yang salah, melegalkan keberdosaan ini dengan menggunakan nats firman yang mungkin mendukung, mencoba membantu Allah dalam kondisi sedang menunggu jawaban Allah digenapi, bahkan mungkin mulai meragukan kuasa dan firman-Nya, sebab ternyata kita belum hidup berpaut sepenuhnya kepada-Nya dengan segenap hati.


Dan hati yang bengkok ini, biarlah diproses oleh Tuhan. Dan aku merelakan diriku untuk dibentuk oleh-Nya sendiri. Oleh anugerah demi anugerah yang akan dinyatakannya kelak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...