Selasa, 26 September 2017

MENABUR KEBAIKAN MENDAPAT KEBAIKAN

sumber : kerygmateenz

Akhir-akhir ini Kota Medan semakin tidak aman untuk para pekerja keras, yang mau tetap bertugas hingga sampai dini hari. Padahal mereka sedang berjuang untuk memperbaiki kehidupan keluarga, tapi harus berujung kepada kematian oleh para penjahat. Dua kejadian berturut, selama dua hari, Sabtu (23/9) dan Minggu (24/9), dua orang supir grab habis ditangan para begal. Dengan tidak segan-segan menghilangkan nyawa sesamanya, yang jelas-jelas seorang manusia itu sangat berharga di mata Tuhan.

Putri David Simanjuntak memperlihatkan foto ayahnya dan ibunya 

Kasih setiap orang semakin hari semakin dingin diantara yang satu dengan yang lain. Ujaran kebencian dan permusuhan selalu muncul di mana-mana, terutama di media sosial. Dan bukan hanya itu, dengan sengaja memberitakan dan bahkan mensponsori berita bohong atau hoax, agar menciptakan rasa permusuhan kepada orang tertentu, sehingga terjadi perpecahan.

Beruntung pihak aparat keamanan kita, kepolisian sudah berhasil menangkap para pelaku kejahatan hate production, yakni Saracen. Dan berharap semakin banyak yang bisa diungkapkan oleh para penegak hukum kita, supaya bangsa ini bisa semakin kondusif kedepannya.

Ada banyak media-media yang dipakai oleh orang-orang untuk bisa menyampaikan gagasan-gagasannya. Tapi kita sebagai warganet, diwajibkan untuk tidak memperkeruh keadaan. Ketika mungkin kita seide dan sependapat dengan postingan-postingan yang bernada negatif tersebut, hendaknya bisa untuk menahan diri dalam menshare  kembali postingan tersebut.

Sebab memang bangsa kita, akhir-akhir ini gampang sekali untuk tersulut emosinya, ketika ada provokasi tentang hal-hal tertentu. Apalagi tentang masalah sentiment agama. Ketika ada orang yang menyentil sedikit sajapun tentang agamanya, dipastikan dia akan menjadi bulan-bulanan orang yang tersinggung tersebut.

Rasa toleransi untuk membiarkan orang-orang atau anak-anak yang sedang beribadah tersebut, terkadang harus diberhentikan oleh sejumlah oknum. Seperti yang baru kejadian kemarin minggu pagi, (24/9) di sebuah rusun yang ada di Jakarta.  Seorang yang merasa mewakili ormas tetentu, dengan penuh kesengajaan membawa kampak dan gergaji ditangannya hanya supaya bisa membubarkan ibadah anak sekolah minggu.

Dan teringat juga, peristiwa lima tahun yang lalu di tahun 2012 (4/11), di daerah kota kelahiranku, telah terjadi pembantaian oleh seorang pemuda dewasa kepada anak-anak yang kebetulan sedang beribadah di gereja. Memegang parang di tangannya kemudian memasuki gereja tersebut, dan langsung bertindak diluar nalar kemanusiaan yang ada. Dan naas akhirnya tiga orang anak harus meregang nyawa karena aksinya tersebut. Si pelaku pun akhirnya mati, karena dimassa oleh masyarakat.

Bukan saja hilangnya rasa untuk saling mengasihi diantara sesama kita manusia, bahkan rasa kewajaran tindakan kemanusiaan itupun sepertinya telah hilang. Bahkan sikap dan perbuatannya mungkin sudah melebihi binatang.

Kitab Injil dengan jelas menggambarkan bahwa kasih kebanyakan orang semakin dingin, hanya disebabkan oleh telah semakin banyaknya orang-orang jahat telah dibentuk di dunia ini. Setiap hari orang-orang jahat terbentuk hanya karena lingkungan sekitarnya maupun ketika ada masalah dalam keluarganya. Keluarga berperan aktif dalam membangun bangsa ini dan mencetak generasi-generasi yang hebat. Sebab ketika keluarga hancur, pemberntukan karaker tangguh anak juga pasti terbengkalai. Juga mungkin bisa  dipastikan kehidupan berbangsa kita juga bisa semakin lama-semakin habis.



Pentingnya untuk kembali berbuat kebaikan diantara kita semua, sebagai mahluk ciptaan-Nya semata. Sebab dengan kebaikanlah kita bisa merawat segala kebhinnekaan bangsa kita. Tepat seperti ungkapan Anto Galon pada Police Movie Festival ke-4, yakni : “engkau adalah saudaraku yang lain”. Ketika kita mungkin beda, tapi tidak membuat perbedaan itu justru menciptakan rasa permusuhan diantara kita sebagai warga bangsa yang ada.

Kebaikan dipastikan akan menghasilkan kebaikan balasan bagi kita sang pelaku yang dengan rela dan iklas untuk memberi kebaikan tersebut. Seperti yang ada dalam cuplikan video gurumandarin di Youtube. Ketika dia harus membawa istrinya ke rumah sakit untuk bersalin, tapi kemudian di tengah jalan, ada orang yang meminta pertolongan kepadanya. Menolong anaknya yang sedang masuk kedalam jurang. Akhirnya si Bapak menyetujuinya, mencari anaknya di dasar jurang dan segera menuju rumah sakit.

Kemudian setelah urusannya selesai, dia bersegera menuju rumahnya. Dan berharap waktu masih sempat. Tapi, alangkah terkejutnya dia, bahwa dia telah ditolong oleh seorang ibu bidan, yang ternyata merupakan istri dari anak yang jatuh ke jurang tersebut. Perbuatan baiknya langsung mendapatkan balasan yang setimpal dari keputusannya untuk menolong orang lain. Jika seandainya si bapak atau si ibu kembali kepada salah mengambil keputusan maka kemudian ending-nya pun pasti berbeda.

Hal-hal praktis yang mungkin bisa kita kerjakan untuk bisa membuat dunia tempat tinggal kita menjadi tempat yang terbaik yang pernah ada, yakni mari berbuat kebaikan. Sekecil apapun itu tindakan baik yang kita lakukan kepada sesama ataupun lingkungan kita, dipastikan hal itu akan membuat lingkungan kita akan tercipta kedamaian maupun kerukunan. Contohnya menolong tetangga kita yang kebetulan tidak mempunyai beras lagi di dalam rumahnya, padahal tanggal gajian masih jauh, kita tidak segan-segan mengulurkan tangan kita kepadanya. Menolong untuk memberikan sejumlah uang yang tentunya bisa dipergunakannya dalam memenuhi kebutuhannya.
Kemudian tidak pernah membuang sampah sembarangan, tapi selalu dibuang pada tempatnya, menanam pohon, dan menciptakan lingkungan kita supaya tetap bersih dan asri.

Menjaga supaya mulut kita tidak mengeluarkan cacian, makian, ejekan kepada orang lain. Bahkan melakukan fitnah yang mungkin bisa berakibat fatal. Tapi yang keluar selalu dari perkataan kita adalah perkataan-perkataan berkat, maupun perkataan-perkataan hikmat. Supaya orang yang mendengar kita merasa diberkati dan bertumbuh melalui ucapan kita.

Kedua, masing-masing keluarga, bisa bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan holistik anaknya. Bukan hanya pemenuhan aspek fisik semata mereka, melainkan seluruh kebutuhan jiwa maupun rohani mereka tetap menjadi fokus utama kita dalam memenuhkannya.

Dan mungkin masih banyak langkah-langkah praktis yang bisa kita sebutkan atau uraikan. Tapi yang penting adalah mari berbuat kebaikan bukan hanya kepada kepentingan pribadi kita semata, melainkan sesama kita. Bukan hanya sekeliling kita, lingkungan masyarakat yang lebih luas juga harus mendapatkan perhatian dan kebaikan kita. Sehingga peristiwa-peristiwa pembunuhan atau pembantaian, pencurian dan berbagai kejahatan lain, tidak akan pernah ada lagi. Semoga.

Sumber :




https://beritakompas.com/2017/09/25/pria-bawa-gergaji-dan-kapak-untuk-bubarkan-ibadah-sekolah-anak-minggu/

Minggu, 24 September 2017

Media dan Sekelumit Kisah Film G30S/PKI di Masa Kecil maupun Kini

sumber gambar ; warta kota. tribunnews.com


Peristiwa keganasan PKI di masa lalu, akan diperingati dalam waktu dekat ini, yang jatuh pada tanggal 30 September 2017. Biasanya film tentang PKI ini pada masa aku kecil akan selalu ditayangkan di media Nasional yakni TVRI. Tepatnya pada tanggal 30 September, tayangan kebengisan dan kekejaman PKI akan ditampilkan hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Entah sudah berapa kali aku menyaksikan film ini, tapi yang paling kuingat adalah tentang Ade Irma yang masih mungil akhirnya ditembak, penyiksaan dengan melakukan penyayatan dengan pisau silet ke muka-muka para Jendral TNI tersebut, hingga penyeretan mayat mereka ke dalam sebuah lubang yang dalam, yang disebut lubang buaya.

Aku adalah generasi millennial baru, dimana tayangan perdana film Pengkhianatan G30S/PKI tepat di tahun lahirku, yakni tahun 1984. Mungkin sejak masih bayi, tayangan ini selalu menjadi santapan setiap tahunnya bagi orang tuaku. Seingatku televisi dulu masih merupakan barang langka sekaligus mahal. Sebab tidak semua orang bisa untuk memilikinya. Dan masih diwarnai hanya dengan dua warna dalam tampilannya yakni hitam putih.

Ketika kami sudah memilikinya ditahun 90-an, ada rasa bangga yang luar biasa. Masih kuingat diriku sewaktu kecil, bersorak-sorai selalu ketika televisi itu baru tiba ke rumah, dan mengumumkan kepada seluruh teman-teman masa kecilku, bahwa kami sudah kaya. Padahal orang tuaku hanyalah seorang buruh kasar di sebuah perusahaan yang kebetulan menyediakan asrama bagi seluruh pengerjanya.

Menjadi semakin rajin untuk menongkrongi TV baru itu, meskipun tidaklah baru.  Tak jarang juga teman-temanku akan selalu ngumpul di rumah ketika ada tayangan-tayanangan yang menarik. Terutama selalu menunggu serial filmnya Si Unyil, kemudian disusul dengan film kura-kura ninja yang akan selalu tayang di sore hari. Dan aku sebagai pemilik rumah, tampak menjadi seorang promotor yang tampil bercerita seiring dengan mainnya film tersebut. Ternyata jiwa kepemimpinanku sudah mulai diasah sejak saat itu.  Tampil bercerita dengan gaya sok tahunya tentang jalan sebuah cerita, sehingga tak jarang teman-temanku akan menegurku untuk segera diam.

Logo TVRI dari masa ke masa : ecchoblog

Program acara TVRI pada masa dulu juga belumlah sebanyak dan sepadat sekarang. Ada dua segmen film yang sangat disukai pada masa itu. Yakni segmen film orang dewasa akan selalu menonton Oshin, dan lain-lain, sedang segmen film anak-anak selain si Unyil dan Kura-kura Ninja, adalah Knight Rider, Sailor Moon, Saint Saiya, dan Doraemon. Kalau film-film terakhir ini tidak bisa diputar di rumahku, sebab belum ada Parabola untuk menangkap serial TV-TV swasta, karena letak geografisnya sangat tidak memungkinkan untuk menangkap siaran itu. Jadi solusinya adalah melakukan pendekatan kepada teman dekatku, yang kebetulan punya TV berwarna dan parabola, untuk menyaksikan serial film kesukaanku itu.

Kembali kepada serial film Pemberontakan G30S/PKI bahwa anak-anak diusiaku sudah dipaparkan dengan film-film kebengisan maupun keganasan. Dan tak jarang juga akhirnya aku bertanya kepada orang tuaku, kenapa mereka melakukan hal itu. Meskipun dijelaskan berkali-kali, ternyata otak kecilku belum mampu menampung ataupun mengerti apa yang mereka katakan. Tapi yang pasti, aku menyimpulkan bahwa menyakiti orang lain itu bukanlah perbuatan yang baik untuk dilakukan. Apalagi melakukan kekerasan kepada orang lain.

Sempat diriku merasa ketakutan sendiri atau phobia ketika melihat pisau silet ada di rumahku. Sebab beranggapan dan  membayangkan pisau silet tersebut kegunaannya adalah untuk menyayat-nyayat muka orang. Kemudian ketika tiba ayahku memakainya , aku memperhatikan dengan serius sekaligus timbul perasaan dag dig dug. Dan akhirnya terjawab sudah, memang untuk muka, tapi bukan menyayat-nyayat, melainkan untuk mencukur kumis dan jenggotnya. Jadi perasaan phobia itu menjadi hilang dengan sendirinya.

Kemudian cerita-cerita selanjutnya tentang PKI, adalah ketika diriku mau ke kampung dimana orang tuaku berasal. Orang tuaku akan menceritakan kejadian berdarah-darah, pembantaian orang-orang PKI, yang habis dibunuh secara massal di sepanjang sungai yang kami lalui ketika kami sedang melaluinya. Hampir setiap saat mereka akan bicara tentang pembantaian anggota-anggota komunis tersebut, ketika kami sedang melalui jalan-jalan antara Sibolga dengan Tarutung. Orang tuaku bercerita kepadaku seakan-akan dia sedang menapak tilas kejadian-kejadian pembantaian tersebut di otaknya.  

Aku tidak tahu, maksud dan tujuan mereka menceritakan hal itu kepadaku. Tapi yang pasti di dalam otak kecilku yang masih kanak-kanak, berkesimpulan bahwa mereka pantas untuk mendapatkan hal itu. Sebab merekapun sangat kejam kepada para jenderal yang mati dibunuh oleh mereka.

Ketika aku sudah dewasa sekarang, ternyata aku baru mengerti bahwa memang telah terjadi sebuah pelanggaran atas kejahatan manusia. Karena atas ideologinya yang mau merubah bangsa, bisa berakibat kepada kematian. Mungkin pada masa itu HAM (Hak Asasi Manusia) belum didengung-dengungkan atau belum dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sehingga jalan akhir bagi seorang pemberontak adalah menembak mati mereka semua. Tanpa ada pemberian pembelaan kepada mereka.

Organisasi atau partai Komunis seperti PKI, sudah selayaknya memang tidak diperbolehkan ada di Indonesia. Sebab bukan merupakan cermin dari jiwa bangsa kita, yang sangat beragam suku, etnis maupun bahasanya. Bangsa kita butuh asas demokrasi Pancasila untuk bisa mengayomi seluruh aspek masyarakat Indonesia yang ada. Dan ketika ada orang yang mau merubah Ideologi bangsa kita, maka dia akan berhadapan dengan hukum bangsa kita yang sekarang sudah lebih modern dan moderat.

Hal tentang pembubaran ormas atau partai PKI, semakin diperkuat dengan keluanya Tap MPRS tahun 1966. Sehingga tidak mungkin keberadaan dari pada partai ini bisa bangkit kembali. Sebab bukan hanya organisasinya saja adalah organisasi terlarang, bahkan seluruh simbol-simbol tentang PKI akan dilarang juga untuk bisa diproduksi. Sehingga tentunya akan mendapatkan banyak kesulitan maupun perlawanan bukan hanya saja dari pemerintah, masyarakatpun turut ambil bagian di dalamnya.

Perlu sikap yang dewasa untuk menyikapi tentang isu-isu kebangkitan PKI ini. Sebab ternyata mereka yang kontra pemerintah, selalu mencari cela untuk bisa menjatuhkan kepemimpinan Bapak Jokowi dalam memimpin bangsa kita. Selalu membuat beliau berada pada posisi dilema. Kalau filmnya di tayangkan nanti, berarti Bapak Jokowi dianggap ternyata adalah pro PKI, sedangkan kalau tidak diputarkan nanti, berarti Bapak Jokowi bukanlah seorang pemimpin yang demokratis. Maklum, karena sebentar lagi akan ada perhelatan pemilu presiden dan pilkada di tahun 2019, dan 2018. Mereka yang berseberangan dengan pemerintahan Jokowi, tentunya tidak akan mampu menggoyang pemerintahnya, terutama dari sisi kebijakan pembangunan yang sedang marak-maraknya dikerjakan.

Berharap bangsa kita bisa semakin pintar dalam menghadapi rencana-rencana atau propaganda jahat, yang ingin memecah belah kebangsaan ini. Dan mensyukuri telah menangkap sejumlah pengelola media online seperti Saracen. Berharap juga semakin cerdas dalam menyikapi isu-isu yang dengan sengaja dilakukan atau hoax, dengan melakukan kroscek sumber berita infonya dari mana asalnya.


BETAPA RENTANNYA AKU

Sumber gambar : Renungan Kristen-Ilustrasi Kristen

Hari ini.. Rhema-Nya datang kepadaku
Melalui seorang yang berbicara
Bahwa Takut akan Tuhan adalah sumber kehidupan
Setiap manusia yang ada di bumi ini..

Kehidupan akan selalu memberikan  pilihan kepada kita
Memilih untuk taat atau tidak kepada-Nya
Memilih untuk takut kepada-Nya atau tidak
Memilih untuk selalu mengasihi-Nya atau sebaliknya

Banyak tantangan maupun godaaan yang datang silih berganti
Melanda pemikiran, dan bahkan hati ini
Akankah bisa mencerminkan seorang yang betul-betul
Takut akan Dia senantiasa

Kulihat ternyata sulit untuk bisa mengerti-Nya
Sulit untuk berjalan sesuai dengan segala rencana-Nya
Sulit untuk menepati setiap komitmen yang sudah dibuatkan
Ternyata selalu jatuh..jatuh..ke lubang yang sama

Apa arti komitmen jika selalu tidak ditepati
Apa arti penyucian diri jika ternyata selalu mendukakan hati-Nya
Apa arti suka merenung Firman-Nya dan berdoa…berdoa
Jika akan ternyata berakhir dengan sebuah kisah kegagalan dan kegalauan

Betapa rentannya diriku, jika memilih untuk meninggalkan-Nya
Apalagi jika itu untuk selamanya
Dipastikan akan sulit untuk bisa mengarungi
Begitu deras nya arus kehidupan mengakibatkan lupa untuk selalu bersyukur

Pernah mengecap segala kebaikan dan segala kemurahan-Nya
Apakah itu akan disia-siakan…
Apakah hal itu akan ditiadakan…
Akankah hal itu menujukkan siapa diri ini…

Berharap kerentananku dan kebodohanku tidak akan pernah berulang kisahnya lagi
Meskipun diri ini sulit untuk bisa berharap kepada manusia
Berharap untuk disenangkan manusia,
tapi yang pasti akan berujung dengan kegagalan

Meskipun pada akhirnya sulit untuk menerima tapi belajarlah
Meskipun sulit untuk bertahan tapi upayakanlah
Meskipun sulit untuk bisa mengasihi tapi lakukanlah
Sebab yang pasti ada Tangan Tuhan yang menolong

Tangan yang tak pernah merasa lelah
Tangan yang selalu tersedia jika kesepian
Bahkan Tangan yang kuat jika mulai lemah
Dan berharaplah hanya kepada-Nya senantiasa


Sibolangit, 24 September 2017 Pukul 22.30

Jumat, 22 September 2017

Mengajar Menulis-Mempercepat Mimpi


Besok (23/9) untuk pertama kali diriku akan berbagi tentang dunia tulis-tulis (writing). Ada banyak hal yang akan kubagikan dalam kelas perdanaku ini. Meskipun persiapannya masih kurang matang, baik dalam mempersiapkan materi yang akan kusampaikan, tapi belajar untuk bisa berbagi tentang pengalaman yang selama ini sudah aku lakukan.

Peserta yang akan ambil bagian tidak banyak, berkisar sepuluh orang saja. Dan itu cukup untuk bisa memaksimalkan pembelajaran yang akan didapatkan. Pesertanya semuanya adalah mahasiswa dari kampus dimana aku berasal, yakni UNIMED.

Rencananya kegitannya akan berlangsung selama enam sampai tujuh kali pertemuan. Difokuskan untuk bisa menulis essay. Dimana sesi pertama diawali dengan perkenalan, membahas teori kemudian latihan dan praktek. Dan endingnya bisa berpartisipasi dalam event lomba menulis essay tentunya.

Berharap ini menjadi ajang bagiku dan bagi rekan-rekan mahasiswa dalam memulai suatu kegerakan. Yakni kegerakan untuk “menyuarakan kebenaran”, sekaligus menyuarakan isi hati dari sudut angle  kita. Menyuarakan berbagai fenomena-fenomena yang terjadi di dunia kampus, maupun yang ada di bangsa ini, Bangsa Indonesia.


Memperbanyak dunia literasi melalui keterlibatan orang-orang muda, mahasiswa apalagi dia yang notabene adalah orang-orang Kristen, takut akan Tuhan. Supaya bisa bertindak langsung, meskipun hanya melalui dunia literasi saja. Perlunya untuk bisa memberikan acuan yang baru, bagi para pembaca, atau masyarakat yang ada ketika mereka mampir ke lapak literasi ini.

Melalui ini juga diharapkan akan bisa berbagi tentang peran mahasiswa dalam membangun bangsa yang dimulai dari membangun daerah terpinggir yakni desa. Sebagai ajang untuk bisa memberikan wawasan tentang pelayanan desa atau kegiatan yang akan bisa dilakukan di desa tentunya.

Menjangkau anak-anak, melalui cerita-cerita inspirasi yang akan membangun kesadaran. Meningkatkan kemampuan baca mereka dengan pergi langsung ke dunia anak-anak yang ada di desa. Melalui sebuah kegerakan PESAT (Potensial, Excellent, Solution, Agent of Change dan Trust) yakni “Membangun Literasi Anak Desa”.

Potensial, Excellent, Solution, Agent of change, Trust

Semoga ini bisa semakin berkembang, dan bisa juga menjadi titik balik dalam terus mengupayakan kegerakan literasi anak bangsa. Menjadi sebuah kegerakan bagi para Sarjana Pembaru Desa (SPD) dalam menggarap desa sebagai ladang fokus utamanya. Itulah yang kurindukan.

Bukan hanya sekedar meningkatkan kemampuan daya kritis seorang mahasiswa, melalui tulis-menulis, melainkan juga harapannya bisa memperbanyak jumlah judul buku yang akan bisa diterbitkan di setiap tahunnya.  


Be the Best


Rabu, 20 September 2017

Masa Depan Korupsi di Tahun Emas Indonesia



Ternyata dalam satu sepekan yang lalu, KPK sudah menggelar operasi tangkap tangan (OTT) sebanyak tiga kali berturut-turut. Yang dimulai dari bagian Barat Indonesia, yakni Kabupaten Batubara,Sumatera Utara (Provinsi Juara Korupsi se-Indonesia), kemudian pindah ke daerah Kalimantan Selatan, Banjarmasin dan terakhir penindakannya terjadi di sebuah Kota di Jawa Timur, Kota Batu. Proses penangkapannya terjadi hanya menjelang satu hari setelah kasus tindakan korupsi itu sedang berlangsung.

Peristiwa OTT menandakan bahwa KPK terlihat sangat serius dan gencar untuk melakukan penindakan terhadap orang-orang yang mau berusaha mengambil uang rakyat. Baik masalah kota dan desa yang tersebar di daerah-daerah Indonesia ternyata selalu punya polemik yang sama, yakni virus untuk melakukan perbuatan pencurian. Baik itu untuk alasan memperkaya diri sendiri, mengembalikan modal yang kemarin sudah dikeluarkan, maupun sebagai ajang persiapan untuk menyiapkan sejumlah dana kampanye dalam menghadapi perhelatan pilkada maupun pemilu di tingkat nasional.

Setiap orang dipastikan akan bisa terkena godaan virus korupsi ini. Akibat ketidaksiapan dalam membentengi dirinya sendiri untuk tidak pada korupsi. Ketika sudah melakukan hal Ini bisa mengindikasikan bahwa  memang kebiasaan dari tindakannya yang mungkin sudah mendarah daging. Sebab merasa sudah aman dan tidak merasakan apa-apa ketika mencuri dalam skala-skala yang kecil. Awalnya sekali saja, kemudian ketagihan dua sampai tiga kali, dan akhirnya tidak bisa dihentikan lagi.

Orang-orang yang terindikasi melakukan korupsi, seperti yang di Batubara kemarin, bisa didapat ketika adanya banyak laporan masyarakat. Bahwa ketika sudah sekian lama memimpin suatu daerah, ternyata pembangunan yang dilakukan tidak begitu tampak, atau bisa dibilang nihil. Merasa tidak tahan dengan kondisi akses jalan yang semakin rusak dan tidak ada perhatian yang intensif dari pemerintah, akhirnya proses pelaporanpun terjadi.

Jadi indikasi ketika tidak terjadinya pembangunan sama sekali di suatu daerah, ataupun tidak adanya perbaikan taraf hidup suatu masyarakat yang ia pimpin, bisa menjadi indikasi bahwa pemimpin tersebut telah melakukan perbuatan yang tidak terpuji tersebut, yaitu korupsi. Itu mungkin sebagai langkah awal bagi kita masyarakat awam untuk bisa melaporkannya, dan pembuktiannya adalah ketika sudah terjadi peristiwa operasi tangkap tangan oleh KPK.

Kemudian ketika semakin gencarnya upaya KPK dalam melakukan operasi tangkap tangan kepada terduga pelaku tindak korupsi, dan itu dilakukan secara berturut-turut, hanya dalam satu pekan telah terjadi tiga kali peristiwa OTT, menandakan bahwa saat ini bangsa kita sebenarnya sedang dalam kondisi darurat korupsi.

Diperlukan tindakan tegas dan aktif dari para penindak korupsi, seperti KPK dan lembaga yang terkait lainnya untuk bisa mengurangi bahaya laten dari korupsi ini. Baik kepolisian, para jaksa dan aparat lainnya. Tapi saat ini juga sedang bergulir dan akan mencapai batas waktunya, yakni para legislator kita, dalam memberikan hak angket kepada KPK. Yang katanya sebagai upaya lembaga legislatif dalam memperbaiki seluruh kinerja KPK yang ada selama ini. Dan bahkan sampai terdengar isu pembekuan sementara segala aktivitas lembaga anti rasuah ini. Tetapi bersyukur, bahwa hal ini, bukan menjadi sikap resmi dari para anggota legislator kita.

Pertanyaan kedepannya, bagaimanakah masa depan korupsi nantinya tepat ketika Indonesia kita ini mencapai usianya ke-100 Tahun Indonesia merdeka. Apakah kita akan menjumpai wajah-wajah koruptor akan semakin bertambah banyak atau sebaliknya, sudah tidak ada lagi terdengar yang namanya korupsi terjadi di tanah air tercinta kita ini.


Di usia seratus tahun Indonesia merdeka, berarti para generasi millennial atau generasi X, mungkin sudah tidak begitu banyak lagi berperan aktif di kancah pemerintahan yang ada. Sebab usianya pada masa itu sudah pada uzur. Generasi Z maupun generasi alpha-lah yang akan mengambil tampuk kepemimpinan yang ada di bangsa kita ini.

Dalam menciptakan wajah baru bagi bangsa kita di seratus tahun Indonesia merdeka, yakni menghilangkan yang namanya aroma bau dari korupsi, diperlukan penggemblengan secara aktif dan benar bagi generasi Z maupun generasi Alpha. Terutama generasi alpha yang dimulai dari tahun 2010 ke atas, usia mereka sekarang ini masih begitu sangat muda. Begitu gampang untuk membentuk karakter dan jiwa mereka, maupun dasar kecakapan intelektualnya. Mereka masih masuk pada masa usia golden age, artinya, sebagai masa yang ketika tepat penanganan, perhatian, dari para orang tua, dipastikan mereka akan bertumbuh menjadi generasi yang benar, cerdas, tangguh dan tentunya punya sosial yang baik.

Sebagai orang tua yang baik, perlu juga memberikan teladan yang baik bagi mereka. Keluarga berusaha untuk menghindari praktek-praktek korupsi. Selalu bekerja dengan giat, dan jujur. Antara suami dan istri menunjukkan keakuran yang baik, dan selalu berusaha untuk menghindari cekcok di depan anak-anak hanya karena masalah ketiadaan uang atau urusan bisnis yang mulai merugi, dan lain-lain.

Meskipun telah terjadi akhir-akhir ini, bahwa semakin marak  dan terjangkitnya orang-orang yang menjadi pelaku korupsi, anak-anak kita tidak akan apa-apa. Asal kita memiliki spirit dan niat yang baik, jujur dalam berbisnis ataupun berusaha. Sebab menjadi teladan yang baik serta bisa menjadi sahabat mereka, ternyata lebih berdampak kepada anak-anak yang sudah mulai beranjak remaja, dibanding hanya dengan sekedar kata-kata doang.

Dan ketika mereka sudah beranjak dewasa, kemudian dipercaya menjadi seorang pemimpin, dipastikan dia tidak melakukan perbuatan kotor seperti tindakan korupsi. Sebab sudah terlatih di awal-awal masa kanak-kanak dulu hingga menjadi besar dan dewasa.


Selasa, 19 September 2017

Tindakan Berdampak Kekekalan



Waktu penerimaan CPNS tinggal sebentar lagi, akan ditutup pada tanggal 25 September nanti. Dan ini adalah gelombang kedua, setelah penerimaan  tahapan pertama oleh Kemenkumham dan Mahkamah Agung. Pada tahapan pertama dinyatakan ada sekitar satu jutaan lebih orang yang mendaftarkan dirinya untuk bisa diterima disitu. Padahal yang diterima hanya berkisar kurang lebih 17.000 orang saja. Akan dipastikan banyak yang akan gugur, dan persentase penerimaannya tidak sampai satu persen.  

Mengapa orang berlomba-lomba untuk mengikutinya? Sebab tawaran yang diberikan setelah mendapatkan posisi tersebut sangatlah menggiurkan. Mulai dari gaji pokok yang melebihi kebutuhan standar ditambah juga dengan tunjangan-tunjangan yang akan menyertainya.

Tak sedikit juga orang yang melakukan berbagai cara agar ia bisa diterima. Mulai dari melakukan perbuatan curang yang notabene pasti tidak akan jebol usahanya, hingga dengan cara yang benar, yakni belajar dengan sungguh-sungguh dalam mempersiapkan dirinya sebaik mungkin.

Orang yang sangat opportunities pasti memanfaatkan event ini, dengan melakukan jurus tipu-tipu memukau hati dan tangan. Dan banyak orang yang terperangkap dengan godaannya. Kemudian ketika sadar tidak adanya panggilan-panggilan yang sudah sejak lama dinantikan, melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Pastinya sudah sangat terlambat, bukan hanya gagal untuk mendapatkan status PNS tersebut, tetapi juga habisnya uang dan harta berharga yang mungkin sudah sempat digadaikan.

Disamping orang yang sedang berburu peluang CPNS tersebut, orang yang sudah bekerja juga diperlukan untuk bertanya kepada dirinya sendiri. Apakah pekerjaannya yang selama ini dia tekuni dan lakukan sudah memberikan dampak kekekalan untuk kepentingan Kerajaan Allah Bapa. Atau justru terjebak dengan hiruk pikuk kenikmatan yang tiada duanya dari insentif atau keuntungan yang diterima disetiap bulannya.

Hari ini artikelku, temanya berbarengan dengan apa yang kusampaikan pada ibadah raya bersama seluruh staf dan para mahasiswa. Yakni tindakan yang berdampak pada kekekalan. Berawal dari melihat semakin kurangnya rasa kemanusiaan kita, ketika melihat orang atau pelaku tindak kriminal yang tertangkap tangan. Dipastikan kalau aparat tidak datang segera untuk mengamankan pelaku tersebut, niscaya dia tidak akan selamat lagi, alias sudah almarhum.

Rasa iba kita lebih mudah muncul kepada orang-orang yang tersakiti atau menderita karena ketidakadilan. Seperti kasus rohingya, ataupun kaum papa, yang sulit mendapatkan makanan untuk disantap sehari-hari. Dengan kondisi sulit seperti itu, rasanya sikap kemanusiaan kita akan bergelora untuk bisa menolong orang tersebut. Melakukan apa yang terbaik untuk bisa pulih dari keadaan sulit tersebut.

Artinya rasa iba kita lebih mudah diberikan kepada orang-orang yang terpinggirkan dibandingkan orang yang nyata-nyata bertindak kejahatan. Memang ini bukan pemikiran yang mudah untuk dicerna, tapi ada baiknya bagi kita memberikan kesempatan atau ruang kepada hukum yang berlaku, bukan kepada atas tindakan kita yang mau menghakimi sendiri kejahatan yang sedang dilakukannya.



Kemudian pentingnya untuk membahas hal ini, dikarenakan kita yang selalu dibatasi dengan yang namanya ‘waktu’. Setiap hal apapun pasti punya batasan waktu, dimulai dari membayar pajak, makanan atau minuman yang kita punyai, pergi mengerjakan hobi, dan bahkan bekerja dalam kesehariannya, dipasikan kita selalu tunduk dengan yang namanya ‘waktu’. Tidak ada yang kekal di dunia ini yang bisa kita kerjakan atau gapai, maupun prestasi yang melejit yang sudah mengangkat nama baik kita di mata banyak orang.

Dan satu-satunya yang kekal adalah jiwa kita itu sendiri. Sebab masing-masing dari kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Sang Khalik atas apa pekerjaan atau tindakan yang sudah kita lakukan selama ini di dunia. Apakah kita akan memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk bisa memberikan dampak kekekalan yang positif bagi Allah.

Atau akankah kita terjebak dengan pola-pola duniawi, yang semakin lama semakin rusak oleh segala perbuatan gelap Iblis. Sebab dinyatakan bahwa ketika semakin banyak orang yang terlibat dalam perbuatan gelapnya iblis, atau wickeness maka kasih kita akan semakin dingin.

Mari kita bisa belajar bagaimana polanya Tuhan Yesus ketika diperhadapkan dengan seorang wanita yang kedapatan berjinah. Dengan sejumlah pemikiran-pemikiran jahat oleh ahli-ahli taurat dan para Imam,  yang mau berusaha untuk menjebak Tuhan Yesus,  supaya bisa menghukumNya dengan undang-undang yang dibuat oleh manusia. Dan hal itu yang sepatutnya bisa dihindari untuk kita lakukan dalam kehidupan kita.


Seperti tindakan, lebih meninggikan diri sendiri di atas orang lain, hanya memandang bagian kulitnya saja atau bagian luar dari seseorang, lebih gampang menunjukkan kelemahan orang lain. Mengutamakan hukuman dibanding dengan belas kasihan. Mementingkan persetujuan bersama dibanding sikap penerimaan, lebih memandang masalah dengan pikiran dibandingkan dengan hati nurani. Memiliki sikap toleransi yang rendah terhadap setiap kesalahan, lebih suka perpecahan dibandingkan dengan rasa persatuan.

Adapun sikap Tuhan Yesus dalam menghadapi kasus tersebut adalah dengan tidak membiarkan dirinya terprovokasi dengan situasi mencekam seperti itu. Kemudian memandang perempuan yang berjinah itu dengan kasih Allah Bapa yang sempurna, dan akhirnya mengampuni setiap dosa dan pelanggarannya.

Kemudian juga, langkah yang bisa kita ambil berikutnya adalah dengan mencoba melatih diri kita dengan perspektiknya Allah. Atau cara pandang Allah dalam melihat sesuatu. Seperti yang tertuang dalam nats 1 Korintus 9 :26-27. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

Memberitakan injil kepada semua orang, baik atau tidak baik waktunya. Sebab itu adalah perbuatan kekekalan yang tentunya akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Bapa. Ketika orang yang mendengarkan injil tersebut, akhirnya beroleh iman untuk mempercayai Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat mereka yang hidup.


Dan terakhir pekerjaan atau tindakan yang memberikan dampak kekekalan adalah ketika kita mampu bertindak atau bekerja dengan tidak mengharapkan imbalan yang bersifat sementara dan dapat binasa di dunia ini, melainkan sebaliknya bertindak dengan harapan mendapatkan hidup yang kekal bersama dengan Allah Bapa di surga nantinya.

Minggu, 17 September 2017

Hati yang Bengkok



Hari ini, aku sangat ditegor oleh Firman Tuhan. Ternyata selama ini, diriku sulit mendapatkan terobosan. Selalu mengalami banyak kegagalan, sering kuatir, dan bahkan mungkin tidak mempercayai bahwa Tuhan itu adalah Tuhan yang berdaulat atas hidup kita.

Ketidakpercayaan itu, sering timbul, ketika keluar pemikiran seperti, “Akankah tercukupikah kebutuhanku selama sebulan ini?” Ataukah aku harus menjalani kehidupan ini dengan meminta-minta dan bukannya menjadi pihak yang seharusnya suka memberi dan selalu memberi.

Apalagi menyelesaikan segala tanggungan maupun kewajiban yang seharusnya dibayarkan, tapi tak kunjung bisa terealisasi segala yang sudah ditetapkan dan bahkan direncanakan. Terutama dalam hal memberikan perpuluhan, terus terang sudah hampir setahun ini, diriku tidak menunaikan kewajiban ini. Sebab memang mindset ku, terus terkungkung dengan pola untuk memenuhi kebutuhan keluarga dulu, baru kebutuhan atau kewajiban yang lainnya.

Ketidakpercayaan itu juga timbul, ketika semakin pesimisnya diriku, untuk bisa melanjutkan studi lanjutan yang sudah lama aku rindu-rindukan. Sebab dengan itu tentunya bisa akan semakin mengasah diriku untuk bisa lebih banyak berbuat dan pada akhirnya juga bisa menghasilkan buah.
Mentor jauhku, pernah berkata, ketika semakin dekat dan serupa dengan Kristus, seharusnya semakin bisa untuk menghasilkan buah dengan limpahnya dari dirinya sendiri. Mencoba mengingat dimasa-masa hidup pelayanan maupun pekerjaan, ternyata diriku sudah manjadi murid Kristus selama kurang lebih dari 12 tahun. 

Sejak memutuskan untuk menerima Kristus di masa-masa pemuridan sewaktu di kampus dulu, seharusnya diriku sudah bisa menghasilkan banyak buah-buah yang tentunya bisa dinikmati oleh Allah sendiri. Tetapi faktanya diumur yang ke-33 tahun ini, belum bisa berbuat banyak untuk kemajuan dan pergerakan dari Kerajaan Allah sendiri hadir di dunia ini. Belum bisa menjadi berkat bagi banyak orang yang membutuhkan kasih Kristus dalam hidupnya.

Mengevaluasi masa-masa kini, dan berharap ini menjadi turning point (titik balik) dari kehidupanku ini. Aku menemukan diriku masih memiliki hati yang bengkok. Sama seperti Mazmur Daud yang berkata, baik di 2 Samuel 22 : 7,maupun yang di Mazmur 18 : 26, “terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.”

Sepertinya Tuhan sedang membalaskan apa yang kubuat selama ini. Sama seperti nats di atas yang sudah kita baca. Sebab Dia Sendiri memang harus bertindak sesuai dengan Firman yang Ia nyatakan dalam Firman-Nya. Allah tidak bisa melanggar segala kedaulatan-Nya yang jelas-jelas Ia sudah nyatakan atau beritakan sebelumnya kepada segala nabi-nabi yang dulu pernah ada.

Diriku sering berlaku atau bertindak dengan belat-belit, atau dengan dolak-dalik hanya untuk bisa mendapatkan kehidupan yang normal seperti sedia kala. Tanpa pernah berusaha untuk menunggu setiap jawaban-jawaban yang Tuhan nyatakan sendiri dalam kehidupan kita. Dan kisahnya mungkin hampir mirip seperti keputusan Abraham ketika ia ingin untuk segera mendapatkan keturunan. Mengikuti nasehat dan saran istri supaya menikahi budaknya, dan akhirnya melahirkan Ismael. Ingin mencoba membantu Allah dalam setiap jawaban-jawaban yang Ia sudah janjikan terlebih dahulu. Akibatnya sekarang bisa kita lihat sendiri. Dua saudara akhirnya tidak bisa diketemukan atau berdamai yakni keturunan Ishak sendiri maupun keturunan Ismael. Dan kisah sikap permusuhan mereka, masih terus berlangsung hingga saat ini, pada generasi-generasi kini.

Bersyukur diriku pernah mengikuti acara Youth kemarin (29 s.d. 30 Agustus)dari gereja dimana aku digembalakan. Youth Conference Sumut “Calling For This Generation”. Yang acaranya kebetulan berbarengan dengan acara Launching 30 tahun Pelayanan PESAT di Salib Putih, Salatiga. Dalam konferensi tersebut, diriku belajar banyak hal, mulai dari gambar diri (Who Am I), hubungan (connection), dan dampak (impact) dari seorang pemuda yang cinta dan takut akan Tuhan.


Hal yang paling mengena kepadaku adalah, ketika Pastor Bambang Jonan, membahas tentang Mazmur 127:4; menyatakan “Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.” Beliau menjelakan bahwa anak muda itu seperti anak panah yang bisa cepat melesat jauh, ketika sudah dibidikkan. Artinya anak-anak muda bisa lebih cepat bergerak dan melakukan banyak hal sekaligus (multi tasking), yang tentunya berbeda jauh dengan kemampuan para generasi sebelumnya, yang terkesan lambat, dan mono tasking.

Kemudian diterangkan lagi, bahwa anak panah itu harus terbuat dari batang pilihan, dan tentunya tidak boleh bengkok. Dipilih dari kayu yang sangat keras, supaya menghasilkan anak panah yang kualitas tinggi. Serta tidak boleh bengkok. Sebab kalau bengkok, lesatan dari anak panah itu juga tentunya tidak akan pernah lurus dan tidak akan pernah kena sasaran. Kita ketahui bersama bahwa pada kenyataannya di dunia ini bahwa tidak ada kayu yang lurus.

Bagaimana menghasilkan anak panah dari kayu yang bengkok tersebut menjadi lurus? Ternyata ada proses pelenturan dengan melakukan pembakaran pada sisi yang bengkok itu. Menerima pembentukan dari si pembuat anak panah tersebut. Demikian juga dengan kita, pasti kita tidak ada yang benar di mata Tuhan, semua kita adalah orang-orang yang bercela dan bernoda. Bagaimana supaya kita bisa dipakai oleh-Nya, kita harus merelakan diri kita untuk diproses, dibakar dan bahkan dimatikan segala keinginan dosa maupun hawa nafsu kedagingan. Sebab dengan jalan itulah kita akhirnya bisa menjadi anak-anak panah di tangan pahlawan.

Hati yang bengkok. Nats ini kembali muncul dihari ini sebagai rhema yang terus mengusik hatiku. Kembali mengingatkanku, bahwa diriku harus direlakan untuk diperbaharui lagi, diproses lagi, dan bahkan dibakar lagi dari ke hari ke sehari, hingga akhirnya didapati diriku akhirnya menjadi sempurna seturut kehendak-Nya semata.

Hati yang bengkok, berupa motivasi-motivasi yang salah, melegalkan keberdosaan ini dengan menggunakan nats firman yang mungkin mendukung, mencoba membantu Allah dalam kondisi sedang menunggu jawaban Allah digenapi, bahkan mungkin mulai meragukan kuasa dan firman-Nya, sebab ternyata kita belum hidup berpaut sepenuhnya kepada-Nya dengan segenap hati.


Dan hati yang bengkok ini, biarlah diproses oleh Tuhan. Dan aku merelakan diriku untuk dibentuk oleh-Nya sendiri. Oleh anugerah demi anugerah yang akan dinyatakannya kelak. 

Anak adalah Prioritas



Beberapa hari ini anakku yang nomor dua menderita demam tinggi, ada banyak kepanikan kami sebagai orang tuanya. Karena gigi ketiga-nya sedang tumbuh dan nongol dari gusinya. Berpikir dia tidak akan demam, sebab melihat pertumbuhan gigi pertama di bawah dan gigi ke dua di atasnya tidak mengalami sakit apa-apa. Dan kami menganggap bahwa gigi ke tiga pasti tidak akan mengalami apa-apa. Tapi perkiraan kami meleset, ternyata dia harus meraung-raung mulai di Kamis sore, malam, hingga pagi.  Begitu sampai di esok harinya. Sekarang Minggu sore sudah agak mendingan radang pertumbuhan giginya tidak mengalami demam dan sudah sembuh.

Prioritas pekerjaan kita tentunya akan terganggu, dan pastinya anaklah yang menjadi prioritas kita pertama. Sebab percuma segala pekerjaan rumah beres tapi akhirnya melihat penderitaan anak semakin menjadi tanpa adanya penanganan khusus dan perhatian dari kita orang tuanya. Membatalkan segala agenda pribadi yang mungkin sudah kita susun sedemikian rupa, agar supaya bisa memberikan perhatian khusus kepada si anak tersebut.

Mungkin siapapun diantara kita belum pernah belajar atau sekolah untuk menjadi orang tua, tapi akhirnya kita belajar sendiri setelah mendapatkan predikat sebagai orang tua, sebagai seorang ayah dan tentunya sebagai seorang suami atau istri. Mencari dan belajar secara otodidak dari buku-buku yang kita dapatkan atau searching  dari internet terus kita upayakan agar bisa menjadi orang tua yang tentunya handal dalam mengelola dan merawat keluarga kita.

Pernah muncul semacam survey online di media sosial, antara pilihan yang utama yang akan kita pilih. Apakah lebih memilih keluarga atau pekerjaan. Dan melihat hasil surveynya ternyata dominannya orang untuk memilih keluarga dari pada bisnis atau pekerjaan mereka. Artinya bukan aku saja yang lebih memilih untuk fokus kepada keluarga tapi banyak orang lain juga yang sama seperti diriku ini.

Setahun yang lalu, ada orang tua yang akhirnya melepas kepergian anaknya yang sudah duduk di kelas 1 SMU . Karena mengalami pertarungan ala gladiator di sekolahnya. Terpaksa dia harus mengikut arus permintaan temannya untuk mengikuti perkelahian antar sekolah di Jakarta di sebuah taman. Lima lawan lima dari setiap sekolah, dan ternyata akhirnya anak dari seorang ibu yang malang, harus melepas anaknya untuk selamanya.

Ibu Maria Agnes & Foto anaknya Hillarus Christian

Ada duka yang mendalam yang sangat dirasakan oleh sang Ibu dan terus meminta keadilan kepada pemerintah, supaya kasusnya bisa diusut tuntas. Perjuangannya terus disuarakan melalui media-media sosial yang ada, hingga sampai viral dan akhirnya baru-baru ini pihak kepolisian kembali membuka kasusnya dan sudah menemui titik terang.

Yang pastinya sang pelaku adalah anak yang seumuran dia tentunya. Dan kemungkinan hukumannya yang mungkin ditanggung adalah hukuman untuk anak yang dibawah umur bukan hukuman seperti orang-orang yang sudah dewasa. Sebab ada undang-undang yang mengatur segala pidana yang dilakukan oleh anak-anak yang dibawah umur. Paling ringan hukumannya adalah akan mendapatkan semacam penyuluhan peringatan dari dinas sosial yang ada.

Ketika kehilangan terjadi atau perginya anak yang kita kasihi, pasti sangat merasakan kedukaan yang mendalam. Sebab akan teringat masa-masa dia bertumbuh sejak kelahirannya ke dunia ini, hingga menjelang dewasa. Mengingat dan terus mengenang apa yang dia lakukan, apa yang dia sukai, dan seluruh tentang dia pasti akan selalu menempel dipikiran kita untuk selamanya. Makanya sang ibu tidak rela untuk membiarkan ketidakadilan terjadi kepada anaknya dan terus berjuang hingga tercapai apa yang dia maksudkan.

Kepergian atau kehilangan seorang anak secara tidak wajar pastinya akan terus mendapatkan perhatian kita, dan bukan hanya kita, lingkungan masyarakat kitapun akan melakukan hal yang sama. Seperti yang juga baru-baru ini terjadi kepada bayi Debora, yang tidak mendapatkan penangangan secara serius oleh sebuah rumah sakit di Jakarta, akibat terkendala biaya administrasi yang tidak sanggup dipenuhi sang orang tua. Ketika disuarakan dan diviralkan beritanya, akhirnya mendapatkan respon yang serius dari pemerintah, dan dalam hal ini pihak rumah sakit tentunya.

Setiap orang tua pasti selalu berusaha memberi yang terbaik bagi setiap anak yang sudah dianugerahkan kepadanya. Tapi melihat fakta dan kenyataan yang ada juga, masih banyak orang-orang yang menyia-nyiakan anak yang dikandung oleh mereka. Yang mungkin akibat dari pergaulan yang salah, sehingga tidak mengharapkan si anak yang ternyata sedang bertumbuh di rahimnya. Menggugurkannya dan tidak memberikan kesempatan hidup kepadanya.

Medan menjadi salah satu kota, tempat pembunuhan dari anak-anak yang tidak bersalah tersebut. Data di tahun 2016 yang disiarkan oleh TVRI lokal medan, bulan Juni 2017 lalu.  Tragis melihat dan mendengar berita itu. Hampir setiap hari menemukan anak-anak dibuang di tempat sampah, diselokan, dikebun masyarakat, dan bahkan di sungai-sungai. Mungkin bukan hanya kota Medan, kota-kota yang lainpun pasti pernah menemukan kasus-kasus yang seperti ini.

Bahkan menurut data BKKBN, dilansir dari laman Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), angka aborsi di Indonesia mencapai 2,4 juta per tahun. BKKBN mencatat, terjadi peningkatan sekitar 15 persen setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, 800.000 di antaranya dilakukan oleh remaja putrid yang masih berstatus pelajar. Yang oleh WHO juga menyatakan bahwa angka pengguguran bayi atau aborsi tersebut telah mencapai angka 56 juta tindakan aborsi dilakukan di seluruh dunia di setiap tahunnya.

Padahal nilai seorang anak itu sangatlah berharga, bukan hanya bagi orang tuanya saja, bagi masyarakat dan bahkan bagi Tuhan Allah sendiri. Setiap anak pasti punya destiny masing-masing yang sudah dirancangkan oleh Bapa kita sendiri. Dan kita sebagai orang tua, sangat tidak layak dan bahkan sudah melanggar kodrat dari Sang Pencipta, ketika memutuskan untuk mengakhiri sang anak yang sudah dititipkan kepada kita.  

Kembali kepada prioritas dan tanggung jawab kita sebagai orang tua yang baik. Memperhatikan segala pertumbuhannya dan mencukupinya. Bukan hanya keinginan untuk mencetak  anak-anak terus menerus,  tapi akhirnya melupakan program untuk mendidik dan membesarkan mereka menjadi anak-anak yang tangguh. Sebab ketika banyak anak-anak yang tangguh muncul di bangsa ini, dan itu muncul tentunya dari keluarga yang baik dan berkualitas, niscaya bangsa ini akan menjadi bangsa yang kuat. Bangsa yang tidak mudah digoyangkan dengan isu-isu SARA yang terus digunakan oleh oknum-oknum yang ingin merusak kesatuan dan persatuan dari bangsa kita.

Mari menjadikan anak sebagai prioritas utama kita. Membesarkannya bukan hanya dari kebutuhan fisiknya semata, tapi membesarkannya dengan memberikan pertumbuhan karakter yang baik, serta kerohanian yang mantap tentunya. Melalui teladan yang boleh kita berikan kepadanya di setiap hari-hari yang kita jalani tentunya. Mengajar bukan hanya dengan memberikan instruksi atau kata-kata, tapi melalui perbuatan kita juga. Sebab pada kenyataannya mereka adalah seorang peniru yang ulung. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang tuanya.


Dan terakhir mari kita memuridkan anak-anak yang kita kasihi tersebut, supaya mereka bisa mengenal dan mengasihi orang tuanya, sesamanya, lingkungannya dan bangsanya sendiri. Serta terutama dan yang paling utama adalah mereka bisa mengenal dan mengasihi Tuhannya sendiri.  


Sumber :

https://beritagar.id/artikel-amp/berita/deretan-kasus-aborsi-ilegal-di-indonesia

https://m.tempo.co/read/news/2016/05/12/060770548/who-tiap-tahun-56-juta-janin-digugurkan

Kamis, 14 September 2017

Pemimpin dan Transportasi

sumber gambar : http://hezkiasembiring18.blogspot.co.id

Pentingnya bagi sebuah kota tertata rapi dan baik. Baik bangunannya, sistem perairan maupun pembuangannya, apalagi sistem transportasinya. Kali ini penting untuk membahas sistem transportasi yang ada.

Transportasi yang baik dalam suatu kota, adalah suatu sistem yang sudah tertata dengan baik. Tidak ada banyak titik kemacetan disetiap jalan-jalannya. Dan juga adanya kesadaran masyarakat secara mendalam bahwa dirinya adalah seorang agen perubahan. Berubah ke arah yang lebih baik. Yang dulunya acak-acakan ketika memarkirkan kendaraannya, sekarang tidak sembarangan. Dulunya ugal-ugalan dalam memacu kendaraannya sekarang bisa mengontrol kecepatannya. Dulunya sering menyebarkan sampah dijalan-jalan ketika berkendara, sekarang lebih bijak dalam mengelola sampah pribadinya sendiri.

Ketika kita melihat kondisi pertransportasian di tanah air kita sekarang ini, jauh dari yang namanya sudah baik. Bahkan hal itu diperparah lagi dengan semakin kurang disiplinnya para pengguna jalan. Selalu merasa jalan yang ia gunakan adalah jalan milik pribadi sendiri. Sehingga bebas untuk berekplorasi disana-sini. Kebut-kebutan, maupun ugal-ugalan bahkan tidak sabaran menjadi life sytle tersendiri.

Disamping itu, disana-sini juga melihat banyaknya parkir dikiri kanan bahunya jalan. Dikarenakan kondisi keadaan yang tidak memungkinkan untuk parkir ditempat lain. Sebab rumahnya atau usahanya sendiri sudah dalam posisi mepet jalan. Membeli kendaraan mobil, lebih mengutamakan faktor kemudahan dalam berpindah dan tentunya melancarkan bisnis usahanya, tapi lupa bahwa garasinya belum disiapkan dengan baik.

Factor crowded atau keramaian maupun kepadatan penduduk suatu kota juga menjadi penunjang kekacauan sistem transportasi yang ada. Semakin bertambahnya juga sukses kekacauannya dikarenakan luas wilayah daerahnya yang mungkin terbilang sempit.

Hobi masyarakatnya yang gemar menggunakan kendaraan pribadi dibanding kendaraan umum yang ada tersedia. Lebih mengutamakan kenyamanan pribadi atau keluarga dibanding harus berdesak-desakan di angkutan umum. Plus keinginan untuk pamer dengan kendaraan yang ia miliki sekarang.
Melihat kondisi yang sudah parah ini, butuh seorang pemimpin visioner. Yang mampu menjawab dan mengurai satu persatu masalah transportasi yang sedang sakit parah. Apalagi di tahun depan, akan adanya pilkada secara serentak. Mari mencari pemimpin yang konsentrasinya adalah untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat. Pemimpin yang bukan hanya sekedar omong doang dalam janji-janji kampanye yang sangat manis ketika diperdengarkannya. Tapi adanya suatu aksi yang nyata untuk menjawab setiap permasalahan-permasalahan yang ada di daerahnya.

Sebagai masyarakat yang baik, seharusnya bisa mengawal setiap janji-janji yang diucapkan oleh para pemimpin daerah kita. Menyoroti dan bahkan menyurakan setiap kegetiran yang ternyata dibiarkan oleh mereka sendiri. Supaya para pemimpin kita ini, akhirnya bertindak dan menyelesaikan setiap masalah perkotaan yang ada, apalagi masalah transportasi.

Penyediaan sarana tranportasi yang terbaik disetiap jalur-jalur utama yang ada di jalan-jalan perkotaan. Seperti yang sedang dikerjakan oleh Pemprov DKI, menyediakan layanan Bus Premium, Bekasi-Jakarta. Menambah koridor-koridor untuk jalur bus way, membangun transportasi massal seperti MRT (Mass Trapid Transportation) maupun LRT (Light Rapid Transportation). Memperbaiki sistem akses jalur tol yang ada sehingga tidak perlu lagi banyak penumpukan antrean mobil yang ingin melewati jalur tol tersebut. Dan banyak kebijakan-kebijakan lainnya yang harus dikeluarkan dan segera dieksekusi. Meskipun hasilnya belum kelihatan sekarang, sebab masih dalam tahap pembangunan.

Disamping itu, pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang bisa melihat dan meniru suatu keberhasilan suatu kota, dinegara maju. Belajar dari mereka, bagaimana sistem yang terbaik untuk bisa mengelola sistem transportasi mereka. Dan itu semua tak terlepas dari peran teknologi.

Ilustrasi Pengawasan Lalu Lintas By CCTV

Bersyukur melihat Bandung yang sudah mulai membenahi sistem transportasi mereka. Terutama dalam pemanfaatan teknologi untuk bisa mengurangi pelanggaran-pelanggaran berlalu lintas oleh masyarakat. Menggunakan sistem terpadu, memasang kamera CCTV hampir di setiap persimpangan jalan-jalan yang ada dan kemudian memasang toa, supaya bisa menyuarakan tertib berlalu lintas kepada masyarakat. Meskipun dengan pelaksanaan kebijakan itu, akhirnya banyak pro maupun yang kontra. Tetapi ketika melihat hasil evaluasinya, ternyata kebijakan itu membawa perubahan yang bai. Terutama semakin tertibnya masyarakat ketika menggunakan jalan yang ada.

Seharusnya bisa juga ditambah layanan sistem teknologi terpadunya dengan menggunakan atau memberlakukan sistem pemberian tilang ke rumah-rumah pelanggar lalu lintas. Tetapi hal ini akan sulit dilakukan, sebab banyaknya ketidakjelasan dari STNK (surat tanda nomor kendaraan) yang diterbitkan oleh pihak Polantas. Kurang tertibnya dalam mengadministrasi setiap pengguna-pengguna kendaraan yang ada. Berharap hal ini juga semakin dibenahi oleh pihak yang terkait. Sebab ketika adanya kejelasan yang sangat baik, berupa status kepemilikan dan alamat pengendara, maka tentunya bisa menagih setiap pajak atau kewajiban para pemilik kendaraan di setiap tahunnya. Dan ini juga bisa menambah pendapatan Negara ini.

Polemik perbaikan sistem transportasi kita memang terbilang sulit sekaligus rumit. Sebab ketika suatu permasalahan muncul, ternyata penyebab sebelumnya juga adalah jauh lebih rumit lagi persoalannya. Suatu masalah mengakibatkan masalah berikutnya, dan begitu seterusnya. Sehingga pembenahan persoalannya harus terlebih dahulu menyelesaikan akar persoalannya.

Butuh pemimpin yang bisa melihat akar permasalahan sistem tranportasi kita didaerahnya bagaimana. Apakah karena wilayahnya yang sempit. Apakah karena belum tersedianya sarana transportasi yang baik dan layak. Atau apakah karena masyarakatnya yang gemar untuk tidak tertib berlalulintas. Perlunya pembenahan dimasing-masing sistem permasalahan yang ada.

Juga bukan malah melakukan praktek tindakan korupsi, ketika sedang mengerjakan proyek pembangunan transportasi tersebut. Dengan meminta sejumlah fee pelicin akan proyek tender yang dimenangkan oleh suatu perusahaan tertentu. Seperti yang sedang diproses dan ditangkap tangan oleh KPK kepada Bupati dan beberapa oknum yang terlibat di Batubara-Sumatera Utara kemarin (13/9).

Alih-alih bisa memperbaiki sistem transportasi yang ada, semakin memperparah keadaannya, ya iya. Oleh karena itu, berharap banyak para pemimpin yang baik, jujur, suka bekerja keras dan cerdas, serta yang hobinya adalah melayani masyarakat, itulah yang seharusnya mengelola setiap kota atau daerah yang ada di Indonesia ini. Sebab dengan itu kita bisa memperbaiki bangsa ini. Sebab dengan hal itu juga kita bisa membenahi sistem transportasi yang ada di bangsa kita tercinta ini.

Salam Perubahan..


Penulis adalah Anggota Komunitas PESAT, sekaligus Penggerak Sosialisasi Sarjana Pembaru Desa, dan Pengajar tetap di STT Terpadu PESAT Sibolangit. 

Selasa, 12 September 2017

Polemik Punya Mobil-Ajakan Hidup Sederhana

Ferrari Ronaldo seri 599 GTO


Banyak orang yang mendambakan ingin punya mobil. Tapi semuanya itu tergantung daripada kebutuhan kita masing-masing. Tapi banyak juga orang yang membeli bukan karena kebutuhan tapi karena keinginan mata. Ingin menunjukkan bahwa dia sanggup beli mobil yang wah ‘n wau. Ingin mendapatkan dan menunjukkan bahwa strata sosial lebih baik dari siapapun yang ada.

Keinginan tersebut juga diwujudkan ketika sudah memiliki satu mobil dan dikemudian hari berikutnya ternyata masih pengen tambah lagi. Tiada habisnya, sebab mungkin dia tidak tahu bagaimana caranya menghabiskan uang yang mungkin sedang berlimpah didapatnya.

Kebiasaan ini sering ditampilkan oleh artis-artis kita, ataupun para pengacara kondang. Dan oleh ahli psikologi menyatakan bahwa kebiasaan membeli mobil super mewah berkali-kali itu adalah suatu penyakit. Yakni penyakit social climber. Suatu penyakit, yang tidak bisa hidup dengan tidak menampilkan keglamouran dirinya. Selalu hidup dengan barang-barang yang branded, dan high class.

Bukan hanya artis maupun para pengacara kondang saja yang punya kebiasaan ini. Pesepakbola seperti Ronaldo-pun demikian adanya. Sebab kebiasaannya untuk selalu membeli mobil mewah didukung dengan pundi-pundi uang yang didapatkan sangatlah luar biasa. Dalam setahun dia bisa menghasilkan USD 80 juta.

Berikut sederetan mobil yang ia beli dan pamerkan. BMW M6, Bentley Continental GTC, Mercedes-Benz C-Class Sports Coupe, Porsche Cayenne, Ferrari 599 GTB Fiorano, Audi Q7, Ferrari F430, Porsche 911 Carrera 2S Cabriolet, Bentley GT Speed, Audi R8, Audi RS6, Maserati GranCabrio, Ferrari 599 GTO, Lamborghini Aventador LP 700-4, Porsche Cayenne Turbo , Mercedes-Benz C220 CDI, Bugatti Veyron, Aston Martin DB9, Phantom Rolls-Royce, Bugatti Veyron 16.4 Super Sport.

Sebagai gambaran, untuk melunasi satu unit Bugatti Veyron Sport Vitesse seharga US$ 2,5 juta (Rp 33,21 miliar), bintang Real Madrid ini hanya butuh waktu lima jam 15 menit dan 20 detik memainkan si kulit bundar. Artinya dia tidak akan merasa kehilangan uang untuk bisa memenuhi hobinya tersebut dalam mengoleksi mobil mewah yang ia taruh di rumah istananya.

Pastinya juga ketika ia sanggup untuk membeli mobil mewah dipastikan ia sanggup untuk melunasi juga segala pajak-pajak yang membebaninya. Terbalik dengan kondisi yang ada di Negara kita. Alih-alih ingin punya mobil mewah, tapi kewajiban untuk membayar pajakpun sepertinya tidak sanggup.
Oleh Kepala Badan Pajak dan Retribusi Daerah DKI Jakarta Edi Sumantri mengatakan ada ribuan kendaraan mewah yang belum dibayar pajaknya di Jakarta. Tunggakan pajak mereka pun terhitung besar sampai di atas Rp 100 juta.

"Sekarang ada sekitar 1.700 unit kendaraan mewah belum bayar pajak dari total semua kendaraan mewah yang sekitar 4.000. Itu pajaknya rata-rata di atas Rp 100 juta," ujar Edi di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jumat (11/8/2017).

Mobil mewah Raffi Ahmad

Termasuk Raffi Ahmad, Syahrini, bahkan pengacara kondang Hotman Paris, terindikasi tidak atau belum melunasi pajak kendaraan mobil mewah mereka. Tidak tahu beritanya sekarang, apakah mereka sudah melunasi beban hutang pajak mereka.

Fenomena di Jakarta memang unik mengenai kepemilikan mobil ini. Bukan hanya berita tentang penunggakan pajak. Banyak orang-orang di Jakarta yang nekat untuk membeli mobil, tapi tidak mempunyai garasi di rumahnya. Sehingga setiap malam, mobilnya diparkirkan dengan memakan setengah bahu jalan.

Kemudian ketika pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan untuk menarik mobil-mobil yang tidak punya garasi, mengalami pro dan kontra oleh masyarakat Jakarta. Pemerintah  memberikan solusi tempat yang baik untuk menampung mobil-mobil yang tidak punya garasi. Hal ini dilakukan sebagai upaya mereka dalam mengurangi kemacetan yang semakin hebatnya di Jakarta.

Padahal kebijakan peraturan tentang kepemilikan garasi sudah ada sejak tiga tahun yang lalu. Cuma pemerintah baru sekarang kembali untuk menegakkan aturan yang ada. Meskipun mobil terparkir di jalan di pemukiman warga, Dinas Perhubungan tetap akan menderek mobil tersebut. Sebab sudah mengganggu kenyamanan dari warga sekitarnya.

Mobil yang terparkir di pemukiman warga di sekitar Pancoran Barat

Banyak warga merasa tidak tahu tentang peraturan ini. Padahal untuk menerbitkan surat STNK kendaraan mobilnya, diwajibkan melampirkan surat pernyataan bahwa ia memiliki garasi di rumahnya. Kalau tidak ada, berarti STNK-nya tidak akan diterbitkan.

Akhir-akhir ini juga sedang terbongkar kasus pemalsuan STNK kendaraan berupa motor gede (moge) maupun mobil mewah. Terindikasi kerugian Negara mencapai 100 milyar lebih. Direskrimum Polda Jabar Kombes Pol Umar Fana mengatakan, sindikat palsu STNK palsu khusus motor dan mobil mewah ini telah beraksi selama lima tahun, sejak 2012. STNK palsu buatan sindikat yang dipimpin Urip itu, telah mencetak ribuan lembar dan dipesan oleh pemilik motor dan mobil mewah di seluruh Indonesia.

"Anggota juga menyita 26 unit sepeda motor besar dan tiga unit mobil mewah. Semua kendaraan ini bodong, tidak membayar pajak dan hasil selundupan," kata Umar di Mapolda Jabar, Kota Bandung, Selasa (12/7/2017).

"Asumsi kami selama lima tahun. Pengakuan para tersangka dalam satu tahun, mereka memproduksi 900-1.000 STNK. Tetapi dari data digital komuter tersangka, sindikat ini telah membuat kurang lebih 1.200 STNK palsu. Dengan asusmsi 1.000 lenbar, berarti dalam satu tahun negara kehilangan Rp5 juta dikali 1.000 STNK palsu dikali lima tahun, negara rugi Rp25 miliar. Ditambah dengan pajak lain yang tidak dibayarkan, kerugian negara akibat kasus ini mencapai ratusan miliar rupiah," ujar Umar.


Melihat beberapa fenomena dan kejadian diatas, patutlah kita untuk mencermati gaya hidup kita bagaimana. Ketika memang kondisi keuangan kita mencukupi untuk membeli mobil, mari membeli dengan melihat kebutuhan kita bagaimana. Itupun kalau kita dipastikan sudah punya rumah dulu plus garasinya. Jangan hanya karena gengsi dan menunjukkan kebolehan kita, sehingga melanggar banyak aturan, bahkan mungkin mengakibatkan banyak hutang. Sebab gaya hidup kesehariannya tidak bisa dipenuhi lagi dengan pendapatan bulanan yang diterimanya.

Bagaimana mungkin bisa membayar pajak, ketika melakukan banyak kecurangan didalam kepemilikannya. Apalagi dengan yang namanya mobil mewah. Jangan sampai kita menderita penyakit social climber. Hanya supaya dikira orang kita adalah orang sukses hebat, kita rela menggadaikan kehidupan kita yang sebenarnya bisa hidup sederhana.

Lihat kehidupan pendiri Facebook, Marc Zuckenberg, orang yang hidup dengan apa adanya dan sederhana. Dia punya kesanggupan untuk membeli semua itu. Tapi tidak dilakukannya, sebab memang bukan itu tujuan hidupnya. Bukan gengsi-gengsian. Dan contoh-contoh orang yang kaya sangat, yang tidak pernah mau menonjolkan harta maupun kekayaan mereka.

Mari hidup sederhana, dan jujur. Sebab ketika kita berani melakukan itu, tentunya kita sedang menjaga diri kita dari sasaran kejahatan. Disamping itu, kita juga pada akhirnya menunjukkan hidup yang penuh dengan ucapan syukur.

Penulis adalah anggota Komunitas PESAT dan Staf Pengajar di STT Terpadu PESAT Sibolangit

 Sumber :

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...