Selasa, 25 Oktober 2016

Betulkah Masih ada Orang Sakti di zaman ini


Catatanku di hari Rabu, 5 Oktober 2016
                                                       Sumber : daerah.sindonews.com

Kasus tertangkapnya Kanjeng Dimas Taat Pribadi dari Probolinggo, merupakan salah satu kasus dari berbagai macam kasus yang serupa yang pernah terjadi. Alih-alih dianggap memiliki kekuatan sakti yang katanya bisa mengadakan bukan menggandakan uang, hanya dengan menyentuhkan tangan semata kepada gepokan-gepokan kertas biasa. Dan setelah dijamah, kertas-kertas tersebut berubah menjadi uang benaran.
Kemudian juga dengan mengambil sejumlah tanah pada suatu wadah, ketika menuangkan minyak yang disediakan oleh pihak Kanjeng Dimas. Maka katanya tanah tersebut juga akan mengeluarkan sejumlah barang-barang berharga. Bisa berupa perhiasan seperti emas atau perak, dan banyak hal-hal lainnya. Yang tentunya untuk mendapatkan minyak tersebut harus mengeluarkan sejumlah mahar yang tentunya tidak sedikit. Sang Kangjen juga membuat banyak inovasi dalam bisnisnya tersebut supaya banyak orang-orang menjadi percaya dan akhirnya mengakui bahwa dia memang adalah orang yang betul-betul sakti. Yang mampu melakukan hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Tapi akhirnya beliau ditangkap oleh Kepolisian Negara Indonesia tercinta ini. Dengan awal tuduhan kepadanya adalah telah melakukan pembunuhan terhadap anggotanya yang telah menghianatinya. Kemudian kasusnya semakin berkembang lagi, menjadi kasus penipuan. Penting untuk dipertanyakan, dimanakah kesaktian beliau. Benarkah dia memiliki kesaktian tertentu. Masih berupa tanda Tanya besar. Sebab uang-uang yang pernah diubahkannya, sampai saat ini belum pernah dipublikasikan oleh pihak yang berwenang apakah uang itu asli atau palsu.
Dan Kanjeng Dimas Taat Pribadi sendiri juga mengklaim kepada pihak kepolisian maupun kepada masyarakat banyak lainnya bahwa dirinya adalah benar-benar orang sakti, yang mampu melakukan hal  itu semua. Sehingga Bapak Faisal dari Anggota Komisi III DPR menganggap beliau adalah betul-betul orang sakit bukan sakti. Ternyata kalau dilihat-lihat perbedaan, jika dilihat dari tulisan Bahasa Indonesia, antara sakti dengan sakit, perbedaannya hanya sedikit sekali. Yaitu dengan mengubah urutan suku kata terakhir saja, dari huruf - t kehuruf – iè -ti menjadi it.
Kalau kita interpretasikan secara bebas, ternyata dekat hubungannya antara sakti dengan sakit. Kalau tidak sakti, yah berarti sakit. Dan kalau tidak Sakit yah berarti dia Sakti.
Yang lebih mengherankan sekali, ternyata banyak masyarakat kita yang sudah kena makan umpan beliau. Dan akhirya percaya. Bukan hanya dari masyarakat biasa dan kecil saja, tapi sudah sampai kepada golongan pejabat  bahkan aparat hukum negara kita. Dari yang berintelektual rendah hingga sampai kepada orang yang berintelektual tinggi. Mempercayai dan mengklaim bahwa benar Sang Kanjen Dimas itu adalah orang sakti. Bahkan rela untuk meninggalkan jabatan atau posisinya, hanya untuk memperkatakan bahwa beliau itu tidak layak untuk mendapatkan status hukum saat ini. Dan supaya kasusnya bisa dipercepat.
Mereka akhirnya memberikan sejumlah mahar tertentu, yang tentunya tidak sedikit, dan kalau diakumulasikan bisa mencapai ratusan milyaran uang yang akan disetorkan kepada Sang Kanjen Dimas Taat. Ternyata selidik demi selidik, praktek yang dilakukan oleh beliau sudah lebih dari lima tahunan berlangsung. Artinya sudah lama sekali, orang-orang betul mempercayai beliau. Dan bisa dibilang, sudah lama sekali masyarakat kita dalam masa-masa pembodohan dan pembutaan. Dengan harapan bisa mengejar sejumlah materi yang banyak dan melimpah, dengan hanya mengeluarkan sejumlah mahar sebagai gantinya.
Kembali kepada tulisan  adakah orang Sakti di zaman modern ini. Saya sulit untuk menjawab pernyataan ini. Sebab memang ada beberapa orang yang secara kasat mata sanggup untuk tiba-tiba menghilang dengan cepat, yang awalnya ia ada didekat kita. Ada orang yang mampu melayang, ada orang yang mampu menembus benda-benda yang padat. Dan tentunya itu semua bersifat mistis.
Memang tidak bisa disangkal bahwa Negara kita, Indonesia ini adalah Negara timur, yang artinya masih mempercayai budaya-budaya ketimuran. Yang tentunya sebagian besar masyarakatnya lebih masih mempercayai akan hal-hal yang gaib dan ajaib, jika dibandingkan mempercayai akan hal-hal yang bersifat tampak, logika atau masuk akal. Tapi harapannya adalah supaya bangsa kita ini supaya lebih menghargai dan mempercayai yang namanya Kerja Keras, keuletan, dan tanggung jawab pada suatu usaha yang akan dikerjakan. Tidak hanya duduk diam dan menghayal akan hal-hal yang luar biasa. Yang semuanya itu tidak akan pernah terjadi jika diam ditempat tanpa pernah melangkah.
Berharap juga, supaya bangsa kita tidak terlalu suka atau berharap kepada yang namanya keinstanan atau bersifat cepat dan praktis. Sebab memang budaya kita selalu suka kepada hal-hal yang sifatnya instant. Seperti mie cepat saji atau instant, makanan fast food seperti KFC dan lain-lain sebagainya.  Sebab segala hal-hal yang instant atau cepat pasti ada efek samping yang akan didapatkan.
Semoga Indonesia kita semakin lebih Berjaya lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...