Perlu untuk mengingat-ingat,
merenungkan dan bahkan mengevaluasi apa yang sudah dilewati secara bersama-sama.
Satu yang terutama pesan apa yang di dapatkan dalam event akbar tersebut. Sebab
kalau hanya sekedar say hallo dengan teman lama, bertegur sapa dan meluapkan
hasrat yang sudah lama tidak bertemu, tentu event semacam itu akan berujung
kepada itu saja. Alhasil tujuan pertemuan yah hanya sekedar itu saja.
Tapi ada satu hal yang harus
dicapai, sebab akan percuma dana yang hingga puluhan miliar yang sudah habis,
jika tidak mencapai tujuan tersebut. Yakni mengerti akan kata “pemuridan”
tersebut. Pemuridan yang sudah diteladankan oleh tokoh-tokoh di Alkitab, maupun
pemuridan yang sudah diteladankan oleh para pemimpin kita.
Bukan bermaksud untuk merangkum
semua apa yang sudah dilewati bersama melalui pesta rohani terbesar di keluarga
besar PESAT, sebab akan percuma dan membutuhkan daya yang lebih untuk bisa
merangkum hal tersebut menjadi sebuah rangkaian yang bisa kita mengerti
bersama. Sebab masing-masing kita memiliki keterbatasan.
Dan dengan keterbatasan tersebut,
jika seandainya seluruh komunitas PESAT bisa menuliskannya apa yang sudah
didapatkan, tentu menjadi sebuah harmoni catatan perjalanan rohani yang sangat indah,
bersama dengan perahu besar yang bertujuan menciptakan generasi pemimpin
pemurid berikutnya, yang bernama PESAT.
Masing-masing kita tentunya akan
memiliki pergumulan tersendiri dan berbeda-beda dengan orang lain. Baik sebelum
menuju lokasi, kemudian ketika berada di lokasi, dan akhirnya kembali lagi ke
tempat dimana kita sudah melayani.
Mungkin salah satunya dana untuk
bisa mencukupi selama kita dalam perjalanan. Tapi secara khusus, diriku
ternyata harus memilih dua pilihan besar yang saling bertentangan satu sama
lain. Dimana ketika harus memilih yang satu maka akan mengorbankan yang satunya
lagi. Sebab event kedua hal tersebut bersamaan, dan harus dipilih mana yang
jadi prioritas dalam hidup kita. Dan akhirnya langkah itu sudah kuambil, dan kini
menerima segala konsekuensinya. Tapi aku tidak menyesali apa yang sudah
kupilih. Sebab hal ini jauh lebih berharga dibandingkan dengan hal ITU.
Tidak menyesali sebab ada begitu
banyak pelajaran yang sangat berharga yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Menyaksikan secara langsung apa yang terjadi kepada pemimpin-pemimpin kita,
rekan-rekan kita, berbagi dan saling menguatkan satu dengan yang lain. Belajar
dari setiap keputusan yang mereka sudah ambil.
Contohnya saja, salah satu
mentorku, yang telah memperkenalkan PESAT kepadaku terlebih dahulu, dan
mengurus segala sesuatunya hingga sampai detik ini, yakni sudah berjalan selama
10 tahun lebih diriku ada di pelayanan ini, tapi di PMKP kali ini di tahun
2018, diriku tidak lagi ketemu dengannya. Semua karena hanya sebuah pilihan.
Beliau lebih memilih untuk
melakukan pelayanan yang lain, karena sepertinya tidak siap dengan segala
perubahan yang sedang terjadi di yayasan ini.
Pemimpin dan Perubahan
Setiap kita atau setiap hal bisa dipastikan akan berubah. Sebab perubahan itu pasti, jika tidak berubah bisa dipastikan akan stagnan dan akhirnya bisa berujung kepada kematian. Tinggal kita yang harus begitu cermat mengamati, mengawal, dan bahkan menghadapi setiap perubahan tersebut. Butuh strategi, butuh daya, dan butuh pemikiran serta hati yang teguh di dalam menyongsong perubahan tersebut.
Setiap kita atau setiap hal bisa dipastikan akan berubah. Sebab perubahan itu pasti, jika tidak berubah bisa dipastikan akan stagnan dan akhirnya bisa berujung kepada kematian. Tinggal kita yang harus begitu cermat mengamati, mengawal, dan bahkan menghadapi setiap perubahan tersebut. Butuh strategi, butuh daya, dan butuh pemikiran serta hati yang teguh di dalam menyongsong perubahan tersebut.
Dan perubahan-perubahan ini-lah
yang sedang dipelajari oleh tiap-tiap element yang ada di dalam unsur pelayanan
PESAT. Supaya setiap elemen atau bidang masing-masing bisa bekerja dan melayani
sesuai dengan visi yang sudah Tuhan taruh kepada pemimpin kita. Bekerja dan
melayani dengan hati hamba, dan pemikiran seorang Bangsawan, seperti yang sudah
disampaikan oleh Ps. Philip Mantofa. Yakni punya hati hamba tapi bermental
raja.
Untuk membangun mental seperti
ini, tentu akan sangat sulit sekali. Sebab akan melalui banyak tahapan proses
yang harus dilewati terlebih dahulu. Kedepannya topik ini akan kubahas dalam
beberapa tulisan lainnya.
Pemimpin, Buku Bacaan dan Delegasi
Kemudian Papi Daniel Alexander
mengemukakan, bahwa pentingnya membaca buku-buku. Disamping memang selalu
membaca buku Alkitab, seharusnya kita para pelayan untuk rajin membaca
buku-buku yang bermutu. Melihat pada kenyataannya, bahwa minat membaca orang
Indonesia sangatlah jelek. Maka hal ini-pun berimbas kepada seluruh
pelayan-pelayan di PESAT juga.
Bahkan buku yang dibagikan oleh
Bapak Bambang Budijanto yang berjudul Contemplating Leadership yang baru saja
terbit di bulan April 2018, sebenarnya harus kita baca masing-masing. Meskipun
aku baru sampai pada bab ke-4, tapi makna yang tertulis di dalamnya, amatlah
sangat kena dengan kondisi pelayanan kita di lapangan.
Apalagi mengenai tokoh Kaleb,
pada bab 3, Seperti yang Dijanjikan. Saya kira inilah yang menjadi motto
penggerak pelayanan PESAT di 30 tahun mendatang. Dimana sudah ada tokoh yang
pernah menghidupi janji Tuhan. Bukan hanya sekedar percaya saja kepada janji
tersebut, melainkan juga ada persiapan matang yang dilakukan untuk
mempersiapkan generasi baru. Yakni pemimpin baru di tahun ke-40 tahun kemudian.
Sebab para orang tua maupun orang dewasa, sudah diperintahkan Tuhan untuk tidak
masuk ke tanah Kanaan.
Bahkan Bapak Bambang langsung
mencatat dalam sebuah Caption di WA grup PESAT Ministry. Foto sekaligus “Pernyataan
Harapan” dari pemimpin-pemimpin muda PESAT di 30 tahun mendatang. Dan tentu hal
ini menjadi sebuah batu loncatan untuk melakukan gebrakan yang luar biasa di
tahun-tahun mendatang dalam pelayanan PESAT.
Dimana tentunya dengan hal ini,
Pak Bambang Budijanto, sedang menyatakan dan mendelegasikan tugas kepemimpinan PESAT
akan dilakukan oleh para pemimpin muda ini. Dimana tugasnya adalah
mempersiapkan generasi pemimpin pemurid berikutnya. Seperti yang sudah
dilakukan oleh Kaleb, demikianlah Bapak Bambang sedang mempersiapkan
penatalayanan berikutnya yang bisa mempersiapkan generasi baru bukan hanya bagi
Indonesia tapi juga bagi bangsa-bangsa lainnya.
PESAT 30 Tahun ke Depan
PESAT di-30 tahun ke depannya, akan melakukan hal yang serupa bagi generasi di bangsa ini. Yakni mempersiapkan generasi tangguh yang siap berperang melawan pembodohan, melawan kemalasan, melawan siasat-siasat iblis yang akan bisa merusak bangsa ini.
Dan kedepannya, Visi yang sudah
tertuang di dalam Vision Statement PESAT, yakni PESAT sebagai pelaku utama di
dalam program pengembangan kepemimpinan anak PESAT paling diminati di Asia,
tentunya bukanlah omong kosong semata. Ini bisa kita buktikan bersama-sama.
Pesan berikutnya yang datang
adalah ketika berdiskusi bersama membahas tentang MISI VISI PESAT 30 tahun ke
depannya, bersama dengan Bapak Edy. Ketemu dengan frasa berikut, yakni “keberanian
yang menular” yang merupakan salah satu nilai PESAT, yakni Courage atau berani. Selanjutnya dengan frasa, bahwa “Anak adalah Solusi”.
Dimana frasa ini begitu
mengguncang pemikiranku dan kedepannya juga akan membahas topik ini ke dalam
tulisan berikutnya di masa-masa mendatang. Dan selanjunya, bahwa ada begitu
banyak pesan-pesan yang menarik perhatian untuk dikupas lebih mendalam lagi.
Semoga berkenan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar