Kata demokrasi sesungguhnya
menjadi kata yang sangat pentng di dalam menentukan arah dan perjuangan suatu
bangsa akan menuju kemana. Sebab dengan demokrasi kita bisa menentukan siapa
penguasa ataupun pemimpin kita, siapa orang yang akan bisa membuat perubahan
dengan segala keputusan-keputusannya.
Meskipun demokrasi bukanlah
segala-galanya bagi negara yang memang menganut sistem monarki atau kerajaan.
Dimana bagi negara yang menganut sistem kerajaan, maka demokrasi tidak
dibutuhkan, sebab masyarakat sudah tahu siapa yang menjadi pemimpin
selanjutnya, yakni sang pangeran dari raja tersebut.
Dengan sistem demokrasi, bagi
sebagian besar negara-negara yang tidak menganut sistem monarki, bisa dengan
cepat menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin di dalam suatu bangsa.
Penguasa ataupun pemimpin tentu
menjadi alat bagi demokrasi tersebut di dalam mencapai tujuan dari cita-cita
yang sudah ditetapkan jauh sebelumnya oleh para founding father negara tersebut. Di negara Indonesia, maka
Soekarno-Hatta bersama para pejuang lainnya tentu menjadi para pendiri dari
negara kita.
Olehnya juga maka masyarakat seharusnya menjadi subjek
atau pelaku dari demokrasi tersebut.Tetapi untuk bisa menjembatani antara
penguasa dan rakyat perlu adanya media. Dengan media maka pemerintah bisa
mensosialisasikan segala pencapaian yang sudah dihasilkan atau diperoleh selama
ini.
Dan dengan pemberitaan dari media
tersebut tentunya masyarakat bisa mengetahui dan menilai apakah pemimpin mereka
berhasil atau tidak. Apakah pemmpin
mereka sudah berjalan di dalam track
atau jalur yang telah ditetapkan atau tidak?
Ketika gagal ataupun berhasil, maka
dengan itu masyarakat bisa memutuskan apakah melanjutkan atau memberhentikan si
penguasa tersebut memimpin dan berkuasa. Maka peran media sesungguhnya menjadi
sangat sentral di dalam proses demokrasi di suatu bangsa.
Mari melihat sejenak media di
mata dan tangan para penguasa berikut. Berkaca dan mencoba membandingkan apakah
media di tangan mereka menjadi mitra atau malah menjadi musuh. Kemudian apakah
menjadi alat untuk memanipulasi atau alat untuk menyampaikan data atau fakta
yang sebenarnya?
A.
Media
pada Masa Soeharto
Tentu kita tidak lupa bagaimana
Soeharto begitu dan sangat menguasai Media komunikasi. Bahkan untuk
memfasilitasi media atau lebih tepatnya mengontrol dengan sedemikian rupa,
Soeharto membentuk sebuah kementerian yang bernama Kementerian Penerangan, yang
waktu itu dijabat oleh Harmoko.
Dimana dengan kuasa di tangan
mereka, segala informasi dan segala berita yang berkembang di masyarakat tidak
boleh lepas dari kontrol kementerian tersebut. Segalanya harus dikomunikasikan
kepada mereka.
Bahkan ketika mengetahui adanya
penyimpangan sekalipun, berita-berita yang dimuat pastinya sudah dimanipulasi.
Olehnya media menjadi alat bagi Soeharto di dalam mengkampanyekan
keberhasilannya yang tampak semu seolah-olah menjadi realita yang sebenarnya.
Meskipun ada riak-riak yang
memperjuangkan bahwa media tidak boleh dikontrol sepenuhnya oleh pemerintah,
tapi para pejuang tersebut mendapatkan banyak tekanan dan bahkan dipenjarakan
tanpa adanya pembelaan sedikitpun.
Pemerintah tampak begitu sangat
represif di dalam mengkomunikasikan dan menjalankan sistem pemerintahannya.
Tentunya masa ini menjadi masa kelam bagi media. Dan sudah menjadi bahagian
dari sejarah bangsa kita.
B. Media
pada Masa SBY- Jokowi (Masa Reformasi)
Media pada masa SBY-Jokowi,
menjadi masa yang baru bagi media. Sebab media sudah lepas dari kungkungan para
penguasa. Media bisa merayakan hari kebebasan pers. Bebas untuk menyampaikan
kritik ataupun pujian yang tentunya berdasarkan realita yang ada.
Bahkan pada masa SBY, media
menjadi alat kampanye bagi SBY di dalam pencitraan keberhasilan pemerintahannya
pada waktu lalu. Di awal-awal pemerintahan SBY, media seakan-akan menjadi media
darling bagi SBY.
Kemudian media terus menunjukkan
perkembangan yang sangat signifikan. Media mulai mendapatkan perlindungan
dengan payung hukum yang jelas supaya para awak media bisa tenang di dalam
mengerjakan tugas jurnalistik mereka.
Pada masa Jokowi, media juga
mendapatkan perlakuan yang sama seperti pada masanya SBY dulu. Bahkan lebih
berkembang lagi. Sebab masyarakat bukan hanya bisa menikmati media-media cetak,
sekarang akses untuk mendapatkan informasi jauh lebih cepat dan jauh lebih
massif.
Meskipun akhirnya memunculkan
dampak negatif. Seperti perkembangan berita-berita bohong atau hoax yang begitu
cepatnya juga beredar. Masyarakat sekarang menjadi sulit untuk membedakan mana
berita yang palsu atau fake mana
berita yang asli.
Jadi masyarakat bertambah
tugasnya, bukan hanya sekedar membaca berita, tapi juga harus bisa menyaring
dan mengkroscek kebenarannya.
C. Media
pada Masa Trump
Perkembangan media di tanah air
kita tentu sudah sangat baik, meskipun dengan segudang tantangannya. Tapi
ketika kita menyaksikan media di negara Paman Sam, media memasuki fase baru
lagi.
Dimana ketika media akhirnya
seperti dimusuhi oleh pemerintahnya sendiri. Donald Trump menyulut dan bahkan
menyatakan media sebagai musuh masyarakat. Tentu pada masa canggih dan modern
sekarang ini, pemerintah sulit untuk memonopoli atau menguasai kembali
media-media yang ada. Seperti yang terjadi pada masa kelamnya media-media dulu.
Oleh karena tidak bisa lagi
menguasai, maka strategi pemerintah yang bisa diambil adalah dengan membuat
strategi permusuhan. Media diklaim menjadi sumber pemberitaan bohong bagi
masyarakat. Akhirnya dimasyarakat terjadi polarisasi yang cukup signifikan.
Yakni diantara pendukung Trump dan yang bukan. Dimana para pendukung Trump akan
lebih mengakomodir kepentingan Trump. Dan turut mengklaim bahwa media adalah
sumber masalah dan sumber bencana bagi negara mereka.
Padahal jelas-jelas media-media pemberitaan
di Amerika tersebut, seperti CNN, The New York Times, dan beberapa media
internasional lainnya, sudah sering mendapatkan penghargaan tingkat dunia.
Artinya media-media tersebut menjadi media yang paling terpercaya.
Masak pada pemerintahan Trump,
dengan media yang sama, akhirnya mendapatkan cap “fake news”. Sedangkan pada
pemerintahan sebelumnya, media-media tersebut justru menjadi jembatan bagi sang
penguasa untuk memberitakan keberhasilan ataupun kegagalan mereka.
Dari itu semua, apa yang dapat
kita simpulkan? Media dan proses demokrasi tentunya harus bisa berjalan
berbarengan. Supaya bisa mencapai tujuan negara, maka peran media tentu menjadi
sangat sentral.
Dan bagaimana perubahan demi
perubahan yang terjadi pada media, tentunya bisa membuat kita semakin paham
bahwa media di tangan pemerintah, apakah menjadi teman atau malah menjadi musuh
dari sang penguasa.
Penulis adalah pegiat sosial dan
pelayan bagi kemajuan di desa dalam komunitas PESAT
BalasHapusSaya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.
Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.
saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.
Pembayaran yang fleksibel,
Suku bunga rendah,
Layanan berkualitas,
Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan
Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)
Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)