Perhelatan Asian Games telah usai, ada senyum kebanggaan kita sebagai anak bangsa yang telah sukses sebagai tuan rumah yang baik. Tapi senyum yang lebih lebar lagi, tentu akan ditunjukkan oleh para atlet kita. Bagaimana tidak mereka banyak mendapatkan keuntungan yang luar biasa.
Disamping kerja keras mereka
selama ini sudah terbayarkan, ada hasil yang dibawa pulang. Baik medali, bonus
dan bahkan jaminan masa depan yang sudah ada digenggaman mereka. Betapa tidak
atlet yang tidak seberuntung atlet yang mendapatkan juara, masing-masing mreka
masih bisa mendapatkan bonus uang sebesar Rp.20 juta dari pemerintah kita.
Bahkan para pelatih-pun serta pendamping tak ketinggalan diberikan bonus
melimpah.
Apalagi bagi para atlet kita yang
mendapatkan juara dan medali, minimal mereka akan mengantongi bonus setengah
miliar rupiah. Ditambah lagi dengan tawaran menjadi seorang Aparatur Sipil
Negara (ASN), tentara ataupun menjadi seorang polisi. Tinggal pilihan mereka
mau kemana berkarir dan berkarya, usai hidup mereka tidak lagi bergantung
kepada keringat mereka di lapangan.
Kemudian ketika kita melihat
apresiasi pemerintah yang begitu besarnya, sebenarnya apa pesan yang sedang
ingin disampaikan oleh pemerintah kepada kita? Yaitu pemerintah kita sudah
memperhatikan hidup dari para atlet kita. Yang semula kehidupan mereka tidak
lagi diperhatikan, usai memberikan prestasi yang membanggakan Indonesia, tapi
di usia tua mereka, hidup dengan serba tidak jelas, bahkan tak sedikit yang
akhirnya kembali menjual medali yang pernah didapatkannya hanya untuk kembali
menyambung hidup.
Sekarang para atlet kita sudah
bisa bernafas dengan lega, mungkin tidak sampai kaya raya, tapi tentu akan bisa
hidup dengan tidak harus terlunta-lunta, meskipun usia sudah tua. Artinya bagi
para calon-calon atlet yakni generasi-generasi penerus jangan lagi kuatir
dengan hidup kalian. Pemerintah itu ada untuk kalian. Jangan ragu, teruslah
giat berlatih, teruslah mencapai mimpimu. Menjadi seorang atlet adalah pilihan
terbaik untuk masa depanmu.
Upaya untuk Menjadi Raksasa Asia dan Dunia
Dari total 45 negara-negara
peserta Asia, ternyata sejak tahun 1994, Indonesia sudah tidak pernah lagi
merasakan masuk dalam 10 besar raksasa olah raga se Asia. Selalu berada di 20
besar dan bahkan pernah peringkat 22, sewaktu Asian Games di Doha, Qatar, tahun
2006. Dengan perolehan medali hanya 2 emas, 4 perak dan 14 perunggu. Itu
artinya Indonesia sudah berpuasa selama 24 tahun tidak pernah lagi merasakan eforia kebanggaan
prestasi olah raga Indonesia berbicara di tingkat Asia.
Bahkan untuk Sea Games, dalam
kawasan Asia Tenggara, kita masih jauh tertinggal dengan Thailand yang berada
di tingkat pertama pada sea games tahun 2015 lalu di Singapura. Dan Sea Games
tahun 2017 yang ternyata juga menempatkan Indonesia pada peringkat kelima
dimana Malaysia keluar sebagai juara pertamanya.
Menatap dan mimpi untuk menjadi
raksasa di Asia tentu kita juga harus menjadi raksasa olah raga di kawasan Asia
Tenggara sendiri. Artinya setelah pencapaian kita pada Asian Games 2018 ini,
Indonesia sudah membuktikan diri berada di posisi empat besar negara terbanyak
memperoleh medali. Kita sudah menaklukkan Thailand sebab mereka berada di posisi 12, serta juga
sudah menaklukkan Malaysia yang berada pada urutan ke-14.
Maka momentum kebangkitan olah raga
ini haruslah kita jaga bersama. Membuktikan bahwa pencapaian para atlet kita
sekarang ini, bisa terus membuat harum bangsa kita, baik pada Sea Games
berikutnya di Filipina tahun 2019, maupun Asian Games berikutnya di China tahun
2022.
Kemudian sasaran yang paling
utama kita adalah menembus olimpiade Tokyo di tahun 2020. Kita berupaya
menunjukkan bahwa kita layak menjadi pengoleksi terbanyak medali bersama dengan
China, Jepang, dan Korea, yang merupakan langganan juara di tingkat Asia,
bersama dengan Amerika dan negara Eropa
lainnya.
Artinya meskipun di tahun 2020,
ada banyak sistem perubahan untuk bisa menembus masuk sebagai atlet peserta,
dimana sekarang sudah memakai sistem poin, dan tidak lagi berdasarkan peringkat
dunia, bukanlah suatu hal yang mustahil bagi bangsa Indonesia untuk menyikat
bersih cabang-cabang andalan kita maupun calon cabang andalan kita. Seperti
bulu tangkis, lari, renang, wushu, taekwondo, karate, angkat besi bahkan sepak
takraw yang merupakan cabang olah raga terbaik kita pada saat ini.
Mari fokus kepada cabang-cabang
andalan tersebut. Dan kita yakin pemerintah akan terus mengasah mereka untuk
bisa memberikan performa terbaik mereka pada hajatan Olimpiade 2020, dua tahun
ke depan.
Tapi mungkin untuk sepuluh hingga
dua puluh tahun lagi, mimpi untuk menjadi raksasa Asia bahkan Dunia bisa
tercapai jika, kita dan pemerintah konsisten kepada janjinya untuk fokus kepada
pengembangan olah raga ini. Mulai sejak dini, anak-anak di bangsa kita sudah
digerakkan untuk fokus dan memilih olah raga yang menjadi minat dan bakatnya.
Artinya ada pelatihan yang masif,
terstruktur, berjenjang, serta tersistem dengan sangat baik dilakukan oleh
pemerintah kita. Sebab akan percuma ketika kita sudah memiliki fasilitas olah
raga tingkat dunia, yang sekarang tinggal membangun fasilitas yang sama untuk
di tiap daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Kemudian sistem pertandingan
kompetisi olah raga kita yang betul-betul murni mencari bakat terbaik,seperti
PORDA, PON, untuk bisa diasah kemampuannya sampai tingkat olimpiade. Sebab kita
melihat kompetisi olah raga kita seperti PON tidak memberikan greget, sebab
penanganannya waktu dulu kebanyakan dikorupsi, sehingga mandek dan tidak
berjalan.
Oleh karena itu, mari kita
membenahi hal ini, maka tentu mimpi kita untuk menjadi raksasa di Asia dan
menjadi raksasa di dunia, akan terlaksana, jika kita tetap konsisten, terus
berupaya, berlatih keras, tidak korupsi, apalagi nepotisme. Selanjutnya masa
depan atlet terjamin, dan bahkan ada bonus yang akan datang, maka niscaya kita
bisa mewujudkan mimpi itu.
Penulis adalah pemerhati sosial
dan pengajar di STAK Terpadu Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar