Kemarin ibunda dari rekan
sekaligus sahabat seperjuangan telah dipanggil untuk menghadap Tuhan. Hari ini
(8/9) diadakan ibadah penghiburan di rumahnya. Sebagai wujud ekspresi untuk
bisa merasakan duka yang sedang dialami. Berempati dan memberikan dorongan
serta motivasi kepada sahabat ini. Salut kepada hamba-Nya ini, sebab meskipun
didalam kedukaannya, beliau masih menunjukkan loyalitas dalam memberikan
pelayanan kepada kami yang datang berkunjung. Jadi tak heran, melihat segala
usahanya berjalan dengan baik dan bahkan semakin maju.
Dan spirit inilah yang mungkin
ditularkan oleh orangtua sahabat kami ini. Terutama Ibunda yang barusan pergi
menghadap Sang Empunya kehidupan. Jiwa melayani, suka berbagi, ramah, dan
selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada setiap orang yang mengenalnya. Mendatangkan
kenangan yang baik bagi kita yang mendengarkan maupun melihatnya. Seperti dalam
Kitab Amsal yang menyatakan bahwa kenangan kepada orang benar mendatangkan
berkat.
Untuk menjadi orang benar dibutuhkan
perjuangan yang tidak mudah. Ada begitu banyak tantangan dan persoalan yang
datang silih berganti. Sebab ketika kita akan mendapatkan suatu kesuksesan
dipastikan ada kesukaran yang harus dihadapi. Ditiap-tiap kesuksesan yang kita
dapatkan dipastikan akan ada kesukaran yang sedang menanti.
Seperti ketika sukses untuk
mendapatkan anak, dipastikan akan menghadapi persoalan bagaimana mencukupkan
kebutuhan nutrisinya dan kebutuhan pendidikannya. Kemudian setelah
menyelesaikan pendidikannya, dipertanyakan bagaimana nanti pekerjaannya. Sukses
mendapatkan pekerjaan, timbul lagi pertanyaan, bagaimana nanti jodohnya; dan
setelah mendapatkan jodoh, apakah nanti akan dikaruniai seorang anak, atau
tidak. Dan begitu seterusnya siklus kehidupan yang akan kita hadapi.
Ada dua yang tidak bisa kita
tentukan didunia ini yakni tentang lahir dan kematian kita. Yakni lahir dari
orangtua yang bagaimana, dinegara mana, atau juga, mati dengan cara bagaimana
dan dimana. Ada orang yang lahir di tengah keluarga yang super kaya, tapi ada
juga yang di tengah keluarga yang sangat bersahaja. Ada orang yang lahir dari
kalangan pejabat sampai yang lahir dari kalangan orang biasa.
Begitu juga dengan kematian. Ada
orang yang mati karena kecelakaan, karena sakit dan juga bisa karena sistem
yang tidak baik. Contohnya yang baru-baru ini terjadi. Membaca status Birgaldo
Sinaga. Tampak begitu berhati-hati sekali dalam mengungkapkan kasus kematian seorang
bayi di Jakarta. Sebab sudah banyak contoh ketika menuliskan suatu hal yang
menjelekkan satu rumah sakit tertentu, hampir dipastikan orang yang men-share postingan itu, akan berhadapan
dengan undang-undang ITE. Dengan judul pencemaran nama baik.
Birgaldo menuliskan kronologi
kejadiannya dari awal hingga akhirnya si bayi malang tersebut meninggal. Dan berusaha
tidak memberikan tendensi khusus kepada pihak rumah sakit, hanya mencoba
mengklarifikasi hasil sharing yang ia dapatkan langsung dari si Ibu korban. Dan
didapati ternyata demikian adanya.
Aku belajar banyak dari kasus
kematian bayi malang ini. Belajar dan mencoba mengetahui istilah-istilah baru dalam
dunia kesehatan yang selama ini kuabaikan. Seperti istilah PICU dan NICU. Hal ini
wajib kuketahui, sebab aku juga punya anak, tidak mau mengalami hal yang sama.
NICU (Neonatal Intensive Care Unit) dan PICU (Pediatric
Intensive Care Unit) adalah ruang perawatan intensif untuk bayi (sampai usia 28
hari) dan anak-anak yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus, guna
mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ vital. NICU adalah
fasilitas untuk bayi yang baru lahir yang mengalami kelahiran premature serta
berat badannya yang dibawah ideal. Sedangkan PICU untuk anak-anak dimulai dari
28 hari hingga 14 tahun.
Layanan PICU sendiri
merupakan pelayanan intensif untuk anak yang memerlukan pengobatan dan
perawatan khusus, guna mencegah dan mengobati terjadinya kegagalan organ-organ
vital. Anak yang harus dirawat di PICU adalah mereka yang mengalami : masalah
pernafasan akut, kecelakaan berat, komplikasi, kelainan fungsi organ.
Untuk kasus si bayi
malang tersebut adalah bahwa karena ketiadaan uang dari orang tuanya untuk bisa
mendapat pertolongan intensif dengan PICU. Pihak rumah sakit membebankan biaya
administrasinya sebesar Rp. 19.800.000,- agar si bayi segera mendapatkan
pengobatan melalui fasilitas itu. Si orang tua sudah mengupayakan uang sebanyak
lima juta dari tabungan mereka di pagi-pagi hari sekali, tapi tidak diterima
pihak rumah sakit. Dan berjanji disiang harinya akan segera melunasi seluruh
kekurangannya di siang harinya. Tapi pihak rumah sakit bergeming, tidak mau
menerima hal itu.
Akhirnya berpindah dan
mencari rumah sakit yang menyediakan layanan PICU. Ketika sudah ketemu
menjelang siang, si anak sudah tidak tertolong lagi. Dan akhirnya orang tuanya
semakin menangis histeris, sebab ternyata anak pertamanya juga sudah dipanggil
terlebih dahulu.
Gimana dengan layanan
BPJS yang sedang digencar-gencarkan pemerintah kita saat ini. Ternyata masih
banyak rumah sakit yang tidak mau melibatkan BPJS dalam pembiayaan pengobatan
masyarakat. Sempat kudengar bahwa pemerintah akan memberikan sanksi tegas
kepada rumah sakit bahkan sampai memberikan sanksi dengan pembekuan layanannya,
untuk yang tidak menyediakan layanan
BPJS di faskesnya. Tapi tampaknya hal itu masih ucapan kosong semata.
Kembali kepada point saya
bahwa perjuangan orang benar, ketika bisa hidup dengan benar dalam praktek
sehari-hari, dipastikan akan mendatangan kenangan yang sangat baik bagi kita yang
ditinggalkan. Apalagi perjuangan hidupnya, ditambah dengan menghidupi
nilai-nilai kebaikan, pantang menyerah, tekun, ulet, yang pastinya nilai-nilai
itu akan tertransfer kepada orang-orang mendengarnya. Ada suatu legacy yang ditinggalkan kepada generasi
penerus yang tidak akan busuk dimakan oleh waktu dan zaman.
Seperti yang pernah
terjadi di Amerika, dalam sebuah survey yang dilakukan kepada dua orang tokoh,
yakni Jonathan Edward dan Max Jukes. Sejak masa hidup mereka hingga kepada
keturunannya, didapatkan bahwa :
Jonathan Edwards
Ia mengasihi Tuhan dengan segenap hatinya, ia hidup takut
akan Tuhan. Pengkhotbah Kebangunan Rohani terkenal abad 18. Didapati bahwa tidak
ada keturunannya yang merugikan Negara, semuanya memberi keuntungan yang tidak
ternilai buat negaranya.
Ia mempunyai 1000 lebih keturunan : 13
orang menjadi rector, 65
orang menjadi professor, 3 orang
terpilih sebagai senator Amerika Serikat/ anggota DPR, 30 orang menjadi hakim, 100 orang menjadi pengacara, 75 orang menjadi perwira militer, 100 orang menjadi pendeta,
60 orang menjadi penulis terkenal/ penulis buku
terlaris, 80 orang memegang
peranan penting dalam berbagai instansi/ pemuka masyarakat, termasuk menjadi
gubenur, 66 orang dokter, 135
orang editor, 1 orang penerbit,
lebih dari 100 orang misionaris, 80 orang memiliki kantor public, 1 orang menjadi wakil presiden AS, 1 orang menjadi istri presiden AS, 1 orang penilik keuangan AS.
Max Jukes
Ia seorang ateis/ seorang yang tidak takut akan Tuhan, ia
tidak beriman pada Tuhan, dan hidupnya tidak mempunyai prinsip, ia tidak
percaya Firman Tuhan, dan tidak pernah datang ke gereja. Ia tinggal di New
York. Ia menikah dengan seorang yang juga tidak takut akan Tuhan, mereka tidak
pernah membawa anak-anak mereka ke gereja.
Max memiliki sebanyak
1.200 orang keturunan, yakni : 440 orang hidup dalam pesta pora, 310 orang menjadi gelandangan dan pengemis,
190 orang menjadi pelacur, 130 orang menjadi narapidana, 100 orang menjadi pecandu minuman keras,
60 orang mempunyai kebiasaan mencuri,
55 orang menjadi korban pelecehan seks,
7 orang menjadi pembunuh. Dan ditemukan
bahwa keluarganya dan keturunan bukan hanya tidak memberikan kontribusi apa-apa
kepada Negara, malahan merugikan Negara akibat perbuatan dan kejahatan yang
mereka lakukan.
Pesan sekaligus intropeksi
yang bisa kita lakukan pada masa kita ini adalah selalu berusaha untuk hidup
jujur dan berintegritas, pantang menyerah dan ulet, serta melakukan hal-hal
atau tindakan yang terbaik, seperti suka menolong dan berbagi kepada banyak
orang. Sebab hal itu yang bisa kita wariskan kepada anak cucu kita, bukan harta
dan tahta maupun jabatan.
Kemudian, perbaikan
kedepannya adalah untuk bisa menyuarakan kebenaran itu, meskipun tampaknya
sulit, tapi masih lebih baik jika kita hanya berdiam diri saja dan tidak
melakukan apa-apa. Ditengah kondisi bangsa dan tanah air kita yang masih carut
marut, diharapkan kita bisa menjadi secercah harapan yang bisa memberikan
perubahan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar