Jumat, 20 November 2015

Harapan tak akan pernah sia-sia


                                                   Sumber gambar: nasehathebat.com
Hari ini, aku mulai menulis didepan komputerku sudah hampir tengah malam, dikarenakan listrik baru menyala. Sebab, sejak dari tadi sore, kira-kira pukul tiga sore lampu sudah padam. Ketika listrik padam di sore hari tidaklah apa-apa bagiku, tetapi ketika sudah mau menjelang malam, itu sudah menjadi suatu pergumulan bagiku. Dikarenakan, kegiatanku di waktu malam aku memiliki banyak waktu baik untuk memeriksa hasil tugas anak-anak, mengerjakan sebagian dari tugas kantor, bahkan kegiatan seperti menulis ini juga.

Tepat ketika waktu sudah menunjukkan pukul sebelas lewat tigapuluh malam, aku segera memulai untuk menuliskan segala hal yang ada dikepalaku. Sebab, aku harus segera menyelesaikan minimal satu buah tulisan untuk menunaikan apa yang menjadi komitmenku. Komitmen yang sudah aku buat, yaitu sebuah tulisan disetiap hari.

Ketika waktu sebelum listrik menyala, aku hanya bisa tidur ditempat tidurku bersama dengan istri dan putriku. Aku terus berharap, lampu hiduplah engkau segera, please…please hiduplah, supaya aku bisa minimal menulis aja pun sudah cukup. Dan kalau aku masih fresh, aku bisa melanjutkan untuk mengerjakan hal yang lainnya juga. Aku gak mau satu malam berlalu tidak melakukan suatu aktivitas yang berguna. Memang aku tidak menafikan kalau tidur bukanlah hal yang tidak berguna. Tidur itu memanglah sangat berguna untuk kesehatan kita, untuk membuat seluruh tubuh kita istirahat. Sehingga kita bisa segar lagi untuk melakukan hal-hal lainnya dikeesokan harinya. Aku memacu diriku supaya untuk segera mengeksekusi apa yang sudah menjadi harapanku. Segera aku mengambil komputerku dan akupun akhirnya mulai menulis.

Harapan tak akan pernah menjadi sia-sia. Ketika kita sudah membuat sebuah harapan, dan terus membawakannya didalam pikiran dan bahkan mendoakannya, itu akan segera terwujud dalam kehidupan kita. Sebab didalam tulisan yang ada didalam alkitabpun menyatakan, tepat di Kitab Ibrani Perjanjian Baru, menyatakan bahwa segala sesuatu yang tampak itu berasal dari suatu yang tidak kelihatan. Artinya yang tidak kelihatan dulu yang muncul baru akhirnya muncul yang kelihatan. Dan kalau kita artikan lebih lanjut, segala sesuatu harus kita impikan dulu, baru akhirnya kita mewujudkan apa yang menjadi mimpi kita.

Hari ini, aku mencoba mengingat kembali, apa yang sudah aku kerjakan disepanjang satu hari, mulai dari pagi hingga malam. Sejak pagi, tepat diwaktu mau ibadah raya, aku tidak bisa mengikutinya. Sebab aku harus menjaga boruku yang masih tertidur dengan lelapnya. Aku gak tega untuk membangunkannya. Tidur itulah yang menjadi kebutuhannya yang paling pokok disamping makan dan minum. Ibunya tak bisa menjaganya juga, sebab hari ini juga, ia yang memimpin puji-pujian dalam ibadah raya itu hingga selesai. Aku memutuskan kalau boruku tidak bangun, aku tetap akan ada dikamar bersama dengannya, tetapi kalau dia bangun, kami akan bergabung bersama-sama dengan teman-teman yang lainnya beribadah kepada Tuhan.

Setelah selesai ibadah raya, aku harus mengajar bahasa inggris kepada para mahasiswa-mahasiswiku. Hari ini adalah jadwalku untuk mengajarkan bidang studi ini kepada mereka. Topik kami dihari ini adalah tentang kata benda, Uncountable noun dan Plural Noun. Mahasiswaku yang aku ajarkan, mereka adalah bukanlah orang-orang yang memiliki kecerdasan yang tinggi, tapi mereka adalah orang-orang yang mau berjuang untuk mengubah dirinya sendiri. Meskipun kurang cerdas, tapi mereka memiliki kesungguhan hati untuk bisa belajar dan memahami segala sesuatunya.

Kemudian aku istirahat sejenak dan makan siang bersama dengan istriku. Istriku memasakkan sayur parit bersama dengan ayam yang dicampurkan. Sungguh hidangan yang  sangat enak ditambah lagi ketika kami makan berdua. Setelah itu waktunya  aku harus mengajar anak-anak SMP dalam program FC. FC adalah suatu program beasiswa dan pendidikan bagi anak-anak yang dimulai sejak taman kanak-kanak hingga akhirnya mereka di perguruan tinggi. Mereka ditampung dalam suatu program yang namanya future Center yang disingkat FC. Hari ini aku mengajarkan mereka sebuah cerita tentang The Ass in the Lion skin. Kami belajar dari cerita ini, untuk tidak menakut-nakuti orang lain, untuk tidak sombong, untuk tidak membuat suatu kebodohan dengan memakai sesuatu yang bukan milik kita untuk kita pamerkan ke orang-orang lain. Mereka tampak semangat ketika aku menyampaikan materi ini.

Aku mengajar hingga waktu menunjukkan sudah pukul lima lewat tiga puluh di sore hari. Kami menikmati hidangan yang disediakan para guru-guru Tk dan aku membawakan juga satu untuk istriku dan kamipun akhirnya makan malam berdua ditengah-tengah lampu yang masih padam. Sekian dulu tulisan yang aku buat. See you tomorrow.

Catatanku di tanggal 18 November 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...