Sumber gambar: nasehathebat.com
Hari ini, aku mulai menulis
didepan komputerku sudah hampir tengah malam, dikarenakan listrik baru menyala.
Sebab, sejak dari tadi sore, kira-kira pukul tiga sore lampu sudah padam.
Ketika listrik padam di sore hari tidaklah apa-apa bagiku, tetapi ketika sudah
mau menjelang malam, itu sudah menjadi suatu pergumulan bagiku. Dikarenakan,
kegiatanku di waktu malam aku memiliki banyak waktu baik untuk memeriksa hasil
tugas anak-anak, mengerjakan sebagian dari tugas kantor, bahkan kegiatan
seperti menulis ini juga.
Tepat ketika waktu sudah
menunjukkan pukul sebelas lewat tigapuluh malam, aku segera memulai untuk
menuliskan segala hal yang ada dikepalaku. Sebab, aku harus segera
menyelesaikan minimal satu buah tulisan untuk menunaikan apa yang menjadi
komitmenku. Komitmen yang sudah aku buat, yaitu sebuah tulisan disetiap hari.
Ketika waktu sebelum listrik
menyala, aku hanya bisa tidur ditempat tidurku bersama dengan istri dan
putriku. Aku terus berharap, lampu hiduplah engkau segera, please…please
hiduplah, supaya aku bisa minimal menulis aja pun sudah cukup. Dan kalau aku
masih fresh, aku bisa melanjutkan untuk mengerjakan hal yang lainnya juga. Aku
gak mau satu malam berlalu tidak melakukan suatu aktivitas yang berguna. Memang
aku tidak menafikan kalau tidur bukanlah hal yang tidak berguna. Tidur itu
memanglah sangat berguna untuk kesehatan kita, untuk membuat seluruh tubuh kita
istirahat. Sehingga kita bisa segar lagi untuk melakukan hal-hal lainnya
dikeesokan harinya. Aku memacu diriku supaya untuk segera mengeksekusi apa yang
sudah menjadi harapanku. Segera aku mengambil komputerku dan akupun akhirnya
mulai menulis.
Harapan tak akan pernah menjadi
sia-sia. Ketika kita sudah membuat sebuah harapan, dan terus membawakannya
didalam pikiran dan bahkan mendoakannya, itu akan segera terwujud dalam
kehidupan kita. Sebab didalam tulisan yang ada didalam alkitabpun menyatakan,
tepat di Kitab Ibrani Perjanjian Baru, menyatakan bahwa segala sesuatu yang
tampak itu berasal dari suatu yang tidak kelihatan. Artinya yang tidak
kelihatan dulu yang muncul baru akhirnya muncul yang kelihatan. Dan kalau kita
artikan lebih lanjut, segala sesuatu harus kita impikan dulu, baru akhirnya
kita mewujudkan apa yang menjadi mimpi kita.
Hari ini, aku mencoba mengingat
kembali, apa yang sudah aku kerjakan disepanjang satu hari, mulai dari pagi
hingga malam. Sejak pagi, tepat diwaktu mau ibadah raya, aku tidak bisa
mengikutinya. Sebab aku harus menjaga boruku
yang masih tertidur dengan lelapnya. Aku gak tega untuk membangunkannya. Tidur
itulah yang menjadi kebutuhannya yang paling pokok disamping makan dan minum.
Ibunya tak bisa menjaganya juga, sebab hari ini juga, ia yang memimpin
puji-pujian dalam ibadah raya itu hingga selesai. Aku memutuskan kalau boruku tidak bangun, aku tetap akan ada
dikamar bersama dengannya, tetapi kalau dia bangun, kami akan bergabung
bersama-sama dengan teman-teman yang lainnya beribadah kepada Tuhan.
Setelah selesai ibadah raya, aku
harus mengajar bahasa inggris kepada para mahasiswa-mahasiswiku. Hari ini
adalah jadwalku untuk mengajarkan bidang studi ini kepada mereka. Topik kami
dihari ini adalah tentang kata benda, Uncountable noun dan Plural Noun.
Mahasiswaku yang aku ajarkan, mereka adalah bukanlah orang-orang yang memiliki
kecerdasan yang tinggi, tapi mereka adalah orang-orang yang mau berjuang untuk
mengubah dirinya sendiri. Meskipun kurang cerdas, tapi mereka memiliki
kesungguhan hati untuk bisa belajar dan memahami segala sesuatunya.
Kemudian aku istirahat sejenak
dan makan siang bersama dengan istriku. Istriku memasakkan sayur parit bersama
dengan ayam yang dicampurkan. Sungguh hidangan yang sangat enak ditambah lagi ketika kami makan
berdua. Setelah itu waktunya aku harus
mengajar anak-anak SMP dalam program FC. FC adalah suatu program beasiswa dan
pendidikan bagi anak-anak yang dimulai sejak taman kanak-kanak hingga akhirnya
mereka di perguruan tinggi. Mereka ditampung dalam suatu program yang namanya
future Center yang disingkat FC. Hari ini aku mengajarkan mereka sebuah cerita
tentang The Ass in the Lion skin. Kami
belajar dari cerita ini, untuk tidak menakut-nakuti orang lain, untuk tidak
sombong, untuk tidak membuat suatu kebodohan dengan memakai sesuatu yang bukan
milik kita untuk kita pamerkan ke orang-orang lain. Mereka tampak semangat
ketika aku menyampaikan materi ini.
Aku mengajar hingga waktu
menunjukkan sudah pukul lima lewat tiga puluh di sore hari. Kami menikmati
hidangan yang disediakan para guru-guru Tk dan aku membawakan juga satu untuk
istriku dan kamipun akhirnya makan malam berdua ditengah-tengah lampu yang
masih padam. Sekian dulu tulisan yang aku buat. See you tomorrow.
Catatanku di tanggal 18 November 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar