![]() |
Kivlan Zein |
Akhirnya Bapak
Jokowi bersuara mengenai kabar bohong atau Hoax pada akun media sosial yang ada
di facebook offisial beliau. Dimana status tersebut dipostkan pada Rabu
(7/3/2018).
Ini
masih tentang hoax. Terus terang, kadang-kadang saya pun merasa jengkel. Saya
pernah dituduh sebagai seorang anggota Partai Komunis Indonesia. Padahal, PKI
dibubarkan tahun 1965, sementara saya lahir 1961. Berarti saya baru berumur
empat tahun.
Masak
ada PKI balita? Itu yang memfitnah ngawur.
Kendati
saya jengkel, atau marah, kemarahan saya itu tidak akan ada gunanya jika
diluapkan. Namun, masyarakat tetap harus diingatkan soal kebohongan itu.
Sekarang
saya juga blak-blakan. Kalau tidak diingatkan seperti itu masih ada yang
percaya juga.
Saya
titip pesan kepada Bapak/Ibu semua, jangan mudah dipengaruhi oleh fitnah-fitnah
dan kabar bohong. Jangan sampai saling mencela dan menjelekkan karena kita
semua adalah saudara sebangsa dan setanah air.
Siapa sih
tidak geram dengan kabar-kabar fitnah seperti ini. Apalagi mengenai masalah PKI
yang nota bene kurang lebih 50 tahun lalu sudah dinyatakan terlarang dan
ditiadakan di bangsa ini. Tapi masih terus diekspos, terus dikeluarkan
pernyataan-pernyataan seperti itu.
Apalagi kiprah
dan pernyataan seorang Kivlan Zein yang selalu nongol sejak tahun 2016 lalu
hingga sekarang. Menyatakan bahwa keberadaan PKI dan sejumlah anggotanya
dinyatakan masih ada dan bangkit kembali. Bahkan dengan keanggotaan hingga
mencapai puluhan juta orang. Lengkap lagi dengan data kepengurusannya.
“Susunan partai sudah ada, pimpinan Wahyu Setiaji. Dari
tingkat pusat sampai daerah. Ribka Tjiptaning terang-terangan mengakui dia
bangga jadi anak PKI, masuk DPR. Dia sudah bilang itu tugu yang di lubang buaya
mau dihancurkan, diomongkan kok, dendam sekali dia," ucap Kivlan pada saat
mengisi simposium yang diadakan purnawirwan TNI (1/6/2016). (sumber :
Kompas.com, 2/6/2016).
Dan hal itu
terus berulang seperti yang disampaikannya baru-baru ini ketika berada di dalam
diskusi publik yang menangkat tema, “Isu Kebangkitan PKI : Realita atau
Propaganda”. Yang diadakan Selasa (7/3/2018) di Hotel Grand Sahid Jakarta.
(Sumber : Rmol.co). Bahkan lebih dalam lagi dia menuding bahwa di kepolisianpun
PKI sudah masuk dan merambah.
Dia
mendasarkan semua itu berdasarkan dari pengakuan seorang politikus PDIP, Ribka
Tpitaning, dalam sebuah video pengakuan maupun dalam buku yang ia tuliskan,
yang berjudul :”Aku Bangga Menjadi Anak PKI”.
Dia
menyimpulkan ketika polisi tidak memproses kasus pengibaran bendera PKI di
beberapa daerah, dia mengindikasikan bahwa kepolisian tidak serius didalam
menyelesaikan kasus ini. “Why kepolisian? Ada apa ini semua? Apakah benar
pernyataan Ribka Tjiptaning itu," tudingnya.
Ketika kucoba
mencari pemberitaan tentang pengibaran bendera di beberapa daerah, yang muncul
adalah pemberitaan yang ada di Salatiga. Dan dinyatakan bahwa pengibaran
bendera di Salatiga itu tidaklah benar. Seperti yang dilansir oleh jateng.antaranews.com
(4/8/2015). Hal itu dikonfirmasi oleh Kapolda Jateng. Dan menyatakan bahwa ada
orang-orang yang tidak bertanggung jawab didalam mengunggah foto-foto tersebut
ke media sosial. Hal itu bisa kita pastikan sekarang ini, bahwa kelompok itu
adalah MCA yang sudah ditangkap sekarang ini.
Selanjutnya di
dalam acara diskusi publik tersebut juga, beberapa peserta merasa tertipu
dengan undangan awal yang diberikan oleh penyelenggara, yakni, Kaukus Muda
Indonesia. Audiens yang terdiri dari kalangan buruh,
mahasiswa dan ormas merasa tertipu oleh diskusi yang digelar Kaukus Muda
Indonesia (KMI) tersebut. Pasalnya, para peserta dan hadirin diminta untuk
ikut mendeklarasikan soal komitmen dalam menjaga keamanan dan anti hoaks
terutama terkait isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kemudian
ketika video kesaksian Ribka tersebut dipakai lagi oleh tim kuasa hukum Alfian
Tanjung yang digelar hari ini (7/3/2018) dalam kasus ujaran kebencian, seperti
yang dilansir tirto.id (7/3/2018). Sekjen PDI P, Hasto Kristianto bersuara
tentang hal itu dan menilai tudingan penasihat
hukum Alfian Tanjung di luar konteks perkara. Ia menambahkan Ribka tidak
lah menyebar paham komunisme atau menjadi anggota PKI meskipun mengakui dirinya
sebagai anak anggota PKI lewat buku “Aku Bangga Jadi Anak PKI”.
Di dalam
persidangan tersebut, Hasto membantah bahwa kader PDIP kebanyakan dari
PKI.
"Kami punya
KTA semuanya, kami punya sistem informasi anggota Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan, yang di KPU juga ada. Itu bisa diteruskan apakah PKI atau bukan.
Karena kami partai yang kokoh berdasarkan Pancasila," kata dia.
Dari beberapa
hal diatas memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada beberapa kader PDI Perjuangan
berasal dari eks yang orangtuanya adalah mantan PKI. Tapi apakah menutup
kemungkinan bahwa hanya PDIP semata yang menjadi tempat mereka bernaung. Apakah
tidak memungkinkan akan ada juga berada di partai Gerindra, PKS dan beberapa
partai lainnya.
Dan lagi pula,
mereka hanyalah seorang anak yang kebetulan Bapaknya baik secara terpaksa atau
tidak masuk ke organisasi terlarang tersebut. Meskipun dia punya kebanggaan
akan kematian Bapaknya yang disaksikannya secara langsung, bukan berarti beliau
adalah penerus PKI. Perlu membedakan secara rinci dan jelas antara mendirikan
PKI kembali dan segala idiologinya dengan hanya memiliki kebanggaan kepada
seorang Bapak yang berani berbuat tapi berani bertanggung jawab.
Kemudian perlunya
bagi kita mengapresiasi seorang Ribka yang berterus terang tentang hal itu. Dia mengaku akan
terus terbuka soal jati dirinya sebagai anak PKI. Cemoohan bahkan tindakan
diskriminatif sudah biasa ia rasakan sejak masa sekolah dulu. Ia bahkan cuma
bisa tertawa saat disebut sebagai anggota PKI juga atau menyebarkan paham PKI.
Kita tidak
akan semakin heran lagi, bahwa di tahun politik ini, segala macam akan
ditaruhkan. Ketika ada celah sedikitpun, dipastikan hal itu akan terus
digembor-gemborkan. Seperti kasusnya Ahok. Sampai ia jatuh dan kalah barulah
berhenti. Begitu juga dengan kondisi saat ini, sampai partai tersebut yang
diserang kalah, barulah mereka akan berhenti. Tapi beda dengan kondisinya yang
sekarang, dimana pada masa Ahok MCA sangatlah eksis, tapi kini, tim supporting
mereka seperti MCA dan sejenisnya sudah pada diciduk sama kepolisian. Tentunya
isu-isu tersebut akan semakin berkurang.
Berharap
kepolisian semakin intens dengan hal-hal ini dan tidak merasa ragu ketika
menemukan ada MCA yang baru muncul. Dan
tak heran juga bahwa tuduhan itu dialamatkan ke Bapak Jokowi sendiri. Sebab
memang beliau sendiri akan maju pada Pilpres tahun depan. Mereka berharap dengan
isu-isu tersebut elektabilitas beliau bisa hancur dengan sedemikian rupa.
Masih percaya
kepada si Kivlan Zein, sang provokator sejati?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar