Berbagi itu indah..mari kita saling berbagi..baik itu pengalaman, pengetahuan maupun inspirasi..
Sabtu, 25 Agustus 2018
Kitab Bilangan Awal Pentingnya Statistik Dalam Pembangunan Bangsa
Dunia boleh mencatat bahwa perkembangan ilmu statistik mulai berkembang sejak abad ke-17. Dan kisah yang paling kuno tercatat ketika peristiwa kaisar Agustus mendata jumlah seluruh penduduk bumi kala itu. Tapi ternyata jauh lebih dalam lagi, lebih kuno lagi, bahwa Bapak Statistik pertama sekali di dunia adalah Musa dan Harun. Kemudian dibantu dengan 12 orang kepala suku dari masing-masing suku Israel.
Tuhan perintahkan Musa untuk mencatat seluruh jumlah orang Israel yang baru saja keluar dari tanah Mesir. Tepatnya ketika memasuki tahun kedua, bulan kedua pada tanggal satu. Yakni pada bulan Ziw atau Iyar yang kalau dipersamakan pada kalender modern sekarang, pada pertengahan April. Sebab bangsa Israel keluar dari tanah Mesir diperkirakan pada bulan Abib atau Nisan.
Setelah mereka berada di padang Gunung Sinai, dimana sebenarnya mereka sudah tiba di padang tersebut, tepat pada bulan ketiga setelah orang Israel keluar dari tanah Mesir pada tahun itu juga. Tapi mereka harus berputar kembali karena kesalahan mereka yang tidak mempercayai Allah akan menolong mereka sampai ke tanah kanaan.
Itu adalah pencatatan pertama antara Musa dengan Imam Harun. Tapi orang-orang Israel pada pencatatan pertama tersebut dinyatakan Tuhan, tidak akan ada yang akan menyeberangi sungai Yordan menuju Yerikho, selain dari pada Yosua dan Kaleb (Bil 26:64).
Dimana pada pencatatan pertama hasil yang didapatkan jumlah orang Israel sebanyak 603.550 jiwa (Bil 1:46). Tapi pada pencatatan kedua bersama Musa dengan Imam Eleazar anaknya Harun sebanyak 601.730 jiwa (Bilangan26:51). Dan jumlah itu diluar dari pada suku Lewi maupun keturunan Musa dan Harun.
Setelah perjalanan tahun pertama bangsa Israel mengalami kegagalan, pada tahun kedua Tuhan berencana untuk melakukan penertiban ulang seluruh orang Israel.
Dengan statistik yang didapatkan atau jumlah perhitungan yang didapatkan tentu akan mempermudah bangsa Israel pada waktu itu untuk tahu posisi dan letak mereka dimana. Grup atau rumpun mana masuk mana, siapa yang berangkat duluan, dan akan menuju kemana.
Siapa yang akan berperang, siapa yang akan bertahan di kemah, dengan statistik jumlah orang-orang tersebut, tentu akan mempermudah Musa dan Harun dalam menetapkan strategi peperangan yang akan dihadapi pada masing-masing di perjalanan tersebut.
Bayangkan kalau tidak ada data yang demikian dipegang, bagaimana sulitnya bangsa Israel untuk bisa menaklukkan banyaknya musuh yang akan mereka hadapi. Disamping itu juga, dengan data yang sama, Tuhan sedang mempersiapkan generasi baru yang akan masuk ke Kanaan. Sebab orang yang masuk pada statistik pendataan pertama tidak akan melewati sungai Yordan dan masuk ke Kanaan.
Tuhan berencana menghabiskan mereka di padang gurun selama 40 tahun, sampai muncul generasi baru yang akan memasuki tanah kanaan sesuai dengan yang sudah dijanjikan Tuhan sebelumnya. Dan dengan pendataan statistik yang kedua kalinya, yakni sebelum memasuki dan menyeberangi sungai Yordan, Tuhan kembali perintahkan Musa sebagai tugas terakhir bersama Imam Eleazar untuk bisa mendata. Dimana dengan jumlah pasti yang akan diperoleh, tentu akan mempermudah tugasnya Yosua di dalam membagi tanah-tanah pusaka bangsa Israel yang akan mereka miliki ketika mereka tiba di tanah Kanaan. Sebab sebanyak jumlah jiwa yang dimiliki oleh masing-masing sukulah, sebidang itu juga wilayah atau daerah yang akan mereka dapatkan.
Pada masa kekinian, kita tidak bisa menampik bahwa pentingnya data statistik untuk pembangunan kita. Dengan data-data yang ada akhirnya kita bisa menggambarkan apakah bangsa kita mengalami kemajuan atau mengalami kemunduran. Mengalami stagnasi atau mengalami suatu perkembangan yang luar biasa.
Apalagi di tahun-tahun politik seperti sekarang ini. Dimana dengan saling klaim memiliki data yang paling benar dan paling up to date dengan sumber data yang paling mumpuni, tak jarang memakai data-data yang demikian untuk menyerang lawan-lawan politiknya.
Tapi supaya kita tidak saling klaim, penting untuk menetapkan satu hasil sumber statistik, yakni data-data yang tentunya dipegang oleh BPS (Badan Pusat Statistik) kita.
Dimana BPS baru pada pemerintahan Jokowi merilis data atau jumlah orang miskin di Indonesia persentasenya hanya satu digit, yakni 9,82% yakni berkisar 25,95 juta orang. Dimana porsi terbanyak yang menderita kemiskinan tersebut tepatnya berada di pedesaan. Desa menjadi pusat kemiskinan karena desa mengalami perubahan gaya hidup yang sangat signifikan.
Dimana awalnya desa menjadi pusat atau sumber produksi bahan makanan, sekarang berubah menjadi pusat konsumtif untuk memperoleh bahan pokok makanan. Salah satunya meningkatnya kebutuhan beras. Padahal beras bukan satu-satunya bahan makanan pokok, masih banyak bahan makanan pokok lainnya, sesuai dengan kebudayaan lokal kita yang amat kaya. Seperti sorgum, jagung, maupun umbi-umbian.
Tapi karena gaya hidup yang berbeda, semuanya akhirnya berubah pola konsumtif masyarakat kita. Menjadi penikmat dan akhirnya menggantungkan diri pada objek bahan makanan pokok seperti beras.
Oleh karena itu peran statistik amatlah sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Sebab olehnya kita bisa melakukan banyak strategi percepatan yang akan mungkin bisa kita lakukan di dalam melakukan suatu perubahan yang terukur dan terstruktur.
Seperti yang pernah dilakukan Musa untuk mendata potensi dan kekuatan sebenarnya yang dimiliki oleh bangsa Israel baik di dalam menghadapi fase padang gurun, maupun pada pada perebutan tanah kanan. Kemudian ketika akan mendapatkan jatah tanah warisan bagi masing-masing suku, yang akan mereka peroleh nantinya.
Dengan data yang sama juga, akan mempermudah generasi selanjutnya di dalam melakukan suatu perubahan dan percepatan.
Terakhir, mungkin saran, sebaiknya data-data sejarah tentang statistik kenapa tidak bermuara dan berasal ataupun memperhitungkan Musa sebagai Bapak Statistik zaman purba. Disamping mungkin perkembangan ilmu statistik sekarang memang sudah lebih jauh sangat berkembang. Hanya supaya kita tidak melupakan yang namanya sejarah. Serta mencatatkan bahwa kitab Bilangan adalah kitab statistik pertama di dunia.
Senin, 06 Agustus 2018
Asian Games dan Kemajuan Indonesia
Seharusnya kita bisa belajar dari
sejarah bangsa kita yang ternyata pernah menjadi tuan rumah Asian Games. Diperhelatan
Asian Games ke-4 itu, dimana Indonesia sebagai tuan rumahnya, sukses menjadi
negara pengumpul emas terbanyak ke dua setelah Jepang berada di posisi pertama.
Bahkan tercatat bangsa kita jauh mengungguli India, Korea Selatan, yang
sekarang mereka termasuk raksasa-nya Asian Games.
Padahal dalam sejarah pergulatan
Soekarno di dalam mempersiapkan dengan matang Asian Games tersebut tidaklah
mudah. Sebab di tahun 1962, Asian Games diselenggarakan, Indonesia baru
merengkuh kemerdekaan selama 17 tahun, tercatat kita menjadi negara yang sukses
di dalam menyelenggarakan event 4 tahunan itu.
Tidak mudah sebab gunjang ganjing
politik yang tidak senang kepada kepemimpinan Soekarno pada masa itu,ingin
menjatuhkan Seokarno dengan mencoba menggagalkan pelaksanaan Asian Games
tersebut.
Gelora Bung Karno yang sekarang
kita kenal, sebagai pusat olahraga dan pembinaan atlet pada masa itu, dibangun
dengan mimpi dan modal yang besar. Ditengah-tengah pembangunan pusat olahraga
tersebut, yang direncanakan bisa menampung seratus ribu orang, ternyata
akhirnya dibakar. Tapi Soekarno ternyata tidak patah arang untuk melanjutkan
kembali pembangunannya. Bahkan beliau merangkul arsitek dari Mesir dan beberapa
negara lainnya untuk membangun tempat olah raga tersebut.
Kemudian dari sisi prestasi,
Soekarno ternyata sudah sangat siap di dalam mempersiapkan para atletnya untuk
berjuang. Meskipun dari 13 cabang olah raga yang dipertandingkan, kita berhasil
masuk 2 besar, dengan pemerolehan 77 medali, dengan rincian 21 emas, 26 perak dan
30 perunggu.
Dan yang menjadi hero atau
pahlawan bagi Indonesia saat itu, Sarengat, atlet lari cepat, disamping bisa
memecahkan rekor dunia tercepat dengan hanya menempuh catatan waktu tercepat,
10,4 detik, dia juga bisa menyumbangkan 2 emas bagi Indonesia.
Meskipun dengan benturan yang
terjadi di dalam diri Sarengat tidaklah mudah. Disamping tuntutan untuk
menyelesaikan studi kedokterannya saat itu, dia juga harus memperjuangkan nama
Indonesia di kancah dunia olah raga se-Asia.
Pergulatan Asian Games Sekarang Sisi Pertama
Melihat kondisi sekarang ini
memang tidak mudah untuk mempersiapkan dengan matang pelaksaan Asian Games.
Meskipun hanya dua unsur mayoritas yang harus dipersiapkan, yakni penanganan
dan kesiapan sarana dan prasarana, dan beberapa unsur lainnya, dan yang kedua
adalah sang atlet itu sendiri.
Untuk penyiapan sarana dan
prasarana, baik arus transportasinya sehingga mendukung perpindahan para atlet
dengan cepat, masih mengalami cukup kendala. Maka bisa dikatakan Indonesia
ataupun DKI beruntung waktu itu dipimpin oleh Jokowi-Ahok. Sehingga pembangunan
transportasi massal seperti MRT, LRT sudah dimulai prosesnya. Di dalam
kepemimpinan mereka, melihat bahwa moment Asian Games sebenarnya adalah moment
menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia sudah maju. Terbukti dari transportasi
massal yang digunakan adalah transportasi canggih.
Meskipun pembangunannya belum
sepenuhnya rampung di DKI, sebab DKI terkenal dengan kemacetannya yang parah,
maka pembangunan transportasi massal ini adalah sebuah keharusan bagi
Indonesia. MRT memang tidak terkejar, tapi pembangunan LRT dikejar targetnya
supaya bisa selesai sebelum Asian Games dimulai.
Dan kesiapan LRT baik di Jakarta
maupun di Palembang akhirnya telah dinyatakan siap untuk menopang sepenuhnya
kelancaran perpindahan para atlet untuk menuju area pusat pertandingan.
Situasi politik di DKI dan di
tahun-tahun politik di Indonesia, cukup mempengaruhi kesiapan Indonesia di
dalam mempersiapkan dengan matang olah raga terbesar ini di Asia. Tantangan
penginapan para atlet yang ternyata dihadapkan dengan bau menyengat kali itam
khususnya di Jakarta, dan solusi pemerintahnya untuk menghilangkan bau
tersebut, menjadi bahan candaan di media-media sosial yang ada.
Dengan menutup kali itam tersebut
dengan waring hitam, tentu akan mengundang banyak perhatian bagi para tamu yang
akan datang ke Indonesia. Meskipun diklaim baunya sudah hilang, tapi pertanyaan
demi pertanyaan akan keluar dari mulut para atlet negara lain, kok aneh yah
sungai ditutupi waring semacam itu?
Kemudian bagaimana kubu oposisi
yang mempertanyakan pembangunan LRT di Palembang yang dikatakan sangat over budget, bahkan ada tuduhan bahwa
pemerintah telah melakukan Mark-up
harga. Ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah saat ini.
Dimana seharusnya kita bisa
bersama-sama di dalam menyiapkan seluruh sarana dan prasarana yang akan dipakai
dalam perhelatan olah raga se Asia tersebut. Meskipun demikian keadaannya,
bersyukur pemerintah kita tidak fokus kepada kritikan yang masuk, dan terus mengejar
tahapan target yang harus diselesaikan.
Kedua, Penyiapan Atlet
Meskipun target yang ditetapkan
oleh pemerintah kita kepada para atlet melalui kemenpora, yang harus masuk 10
besar saja, sebenarnya cukup miris bagi kita. Masak di tengah-tengah ratusan
juta penduduk Indonesia, atlet-atlet yang berprestasi dan yang bisa mengangkat
Indonesia masuk ke kancah nomor satu dunia, kok tidak ada.
Bahkan harapan untuk mencapai
target sepuluh besar itu, berasal dari cabang olah raga yang bukan merupakan
murni cabang Olimpiade,melainkan hanya berdasarkan permintaan sebagai tuan
rumah. Seperti pencak silat, paralayang dan beberapa cabang olah raga lainnya.
Maka sebenarnya kita sudah sangat
jauh tertinggal bahkan dari kawasan tingkat regional di Asia Tenggara. Pencapaian
Thailand, Malaysia jauh lebih baik dari pencapaian yang kita peroleh selama
ini. Mengapa kita tidak mencoba memuridkan sebanyak mungkin atlet-atlet muda
yang baru sejak dini?
Dimana para atlet dewasa yang
sudah berprestasi diwajibkan untuk memuridkan orang-orang yang ada disekitarnya
untuk bisa menggantikan dia kelak. Atau bukankah kita sudah punya kementerian
yang mengurus bidang olah raga ini, kenapa tidak fokus untuk melakukan
pendidikan dan pembinaan jauh ke daerah-daerah sana dalam rangka mempersiapkan
atlet muda dan tangguh serta berprestasi.
Kenapa kita tidak melihat upaya
seperti yang dilakukan Yohanes Surya,di dalam menggapai mimpi Indonesia
berprestasi di tingkat dunia dalam dunia pendidikan. Betapa dia langsung terjun
ke daerah-daerah dan bahkan bisa mengangkat orang yang paling tertinggal-pun
dalam pendidikan di bangsa ini, yakni Papua. Beliau berhasil membuat anak Papua
berdiri sama tinggi dengan orang-orang kota dan bahkan berprestasi dan pulang
membawa medali.
Seharusnya ini menjadi garapan
Menpora supaya dengan totalitas penuh bekerja dan menghasilkan ribuan
atlet-atlet muda yang berasal dari daerah. Dan bukannya hanya capek dengan
urusan-urusan administrasi di kemenpora, tanpa melakukan gebrakan dalam dunia
olah raga kita.
Capek dengan urusan atlet tua
yang kini menjelma menjadi pegawai negeri di tubuh kemenpora, karena sistem
atlet kita yang memang tidak jelas masa depannya. Kenapa tidak membuat
regulasi-regulasi yang bisa mendorong para atlet tua tersebut bisa menghasilkan
generasi baru yang akan menggantikannya kelak, dan bukannya sibuk menjadikannya
menjadi tenaga admin di kemenpora itu sendiri.
Artinya membangun sistem yang
jelas kepada para atlet-atlet Indonesia. Dimana ketika akhirya orang muda
meyakini dirinya akan berkiprah di dunia olah raga, maka masa depannya bisa
terjamin. Oleh karena itu tidak mengherankan maka sedikit bibit yang muncul,
sebab mereka tahu, masa depan tidak ada disitu.
Ini harusnya bisa dijawab oleh
bangsa ini,khususnya pemerintah kita. Bukan hanya sibuk untuk urusan kekuasaan
semata, tapi setelah berkuasa hanya bisa duduk-duduk saja di kursi yang empuk
tanpa melakukan sesuatu.
Sebenarnya tidak ada kata
terlambat bagi bangsa ini. Ketika momen Asian Games ini, bisa dikatakan kita
memang belum maksimal untuk dua hal besar ini, baik sarananya maupun atletnya
itu sendiri.
Tapi kedepannya berharap melalui
momen besar seperti Asian Games ini,seharusnya menjadi pelecut bagi kita untuk
menunjukkan kepada dunia, bahwa Indonesia bisa, Indonesia hebat, Indonesia
maju. Seperti yang pernah sudah dialami oleh Korea Selatan, ketika menjadi tuan
rumah yang sama. Kemudian seperti China yang berhasil memukau dunia dengan
persiapan mereka yang sangat spektakuler untuk perhelatan Olimpiade dunia.
Kenapa kita tidak meniru yang demikian?
Apakah Indonesia tidak bisa?
Sangat bisa dan sangat memungkinkan, jika kita serius dan menata semua sistem
dengan sangat baik. Sebab akan percuma jika Indonesia hanya dikenal sebagai
mayoritas berpenduduk terbesar di dunia, tapi tidak menghasilkan orang-orang
yang berprestasi di tingkat dunia. Mari kita menjawabnya.
Theme Song :Bright AS s The Sun
Penulis adalah penggiat sosial
dan pelayan kemasyarakatan di pedesaan dalam wadah PESAT.
Sabtu, 04 Agustus 2018
Rahasia Kelimpahan Gereja Ternyata Satu, Yaitu Pengertian
Studi Kitab Keluaran35:30-
36: 7
Pernahkah kita melihat
orang-orang yang berlimpah dalam hidupnya? Tentu situasi yang lebih pas adalah
ketika kita bisa melihat hasil suatu pertanian. Dimana sang petani berlimpah
atas buah-buahan yang telah ditanamkan selama ini.
Melimpahnya cabe, melimpahnya
beras, melimpahnya tomat, dan berbagai macam lainnya. Tentu dengan situasi yang
demikian akan sangat mendatangkan sukacita bagi si petani tersebut. Sebab modal
yang selama ini dia keluarkan terbayar sudah dengan hasil yang ia peroleh. Tentunya
bukan hanya modal, pemenuhan hidup sehari-hari tentu akan tercukupkan hingga
beberapa saat kedepan. Bahkan kemungkinan untuk bisa melakukan saving ataupun investasi tentu sangat
bisa.
Itu satu model kelimpahan yang
bisa kita saksikan ataupun sudah kita alami. Kemudian kelimpahan berikutnya
adalah ketika kita bisa berlimpah atas hasil yang dikandung oleh bumi kita
sendiri. Dimana Indonesia sangat kaya akan hasil buminya. Seperti emas di
Timika (Papua), minyak di Rokan (Riau), timah di Belitung, batubara di Sumatera
Selatan.
Dimana hasil tambang untuk ini,
tentu akan sangat membantu bahkan akan menciptakan perekonomian Indonesia semakin kuat, jika Indonesia pintar
di dalam mengelolanya. Makanya tak heran ketika melihat pemerintah kita saat
ini, berupaya mati-matian untuk merengkuh kembali sumber daya bumi kita ini,
yang selama ini dikelola oleh perusahaan asing.
Tapi ketika kita melihat proses
kelimpahan yang terjadi pada contoh diatas, tentu ada satu kunci untuk membuka
kelimpahan itu bisa terjadi dan terealisasi. Dan dengan ‘ini’ tentunya sama
dengan apa yang seharusnya terjadi kepada gereja.
Pernahkah kita melihat gereja
atau jemaat Tuhan pada waktu sekarang
ini, dimana ketika saat membangun gedung gerejanya, sang gembala menyatakan
kepada jemaat supaya berhenti memberikan persembahan?
Mungkin dalam pengalaman kita
sampai saat ini, belum pernah menyaksikan hal yang sedemikian hebatnya terjadi
pada gereja. Ketika dengan sangat bermurah-hatinya para jemaat sehingga apa
yang diberikan kepada gereja berlimpah-limpah.
Kasus yang demikianlah yang
pernah terjadi pada masa-nya Musa, ketika hendak memulai sesuatu hal yang baru,
dan belum pernah terjadi dalam awal sejarah manusia, yakni membangun mezbah
Tuhan dan segala pernak-perniknya.
Dimana butuh keahlian dan
pengertian yang khusus di dalam membangun segala pekerjaan dalam penyiapan
rumah atau mezbah Tuhan tersebut. Butuh keahlian untuk merancang sesuatu dari
emas, perak dan tembaga. Butuh keahlian untuk mengasah batu permata, untuk
mengukir kayu dan untuk bekerja dengan
segala macam pekerjaan yang dirancang itu.
Kemudian di dalam pengerjaan itu,
butuh banyak orang di dalam menyelesaikan pekerjaan yang besar tersebut. Tuhan
memberikan pengertian kepada dua tokoh utama di dalam pengerjaan proyek-nya Tuhan
tersebut, yakni Bezaleel dan Aholiab. Meskipun keahlian mereka tampak sama,
tapi Tuhan juga memberikan kemampuan khusus kepada Aholiab untuk mengajarkan
keahlian yang dia punyai kepada orang-orang.
Sehingga dengan pengajaran itu,
tentunya hal itu merupakan karunia Tuhan semata, maka semakin banyak orang yang
ahli dalam bidang-bidang tertentu dari bagian proyek tersebut. Dan akhirnya
mempercepat terealisasinya proyek ilahi-nya Tuhan.
Tapi hal ini-pun bisa tidak
terjadi, jika seandainya bangsa Israel orang-nya pelit dan tidak mau
mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Sekali lagi untuk bisa mengubah
paradigma pelit tentu dengan ‘pengertian’ mau berbagi dengan Tuhan.
Sebuah ‘pengertian’ yang sama-sama
dicurahkan kepada bangsa Israel. Ketika Tuhan mencurahkan roh Pengertian kepada
Bezaleel dan Aholiab, roh Pengertian yang sama juga dicurahkan untuk bangsa
Israel yang lain, yakni untuk bisa menyiapkan segala perbekalan untuk
menyelesaikan pekerjaan Tuhan tersebut.
Maka akhirnya terjadilah sebuah
gebrakan yang luar biasa, dimana Musa harus mengambil sikap, dan memerintahkan
supaya tidak usah lagi mereka membawa sesuatu untuk dijadikan persembahan khusus
bagi tempat kudusnya Tuhan. Maka kelimpahan terjadi pada masa-nya Musa.
Apakah peristiwa kelimpahan pada
masanya Musa, kemungkinan tidak bisa terjadi pada masa kini? Seharusnya setiap
saat kelimpahan bisa terjadi pada gereja-gerejanya Tuhan. Bukan suatu waktu,
tapi setiap saat akan bisa terjadi proses kelimpahan tersebut. Yakni satu
kuncinya yang harus dimiliki oleh para jemaat-jemaatnya Tuhan, milikilah “pengertian”
itu.
Bagaimana cara untuk bisa
memiliki pengertian tersebut dan akhirnya kita bisa menuai kelimpahan? Pertama,
tentu hal tersebut tidak terlepas dari proses karunia Tuhan yang dilimpahkan
kepada manusia. Artinya ketika Tuhan sudah menaruh pengertian tersebut kepada
kita, sesungguhnya hal itu merupakan anugerah karunia semata-mata.
Dimana ketika Tuhan sudah
mengaruniakan pengertian kepada Bezaleel dan Aholiab, tentunya Tuhan juga akan
memberikan pengertian yang sama atau roh yang sama kepada seorang hamba Tuhan
tersebut. Sehingga akhirnya bisa menyelesaikan maksud dari apa yang Tuhan perintahkan.
Kedua, mengajarkan pengertian
tersebut kepada para jemaat, supaya memiliki hati dan pengertian yang sama,
seperti apa yang dimiliki oleh seorang hamba Tuhan tersebut. Olehnya penting
kecakapan mengajar dan mendidik bagi seorang Hamba Tuhan, supaya jemaat bisa
menangkap dan bahkan melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan.
Seperti yang terjadi kepada
Aholiab, dimana dia bukan hanya membantu pekerjaan Bezaleel sebagai pimpinan
proyek ilahi-nya Tuhan, juga dia harus mengajarkan keahliannya kepada orang
lain.
Ketiga, melibatkan sebanyak
mungkin orang untuk bisa terlibat dalam proyek perkejaan Tuhan. Baik sebagai
pengerja ataupun sebagai jemaat, perlu bergandengan secara bersama-sama,
bersinergi dan bahkan bekerja sama di dalam proses percepatan pembangunan rumah
Tuhan tersebut.
Jadi kesimpulannya milikilah
terlebih dahulu pengertian tersebut, maka bisa dipastikan akan terjadi
kelimpahan bagi rumahnya Tuhan. Disamping itu akan terjadi juga kelimpahan dalam
hidup kita. Sebab dengan ‘pengertian’ akan memampukan kita menggali setiap
potensi dan kemampuan kita yang sebenarnya. Hal itu tentunya akan berdampak
bagi apa yang akan bisa kita dapatkan selanjutnya. Baik berkat secara fisik
ataupun berkat secara non-fisik.
Penulis adalah seorang pelayan
dan pendidik bergabung dalam Komunitas PESAT di Sibolangit.
Rabu, 01 Agustus 2018
Media di Mata dan Tangan Para Penguasa
Kata demokrasi sesungguhnya
menjadi kata yang sangat pentng di dalam menentukan arah dan perjuangan suatu
bangsa akan menuju kemana. Sebab dengan demokrasi kita bisa menentukan siapa
penguasa ataupun pemimpin kita, siapa orang yang akan bisa membuat perubahan
dengan segala keputusan-keputusannya.
Meskipun demokrasi bukanlah
segala-galanya bagi negara yang memang menganut sistem monarki atau kerajaan.
Dimana bagi negara yang menganut sistem kerajaan, maka demokrasi tidak
dibutuhkan, sebab masyarakat sudah tahu siapa yang menjadi pemimpin
selanjutnya, yakni sang pangeran dari raja tersebut.
Dengan sistem demokrasi, bagi
sebagian besar negara-negara yang tidak menganut sistem monarki, bisa dengan
cepat menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin di dalam suatu bangsa.
Penguasa ataupun pemimpin tentu
menjadi alat bagi demokrasi tersebut di dalam mencapai tujuan dari cita-cita
yang sudah ditetapkan jauh sebelumnya oleh para founding father negara tersebut. Di negara Indonesia, maka
Soekarno-Hatta bersama para pejuang lainnya tentu menjadi para pendiri dari
negara kita.
Olehnya juga maka masyarakat seharusnya menjadi subjek
atau pelaku dari demokrasi tersebut.Tetapi untuk bisa menjembatani antara
penguasa dan rakyat perlu adanya media. Dengan media maka pemerintah bisa
mensosialisasikan segala pencapaian yang sudah dihasilkan atau diperoleh selama
ini.
Dan dengan pemberitaan dari media
tersebut tentunya masyarakat bisa mengetahui dan menilai apakah pemimpin mereka
berhasil atau tidak. Apakah pemmpin
mereka sudah berjalan di dalam track
atau jalur yang telah ditetapkan atau tidak?
Ketika gagal ataupun berhasil, maka
dengan itu masyarakat bisa memutuskan apakah melanjutkan atau memberhentikan si
penguasa tersebut memimpin dan berkuasa. Maka peran media sesungguhnya menjadi
sangat sentral di dalam proses demokrasi di suatu bangsa.
Mari melihat sejenak media di
mata dan tangan para penguasa berikut. Berkaca dan mencoba membandingkan apakah
media di tangan mereka menjadi mitra atau malah menjadi musuh. Kemudian apakah
menjadi alat untuk memanipulasi atau alat untuk menyampaikan data atau fakta
yang sebenarnya?
A.
Media
pada Masa Soeharto
Tentu kita tidak lupa bagaimana
Soeharto begitu dan sangat menguasai Media komunikasi. Bahkan untuk
memfasilitasi media atau lebih tepatnya mengontrol dengan sedemikian rupa,
Soeharto membentuk sebuah kementerian yang bernama Kementerian Penerangan, yang
waktu itu dijabat oleh Harmoko.
Dimana dengan kuasa di tangan
mereka, segala informasi dan segala berita yang berkembang di masyarakat tidak
boleh lepas dari kontrol kementerian tersebut. Segalanya harus dikomunikasikan
kepada mereka.
Bahkan ketika mengetahui adanya
penyimpangan sekalipun, berita-berita yang dimuat pastinya sudah dimanipulasi.
Olehnya media menjadi alat bagi Soeharto di dalam mengkampanyekan
keberhasilannya yang tampak semu seolah-olah menjadi realita yang sebenarnya.
Meskipun ada riak-riak yang
memperjuangkan bahwa media tidak boleh dikontrol sepenuhnya oleh pemerintah,
tapi para pejuang tersebut mendapatkan banyak tekanan dan bahkan dipenjarakan
tanpa adanya pembelaan sedikitpun.
Pemerintah tampak begitu sangat
represif di dalam mengkomunikasikan dan menjalankan sistem pemerintahannya.
Tentunya masa ini menjadi masa kelam bagi media. Dan sudah menjadi bahagian
dari sejarah bangsa kita.
B. Media
pada Masa SBY- Jokowi (Masa Reformasi)
Media pada masa SBY-Jokowi,
menjadi masa yang baru bagi media. Sebab media sudah lepas dari kungkungan para
penguasa. Media bisa merayakan hari kebebasan pers. Bebas untuk menyampaikan
kritik ataupun pujian yang tentunya berdasarkan realita yang ada.
Bahkan pada masa SBY, media
menjadi alat kampanye bagi SBY di dalam pencitraan keberhasilan pemerintahannya
pada waktu lalu. Di awal-awal pemerintahan SBY, media seakan-akan menjadi media
darling bagi SBY.
Kemudian media terus menunjukkan
perkembangan yang sangat signifikan. Media mulai mendapatkan perlindungan
dengan payung hukum yang jelas supaya para awak media bisa tenang di dalam
mengerjakan tugas jurnalistik mereka.
Pada masa Jokowi, media juga
mendapatkan perlakuan yang sama seperti pada masanya SBY dulu. Bahkan lebih
berkembang lagi. Sebab masyarakat bukan hanya bisa menikmati media-media cetak,
sekarang akses untuk mendapatkan informasi jauh lebih cepat dan jauh lebih
massif.
Meskipun akhirnya memunculkan
dampak negatif. Seperti perkembangan berita-berita bohong atau hoax yang begitu
cepatnya juga beredar. Masyarakat sekarang menjadi sulit untuk membedakan mana
berita yang palsu atau fake mana
berita yang asli.
Jadi masyarakat bertambah
tugasnya, bukan hanya sekedar membaca berita, tapi juga harus bisa menyaring
dan mengkroscek kebenarannya.
C. Media
pada Masa Trump
Perkembangan media di tanah air
kita tentu sudah sangat baik, meskipun dengan segudang tantangannya. Tapi
ketika kita menyaksikan media di negara Paman Sam, media memasuki fase baru
lagi.
Dimana ketika media akhirnya
seperti dimusuhi oleh pemerintahnya sendiri. Donald Trump menyulut dan bahkan
menyatakan media sebagai musuh masyarakat. Tentu pada masa canggih dan modern
sekarang ini, pemerintah sulit untuk memonopoli atau menguasai kembali
media-media yang ada. Seperti yang terjadi pada masa kelamnya media-media dulu.
Oleh karena tidak bisa lagi
menguasai, maka strategi pemerintah yang bisa diambil adalah dengan membuat
strategi permusuhan. Media diklaim menjadi sumber pemberitaan bohong bagi
masyarakat. Akhirnya dimasyarakat terjadi polarisasi yang cukup signifikan.
Yakni diantara pendukung Trump dan yang bukan. Dimana para pendukung Trump akan
lebih mengakomodir kepentingan Trump. Dan turut mengklaim bahwa media adalah
sumber masalah dan sumber bencana bagi negara mereka.
Padahal jelas-jelas media-media pemberitaan
di Amerika tersebut, seperti CNN, The New York Times, dan beberapa media
internasional lainnya, sudah sering mendapatkan penghargaan tingkat dunia.
Artinya media-media tersebut menjadi media yang paling terpercaya.
Masak pada pemerintahan Trump,
dengan media yang sama, akhirnya mendapatkan cap “fake news”. Sedangkan pada
pemerintahan sebelumnya, media-media tersebut justru menjadi jembatan bagi sang
penguasa untuk memberitakan keberhasilan ataupun kegagalan mereka.
Dari itu semua, apa yang dapat
kita simpulkan? Media dan proses demokrasi tentunya harus bisa berjalan
berbarengan. Supaya bisa mencapai tujuan negara, maka peran media tentu menjadi
sangat sentral.
Dan bagaimana perubahan demi
perubahan yang terjadi pada media, tentunya bisa membuat kita semakin paham
bahwa media di tangan pemerintah, apakah menjadi teman atau malah menjadi musuh
dari sang penguasa.
Penulis adalah pegiat sosial dan
pelayan bagi kemajuan di desa dalam komunitas PESAT
Langganan:
Postingan (Atom)
4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19
(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...

-
Ada banyak hal yang telah kulalui dalam mengisi kemerdekaan bangsa ini. Mulai dari banyaknya kegagalan maupun keberhasilan yang datang ...
-
Mungkin kita perlu belajar dari sikap orang luar, dalam menghargai suatu hal. Entah itu orangnya, entah itu prestasinya bahkan da...
-
Dalam urusan yang tampaknya kecil saja tidak luput dari mata seorang Jokowi. Dimana Senin sore kemarin seperti yang dilansir Komp...