Seharusnya kita bisa belajar dari
sejarah bangsa kita yang ternyata pernah menjadi tuan rumah Asian Games. Diperhelatan
Asian Games ke-4 itu, dimana Indonesia sebagai tuan rumahnya, sukses menjadi
negara pengumpul emas terbanyak ke dua setelah Jepang berada di posisi pertama.
Bahkan tercatat bangsa kita jauh mengungguli India, Korea Selatan, yang
sekarang mereka termasuk raksasa-nya Asian Games.
Padahal dalam sejarah pergulatan
Soekarno di dalam mempersiapkan dengan matang Asian Games tersebut tidaklah
mudah. Sebab di tahun 1962, Asian Games diselenggarakan, Indonesia baru
merengkuh kemerdekaan selama 17 tahun, tercatat kita menjadi negara yang sukses
di dalam menyelenggarakan event 4 tahunan itu.
Tidak mudah sebab gunjang ganjing
politik yang tidak senang kepada kepemimpinan Soekarno pada masa itu,ingin
menjatuhkan Seokarno dengan mencoba menggagalkan pelaksanaan Asian Games
tersebut.
Gelora Bung Karno yang sekarang
kita kenal, sebagai pusat olahraga dan pembinaan atlet pada masa itu, dibangun
dengan mimpi dan modal yang besar. Ditengah-tengah pembangunan pusat olahraga
tersebut, yang direncanakan bisa menampung seratus ribu orang, ternyata
akhirnya dibakar. Tapi Soekarno ternyata tidak patah arang untuk melanjutkan
kembali pembangunannya. Bahkan beliau merangkul arsitek dari Mesir dan beberapa
negara lainnya untuk membangun tempat olah raga tersebut.
Kemudian dari sisi prestasi,
Soekarno ternyata sudah sangat siap di dalam mempersiapkan para atletnya untuk
berjuang. Meskipun dari 13 cabang olah raga yang dipertandingkan, kita berhasil
masuk 2 besar, dengan pemerolehan 77 medali, dengan rincian 21 emas, 26 perak dan
30 perunggu.
Dan yang menjadi hero atau
pahlawan bagi Indonesia saat itu, Sarengat, atlet lari cepat, disamping bisa
memecahkan rekor dunia tercepat dengan hanya menempuh catatan waktu tercepat,
10,4 detik, dia juga bisa menyumbangkan 2 emas bagi Indonesia.
Meskipun dengan benturan yang
terjadi di dalam diri Sarengat tidaklah mudah. Disamping tuntutan untuk
menyelesaikan studi kedokterannya saat itu, dia juga harus memperjuangkan nama
Indonesia di kancah dunia olah raga se-Asia.
Pergulatan Asian Games Sekarang Sisi Pertama
Melihat kondisi sekarang ini
memang tidak mudah untuk mempersiapkan dengan matang pelaksaan Asian Games.
Meskipun hanya dua unsur mayoritas yang harus dipersiapkan, yakni penanganan
dan kesiapan sarana dan prasarana, dan beberapa unsur lainnya, dan yang kedua
adalah sang atlet itu sendiri.
Untuk penyiapan sarana dan
prasarana, baik arus transportasinya sehingga mendukung perpindahan para atlet
dengan cepat, masih mengalami cukup kendala. Maka bisa dikatakan Indonesia
ataupun DKI beruntung waktu itu dipimpin oleh Jokowi-Ahok. Sehingga pembangunan
transportasi massal seperti MRT, LRT sudah dimulai prosesnya. Di dalam
kepemimpinan mereka, melihat bahwa moment Asian Games sebenarnya adalah moment
menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia sudah maju. Terbukti dari transportasi
massal yang digunakan adalah transportasi canggih.
Meskipun pembangunannya belum
sepenuhnya rampung di DKI, sebab DKI terkenal dengan kemacetannya yang parah,
maka pembangunan transportasi massal ini adalah sebuah keharusan bagi
Indonesia. MRT memang tidak terkejar, tapi pembangunan LRT dikejar targetnya
supaya bisa selesai sebelum Asian Games dimulai.
Dan kesiapan LRT baik di Jakarta
maupun di Palembang akhirnya telah dinyatakan siap untuk menopang sepenuhnya
kelancaran perpindahan para atlet untuk menuju area pusat pertandingan.
Situasi politik di DKI dan di
tahun-tahun politik di Indonesia, cukup mempengaruhi kesiapan Indonesia di
dalam mempersiapkan dengan matang olah raga terbesar ini di Asia. Tantangan
penginapan para atlet yang ternyata dihadapkan dengan bau menyengat kali itam
khususnya di Jakarta, dan solusi pemerintahnya untuk menghilangkan bau
tersebut, menjadi bahan candaan di media-media sosial yang ada.
Dengan menutup kali itam tersebut
dengan waring hitam, tentu akan mengundang banyak perhatian bagi para tamu yang
akan datang ke Indonesia. Meskipun diklaim baunya sudah hilang, tapi pertanyaan
demi pertanyaan akan keluar dari mulut para atlet negara lain, kok aneh yah
sungai ditutupi waring semacam itu?
Kemudian bagaimana kubu oposisi
yang mempertanyakan pembangunan LRT di Palembang yang dikatakan sangat over budget, bahkan ada tuduhan bahwa
pemerintah telah melakukan Mark-up
harga. Ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah saat ini.
Dimana seharusnya kita bisa
bersama-sama di dalam menyiapkan seluruh sarana dan prasarana yang akan dipakai
dalam perhelatan olah raga se Asia tersebut. Meskipun demikian keadaannya,
bersyukur pemerintah kita tidak fokus kepada kritikan yang masuk, dan terus mengejar
tahapan target yang harus diselesaikan.
Kedua, Penyiapan Atlet
Meskipun target yang ditetapkan
oleh pemerintah kita kepada para atlet melalui kemenpora, yang harus masuk 10
besar saja, sebenarnya cukup miris bagi kita. Masak di tengah-tengah ratusan
juta penduduk Indonesia, atlet-atlet yang berprestasi dan yang bisa mengangkat
Indonesia masuk ke kancah nomor satu dunia, kok tidak ada.
Bahkan harapan untuk mencapai
target sepuluh besar itu, berasal dari cabang olah raga yang bukan merupakan
murni cabang Olimpiade,melainkan hanya berdasarkan permintaan sebagai tuan
rumah. Seperti pencak silat, paralayang dan beberapa cabang olah raga lainnya.
Maka sebenarnya kita sudah sangat
jauh tertinggal bahkan dari kawasan tingkat regional di Asia Tenggara. Pencapaian
Thailand, Malaysia jauh lebih baik dari pencapaian yang kita peroleh selama
ini. Mengapa kita tidak mencoba memuridkan sebanyak mungkin atlet-atlet muda
yang baru sejak dini?
Dimana para atlet dewasa yang
sudah berprestasi diwajibkan untuk memuridkan orang-orang yang ada disekitarnya
untuk bisa menggantikan dia kelak. Atau bukankah kita sudah punya kementerian
yang mengurus bidang olah raga ini, kenapa tidak fokus untuk melakukan
pendidikan dan pembinaan jauh ke daerah-daerah sana dalam rangka mempersiapkan
atlet muda dan tangguh serta berprestasi.
Kenapa kita tidak melihat upaya
seperti yang dilakukan Yohanes Surya,di dalam menggapai mimpi Indonesia
berprestasi di tingkat dunia dalam dunia pendidikan. Betapa dia langsung terjun
ke daerah-daerah dan bahkan bisa mengangkat orang yang paling tertinggal-pun
dalam pendidikan di bangsa ini, yakni Papua. Beliau berhasil membuat anak Papua
berdiri sama tinggi dengan orang-orang kota dan bahkan berprestasi dan pulang
membawa medali.
Seharusnya ini menjadi garapan
Menpora supaya dengan totalitas penuh bekerja dan menghasilkan ribuan
atlet-atlet muda yang berasal dari daerah. Dan bukannya hanya capek dengan
urusan-urusan administrasi di kemenpora, tanpa melakukan gebrakan dalam dunia
olah raga kita.
Capek dengan urusan atlet tua
yang kini menjelma menjadi pegawai negeri di tubuh kemenpora, karena sistem
atlet kita yang memang tidak jelas masa depannya. Kenapa tidak membuat
regulasi-regulasi yang bisa mendorong para atlet tua tersebut bisa menghasilkan
generasi baru yang akan menggantikannya kelak, dan bukannya sibuk menjadikannya
menjadi tenaga admin di kemenpora itu sendiri.
Artinya membangun sistem yang
jelas kepada para atlet-atlet Indonesia. Dimana ketika akhirya orang muda
meyakini dirinya akan berkiprah di dunia olah raga, maka masa depannya bisa
terjamin. Oleh karena itu tidak mengherankan maka sedikit bibit yang muncul,
sebab mereka tahu, masa depan tidak ada disitu.
Ini harusnya bisa dijawab oleh
bangsa ini,khususnya pemerintah kita. Bukan hanya sibuk untuk urusan kekuasaan
semata, tapi setelah berkuasa hanya bisa duduk-duduk saja di kursi yang empuk
tanpa melakukan sesuatu.
Sebenarnya tidak ada kata
terlambat bagi bangsa ini. Ketika momen Asian Games ini, bisa dikatakan kita
memang belum maksimal untuk dua hal besar ini, baik sarananya maupun atletnya
itu sendiri.
Tapi kedepannya berharap melalui
momen besar seperti Asian Games ini,seharusnya menjadi pelecut bagi kita untuk
menunjukkan kepada dunia, bahwa Indonesia bisa, Indonesia hebat, Indonesia
maju. Seperti yang pernah sudah dialami oleh Korea Selatan, ketika menjadi tuan
rumah yang sama. Kemudian seperti China yang berhasil memukau dunia dengan
persiapan mereka yang sangat spektakuler untuk perhelatan Olimpiade dunia.
Kenapa kita tidak meniru yang demikian?
Apakah Indonesia tidak bisa?
Sangat bisa dan sangat memungkinkan, jika kita serius dan menata semua sistem
dengan sangat baik. Sebab akan percuma jika Indonesia hanya dikenal sebagai
mayoritas berpenduduk terbesar di dunia, tapi tidak menghasilkan orang-orang
yang berprestasi di tingkat dunia. Mari kita menjawabnya.
Theme Song :Bright AS s The Sun
Penulis adalah penggiat sosial
dan pelayan kemasyarakatan di pedesaan dalam wadah PESAT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar