Pernahkah kita melihat
orang-orang yang berlimpah dalam hidupnya? Tentu situasi yang lebih pas adalah
ketika kita bisa melihat hasil suatu pertanian. Dimana sang petani berlimpah
atas buah-buahan yang telah ditanamkan selama ini.
Melimpahnya cabe, melimpahnya
beras, melimpahnya tomat, dan berbagai macam lainnya. Tentu dengan situasi yang
demikian akan sangat mendatangkan sukacita bagi si petani tersebut. Sebab modal
yang selama ini dia keluarkan terbayar sudah dengan hasil yang ia peroleh. Tentunya
bukan hanya modal, pemenuhan hidup sehari-hari tentu akan tercukupkan hingga
beberapa saat kedepan. Bahkan kemungkinan untuk bisa melakukan saving ataupun investasi tentu sangat
bisa.
Itu satu model kelimpahan yang
bisa kita saksikan ataupun sudah kita alami. Kemudian kelimpahan berikutnya
adalah ketika kita bisa berlimpah atas hasil yang dikandung oleh bumi kita
sendiri. Dimana Indonesia sangat kaya akan hasil buminya. Seperti emas di
Timika (Papua), minyak di Rokan (Riau), timah di Belitung, batubara di Sumatera
Selatan.
Dimana hasil tambang untuk ini,
tentu akan sangat membantu bahkan akan menciptakan perekonomian Indonesia semakin kuat, jika Indonesia pintar
di dalam mengelolanya. Makanya tak heran ketika melihat pemerintah kita saat
ini, berupaya mati-matian untuk merengkuh kembali sumber daya bumi kita ini,
yang selama ini dikelola oleh perusahaan asing.
Tapi ketika kita melihat proses
kelimpahan yang terjadi pada contoh diatas, tentu ada satu kunci untuk membuka
kelimpahan itu bisa terjadi dan terealisasi. Dan dengan ‘ini’ tentunya sama
dengan apa yang seharusnya terjadi kepada gereja.
Pernahkah kita melihat gereja
atau jemaat Tuhan pada waktu sekarang
ini, dimana ketika saat membangun gedung gerejanya, sang gembala menyatakan
kepada jemaat supaya berhenti memberikan persembahan?
Mungkin dalam pengalaman kita
sampai saat ini, belum pernah menyaksikan hal yang sedemikian hebatnya terjadi
pada gereja. Ketika dengan sangat bermurah-hatinya para jemaat sehingga apa
yang diberikan kepada gereja berlimpah-limpah.
Kasus yang demikianlah yang
pernah terjadi pada masa-nya Musa, ketika hendak memulai sesuatu hal yang baru,
dan belum pernah terjadi dalam awal sejarah manusia, yakni membangun mezbah
Tuhan dan segala pernak-perniknya.
Dimana butuh keahlian dan
pengertian yang khusus di dalam membangun segala pekerjaan dalam penyiapan
rumah atau mezbah Tuhan tersebut. Butuh keahlian untuk merancang sesuatu dari
emas, perak dan tembaga. Butuh keahlian untuk mengasah batu permata, untuk
mengukir kayu dan untuk bekerja dengan
segala macam pekerjaan yang dirancang itu.
Kemudian di dalam pengerjaan itu,
butuh banyak orang di dalam menyelesaikan pekerjaan yang besar tersebut. Tuhan
memberikan pengertian kepada dua tokoh utama di dalam pengerjaan proyek-nya Tuhan
tersebut, yakni Bezaleel dan Aholiab. Meskipun keahlian mereka tampak sama,
tapi Tuhan juga memberikan kemampuan khusus kepada Aholiab untuk mengajarkan
keahlian yang dia punyai kepada orang-orang.
Sehingga dengan pengajaran itu,
tentunya hal itu merupakan karunia Tuhan semata, maka semakin banyak orang yang
ahli dalam bidang-bidang tertentu dari bagian proyek tersebut. Dan akhirnya
mempercepat terealisasinya proyek ilahi-nya Tuhan.
Tapi hal ini-pun bisa tidak
terjadi, jika seandainya bangsa Israel orang-nya pelit dan tidak mau
mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Sekali lagi untuk bisa mengubah
paradigma pelit tentu dengan ‘pengertian’ mau berbagi dengan Tuhan.
Sebuah ‘pengertian’ yang sama-sama
dicurahkan kepada bangsa Israel. Ketika Tuhan mencurahkan roh Pengertian kepada
Bezaleel dan Aholiab, roh Pengertian yang sama juga dicurahkan untuk bangsa
Israel yang lain, yakni untuk bisa menyiapkan segala perbekalan untuk
menyelesaikan pekerjaan Tuhan tersebut.
Maka akhirnya terjadilah sebuah
gebrakan yang luar biasa, dimana Musa harus mengambil sikap, dan memerintahkan
supaya tidak usah lagi mereka membawa sesuatu untuk dijadikan persembahan khusus
bagi tempat kudusnya Tuhan. Maka kelimpahan terjadi pada masa-nya Musa.
Apakah peristiwa kelimpahan pada
masanya Musa, kemungkinan tidak bisa terjadi pada masa kini? Seharusnya setiap
saat kelimpahan bisa terjadi pada gereja-gerejanya Tuhan. Bukan suatu waktu,
tapi setiap saat akan bisa terjadi proses kelimpahan tersebut. Yakni satu
kuncinya yang harus dimiliki oleh para jemaat-jemaatnya Tuhan, milikilah “pengertian”
itu.
Bagaimana cara untuk bisa
memiliki pengertian tersebut dan akhirnya kita bisa menuai kelimpahan? Pertama,
tentu hal tersebut tidak terlepas dari proses karunia Tuhan yang dilimpahkan
kepada manusia. Artinya ketika Tuhan sudah menaruh pengertian tersebut kepada
kita, sesungguhnya hal itu merupakan anugerah karunia semata-mata.
Dimana ketika Tuhan sudah
mengaruniakan pengertian kepada Bezaleel dan Aholiab, tentunya Tuhan juga akan
memberikan pengertian yang sama atau roh yang sama kepada seorang hamba Tuhan
tersebut. Sehingga akhirnya bisa menyelesaikan maksud dari apa yang Tuhan perintahkan.
Kedua, mengajarkan pengertian
tersebut kepada para jemaat, supaya memiliki hati dan pengertian yang sama,
seperti apa yang dimiliki oleh seorang hamba Tuhan tersebut. Olehnya penting
kecakapan mengajar dan mendidik bagi seorang Hamba Tuhan, supaya jemaat bisa
menangkap dan bahkan melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan.
Seperti yang terjadi kepada
Aholiab, dimana dia bukan hanya membantu pekerjaan Bezaleel sebagai pimpinan
proyek ilahi-nya Tuhan, juga dia harus mengajarkan keahliannya kepada orang
lain.
Ketiga, melibatkan sebanyak
mungkin orang untuk bisa terlibat dalam proyek perkejaan Tuhan. Baik sebagai
pengerja ataupun sebagai jemaat, perlu bergandengan secara bersama-sama,
bersinergi dan bahkan bekerja sama di dalam proses percepatan pembangunan rumah
Tuhan tersebut.
Jadi kesimpulannya milikilah
terlebih dahulu pengertian tersebut, maka bisa dipastikan akan terjadi
kelimpahan bagi rumahnya Tuhan. Disamping itu akan terjadi juga kelimpahan dalam
hidup kita. Sebab dengan ‘pengertian’ akan memampukan kita menggali setiap
potensi dan kemampuan kita yang sebenarnya. Hal itu tentunya akan berdampak
bagi apa yang akan bisa kita dapatkan selanjutnya. Baik berkat secara fisik
ataupun berkat secara non-fisik.
Penulis adalah seorang pelayan
dan pendidik bergabung dalam Komunitas PESAT di Sibolangit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar