Rabu, 18 Mei 2016

Refleksi dari Menjadi Pengawas UN-Ujian Nasional

Daftar Hadir yang penulis dokumentasikan

Aku bersyukur, ternyata aku diberi kesempatan untuk bisa menjadi pengawas Ujian Nasional tingkat SMP di Rayon Sibolangit ini. Tepatnya aku mengawas di SMP Negeri 2 Sibolangit, yang menjadi induk rayon dari beberapa sekolah, yaitu SMP Masehi, SMP Karya Bersama dan SMP LKMD Sembahe. Aku menjadi pengawas bersama dengan 12 orang rekan-rekan yang lain. Yang keseluruhan pengawasnya adalah dari beberapa guru dalam satu rayon tersebut.

Sebenarnya sih, bukan aku kian yang menjadi pengawas. Yang menjadi pengawas adalah Ibu Rosida Barus. Tapi karena suami beliau lagi dirawat di Rumah Sakit, dan ibu tersebut tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai pengawas Ujian Nasional, maka kepala sekolahku, dimana aku mengajar menyuruh aku untuk menggantikan ibu tersebut. Dan meskipun pemanggilan diriku itu untuk menjadi pengawas sangatlah mendadak, tepat di hari pertama ujian, sebelum ujian dimulai.

Yang menjadi bahan refleksi bagi diriku, selama menjadi pengawas ujian adalah bahwa aku menemukan banyak hal yang menarik, dibalik beberapa hari selama aku mengawas. Dihari pertama, aku bisa melihat secara langsung SMP 2 itu bagaimana, guru-gurunya bagaimana, kepala sekolahnya bagaimana, lingkungan belajarnya bagaimana, bahkan ruangan belajar yang menjadi fasilitas belajar mengajar,aku bisa mengetahui secara kasat mata. Yang selama ini, aku hanya bisa melihat dari pinggir jalan sewaktu lewat dari sekolah tersebut.

Aku menemukan bahwa guru-gurunya sangatlah ramah dan terbuka, bahkan kepala sekolahnya juga sangatlah menghormati kami. Beliau selalu membriefing kami ketika sebelum masuk ke kelas untuk mengawas. Ketika menyuruh kami pun beliau selalu meminta dengan penuh rasa hormat dan sangat rendah hati sekali. Itu tampak,ketika ada siswa yang baru mengalami kecelakaan, dimana pengawas , diminta oleh bapak kepala untuk bisa menolong anak tersebut dalam mengisi lembar jawaban yang kan dijawab. Itu terjadi  diruang satu. Sempat kian aku berpikir, seandainya saja itu terjadi di ruang tiga, dimana aku menjadi pengawas beserrta satu temanku lagi, maka akupun akan berpikir, bisakah aku menuruti perintah dari sang Kepsek. Dan memang tugasnya hanyalah sebatas melingkari saja, sesuai dengan jawaban dari mulut si anak tersebut.

Dihari pertama, semua berjalan lancar. Kami membaca secara seksama, seluruh peraturan-peraturan yang ada di berita acara, di lembar Fakta Integritas, serta lembar Absent siswa dan pengawas. Kutemukan peraturan yang cukup baik, bahwa, para pengawas tidak diperkenankan untuk membaca naskah soal UjianNasional. Dan memang dari Pusat-Kementerian, selalu menyediakan 1 sisa naskah dan lembar jawabannya. Di hari pertama, mata pelajaran bahasa Indonesia, kami taat untuk tidak membaca. Tapi di hari kedua, ketiga dan seterusnya, aku gak tahan untuk tidak membaca naskah soalnya. Dimana pelajaran yang diujikan secara berurutuan adalah Matematika, Bahasa Inggris dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Sebenarnya tujuanku gak lain adalah hanya untuk mengetahui seberapa sulit soal-soal yang diujikan kepada anak-anak peserta ujian. Satu yang penting, aku tidak membocorkan jawabannya kepada mereka. Sebab memang soal-soal dari yang diujikan tersebut, masing-masing meja  atau orang berbeda-beda. Meskipun ada kunci jawaban, sepertinya hal itu akan menjadi sia-sia semata.

Jadi menurutku memang dibutuhkan untuk mengadakan Ujian-ujian nasional seperti ini. Asal ini bukan menjadi satu-satunya penentu kelulusan bagi anak-anak. Tapi juga melihat proses dan hasil belajar mereka selama ini didalam kelas. Dan secara teknis, ujian akhir sekolah juga dinilai langsung oleh departemen pendidikan tingkat kabupaten dan bukan sekolah, hal ini juga merupakan metode yang bagus, supaya dinas bisa mengetahui secara langsung hasil pendidikan anak-anak selama ini di sekolah. Seluruh aspek-aspek nilai akan dikumpulkan dan disatukan, untuk menilai apakah anak-anak yang mengikuti ujian tersebut lulus atau gagal.

Dihari kedua, ketiga dan keempat, semuanya berjalan dengan lancar. Tidak ada kecurangan yang kami dapati ketika proses ujian berlangsung. Dan diakhir ujian, ternyata kami semua para pengawas dan seluruh panitia mendapatkan sekedar uang transport dari Negara. Satu hal yang menarik ketika proses penyerahan uang transport tersebut. Kepala sekolah yang langsung turun tangan untuk membagikan kepada kami semua. Sebelum membagikan, beliau berpesan, bahwa uang tersebut kalau bapak yang menerima, harus langsung diberikan kepada istri. Sedang kalau ibu yang menerima, harus diberikan kepada anak-anaknya. Kalau yang lajang menerima hendaknya diberikan kepada orang tua. Supaya berkat-berkat itu terus mengalir kata beliau. Itulah hirarki berkat keuangan menurut beliau. Tapi menurutku pesan beliau bagus juga. Belum pernah selama ini, dalam hidupku, orang berpesan seperti itu, tentang uang atau berkat yang diterima.

Diminggu depan juga, tepatnya ditanggal 16,17 dan 18, akan berlangsung Ujian Nasional untuk anak tingkat Sekolah Dasar (SD). Harapannya juga semua bisa berjalan dengan lancar dan aman, dan terlebih-lebih tidak terjadi kecurangan-kecurangan. Harapannya pendidikan di Indonesia ini bisa semakin lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...