Sumber Gambar : www.radar-karawang.com
Tepat kemarin, sehari sebelum
menjelang lebaran, telah terjadi ledakan di Kota Surakarta, Solo. Tepatnya
terjadi di Gedung Mapolda, dimana berkumpulnya para polisi-polisi kita. Entah
apa motif dibalik penyerangan bom bunuh diri si kawan itu. Tapi yang jelas dia
ingin buat terror di Negara kita tercinta ini. Ingin merusak yang namanya
kedamaian dan keamanan yang terus berlangsung di Negara kita. Untungnya,
penyerangan si kawan itu, hanya menelan korban satu jiwa saja,yaitu sang
pelakunya. Dan juga satu orang provost kita yang telah mengantisipasi kejadian
tersebut. Sang polisi yang berani itu hanya sedikit mengalami luka-luka, dan
tidak menyebabkan kematian.
Melihat kejadian ini, Bapak
Presiden kita, Bapak Kapolri, Bapak Gubernur dan Bapak Walikota langsung angkat
bicara tentang bom bunuh diri ini. Dan terus mengingatkan supaya kita
berhati-hati, tetap menjaga keamanan dan tidak menjadi takut kepada mereka sang
terrorist.
Melihat dari banyak pelaku yang sudah-sudah,
ternyata kebanyakan sang pelaku adalah orang-orang lokal. Orang-orang dalam
dari Negara tersebut yang memang sudah dicuci otaknya dengan berbagai
filsafat-filsafat yang mengatasnamakan pembelaan agama tertentu. Seperti
melakukan perbuatan-perbuatan terror dengan melakukan pemboman.
Kenapa harus dihari besar
tindakan terorisme itu dilakukan? Tampak memang Sang teroris sudah betul-betul
mati akal atau memiliki gagal paham. Harapannya tindakannya itu bisa membuat
Indonesia betul-betul kacau. Tapi ternyata kita aman-aman saja. Masih ingat
dengan pemboman yang sewaktu di jalan Thamrin-Jakarta. Masyarakat menggalang
kekuatan hati dengan mengkampanyekan slogan “Kami tidak takut”. Ini adalah
suatu bentuk tekad bahwa kita menolak yang namanya terror kekerasan dengan menghilangkan nyawa sendiri atau orang lain.
Ketertarikanku juga untuk
menuliskan artikel ini, tak terlepas dari setelah menonton Bioskop TransTv yang
menayangkan film tentang rasisme dan terorisme, yaitu My Name is Khan. Seorang
muslim yang taat yang bernama ‘Khan’ ingin membuktikan bahwa ia bukanlah
teroris yang menurut warga Amerika pada saat itu bahwa penganut agama Islam
adalah teroris. Klimaks dari ceritanya dimulai ketika anaknya meninggal karena
dibunuh tanpa sengaja, hanya karena masalah ketidakpenerimaan warga asli
kepadanya dan menyatakan bahwa ia adalah teroris. Dan akhirnya ia berhasil
menyatakan pendapatnya didepan khalayak warga Amerika dan bahkan didepan Sang
Presiden Amerika Kulit Hitam pertama yang baru dilantik ketika itu.
Penayangan film ini, pas ketika
akan menjelang hari Ramadan besoknya. Untuk mendorong supaya tindakan teror
tidak lagi dilakukan karena adanya penyimpangan paham-paham radikalisme dan
kekerasan. Yang menghalalkan segala cara agar tujuan mereka tercapai. Yang
menyatakan bahwa tindakan bom bunuh diri itu merupakan tindakan mati Syahid.
Apa Solusinya…
Baru-baru ini, Deputi II Badan
Nasioanal Penanggulan Terorisme (BNPT) mengemukakan bahwa kontra Ideologi
menjadi salah upaya penting dalam menanggulangi ancaman terorisme di Indonesia,
dan hal ini harus terus dilakukan agar komunitas radikal bisa memahami ajaran
Islam secara benar. Untuk penegakan hukum masih belum maksimal keberhasilannya,
dikarenakan masih banyak kasus-kasus teror yang terjadi.
Jadi pemahaman yang salah harus
dilakukan dengan memberikan pemahaman yang benar . Sebab tindakan teror
ini sudah masuk ke tahap alam bawah
sadar individu calon-calon teroris masing-masing. Karena memang sudah sejak
kecil atau muda, dipahamkan dengan nilai-nilai kebenaran ajaran yang salah, dan
itu terjadi dalam waktu yang sudah lama dan berkelanjutan. Sehingga kemungkinan
akan sulit untuk bisa mengubah pemikiran alam bawah sadar yang sudah salah
tersebut. Meskipun ini akan memakan waktu yang lama dalam mengubah pandangan yang
salah ini, tapi tidak salah untuk mencoba dengan pelan-pelan dengan memberikan
pemahaman yang benar lagi kepada mereka.
Solusi berikutnya adalah kembali
kepada keluarga. Sebab pemberian pemahamanan yang benar itu bisa terjadi jika
dikomunikasikan dalam keluarga. Keluarga yang baik pasti menghasilkan keturunan
yang baik, dan memiliki sikap yang baik juga. Jadi para ayah harus menjadi ayah
yang sesungguhnya. Hadir bagi anak-anaknya serta memberikan pengajaran yang
baik dan bahkan teladan yang baik bagi mereka.
Sehingga apapun ketika indoktrinasi yang salah kepada anak kita ketika ia
bergaul diluar, tidak akan mampan masuk, sebab dia sudah memilki pegangan dan
panutan yang benar sebelumnya.
Mari keluarga-keluarga di
Indonesia menciptakan kedamaian dan keamanan. Sebab ditangan keluargalah juga
solusi atas permasalahan bangsa kita termasuk masalah terorisme. Kalau kita
terus mengandalkan aparat pemerintah,dan mengatakan bahwa ini hanyalah tugas
mereka semata, tentulah mereka tidak bisa. Perlu adanya sinergi yang baik
antara keluarga-keluarga di Indonesia dengan pemerintah.
Dan disaat momen Berkah Ramadan
ini juga, keluarga kita semakin intim lagi kehangatannya. Ada proses saling
memaafkan dan saling mengasihi satu sama lain. Dan yang diharapkan yang
terutama terjadi adalah perubahan karakter yang semakin lebih baik lagi. Sebab
itu sudah dilatih ketika masa-masa puasa yang sudah dikerjakan selama tiga
puluh hari. Dan bukan hanya sekedar menahan rasa lapar dan haus, tapi ada
sesuatu hal yang akan diraih setelahnya, yaitu keimanan yang lebih baik yang
ditunjukkan dengan adanya perubahan karakter Ilahi di dalam keluarga lepas
keluarga yang ada di Indonesia tercinta ini.
Ditulis oleh Rinto F.
Simorangkir-Sang Pendidik dan Entrepreneur Sejati di Yayasan PESAT, serta
Pemerhati masalah sosial. Pertanggal 6 Juli 2016 di Sibolangit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar