Senin, 06 Agustus 2018

Asian Games dan Kemajuan Indonesia



Seharusnya kita bisa belajar dari sejarah bangsa kita yang ternyata pernah menjadi tuan rumah Asian Games. Diperhelatan Asian Games ke-4 itu, dimana Indonesia sebagai tuan rumahnya, sukses menjadi negara pengumpul emas terbanyak ke dua setelah Jepang berada di posisi pertama. Bahkan tercatat bangsa kita jauh mengungguli India, Korea Selatan, yang sekarang mereka termasuk raksasa-nya Asian Games. 

Padahal dalam sejarah pergulatan Soekarno di dalam mempersiapkan dengan matang Asian Games tersebut tidaklah mudah. Sebab di tahun 1962, Asian Games diselenggarakan, Indonesia baru merengkuh kemerdekaan selama 17 tahun, tercatat kita menjadi negara yang sukses di dalam menyelenggarakan event 4 tahunan itu.

Tidak mudah sebab gunjang ganjing politik yang tidak senang kepada kepemimpinan Soekarno pada masa itu,ingin menjatuhkan Seokarno dengan mencoba menggagalkan pelaksanaan Asian Games tersebut.

Gelora Bung Karno yang sekarang kita kenal, sebagai pusat olahraga dan pembinaan atlet pada masa itu, dibangun dengan mimpi dan modal yang besar. Ditengah-tengah pembangunan pusat olahraga tersebut, yang direncanakan bisa menampung seratus ribu orang, ternyata akhirnya dibakar. Tapi Soekarno ternyata tidak patah arang untuk melanjutkan kembali pembangunannya. Bahkan beliau merangkul arsitek dari Mesir dan beberapa negara lainnya untuk membangun tempat olah raga tersebut.

Kemudian dari sisi prestasi, Soekarno ternyata sudah sangat siap di dalam mempersiapkan para atletnya untuk berjuang. Meskipun dari 13 cabang olah raga yang dipertandingkan, kita berhasil masuk 2 besar, dengan pemerolehan 77 medali, dengan rincian 21 emas, 26 perak dan 30 perunggu.

Dan yang menjadi hero atau pahlawan bagi Indonesia saat itu, Sarengat, atlet lari cepat, disamping bisa memecahkan rekor dunia tercepat dengan hanya menempuh catatan waktu tercepat, 10,4 detik, dia juga bisa menyumbangkan 2 emas bagi Indonesia.

Meskipun dengan benturan yang terjadi di dalam diri Sarengat tidaklah mudah. Disamping tuntutan untuk menyelesaikan studi kedokterannya saat itu, dia juga harus memperjuangkan nama Indonesia di kancah dunia olah raga se-Asia.

Pergulatan Asian Games Sekarang Sisi Pertama

Melihat kondisi sekarang ini memang tidak mudah untuk mempersiapkan dengan matang pelaksaan Asian Games. Meskipun hanya dua unsur mayoritas yang harus dipersiapkan, yakni penanganan dan kesiapan sarana dan prasarana, dan beberapa unsur lainnya, dan yang kedua adalah sang atlet itu sendiri.



Untuk penyiapan sarana dan prasarana, baik arus transportasinya sehingga mendukung perpindahan para atlet dengan cepat, masih mengalami cukup kendala. Maka bisa dikatakan Indonesia ataupun DKI beruntung waktu itu dipimpin oleh Jokowi-Ahok. Sehingga pembangunan transportasi massal seperti MRT, LRT sudah dimulai prosesnya. Di dalam kepemimpinan mereka, melihat bahwa moment Asian Games sebenarnya adalah moment menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia sudah maju. Terbukti dari transportasi massal yang digunakan adalah transportasi canggih.

Meskipun pembangunannya belum sepenuhnya rampung di DKI, sebab DKI terkenal dengan kemacetannya yang parah, maka pembangunan transportasi massal ini adalah sebuah keharusan bagi Indonesia. MRT memang tidak terkejar, tapi pembangunan LRT dikejar targetnya supaya bisa selesai sebelum Asian Games dimulai.

Dan kesiapan LRT baik di Jakarta maupun di Palembang akhirnya telah dinyatakan siap untuk menopang sepenuhnya kelancaran perpindahan para atlet untuk menuju area pusat pertandingan.

Situasi politik di DKI dan di tahun-tahun politik di Indonesia, cukup mempengaruhi kesiapan Indonesia di dalam mempersiapkan dengan matang olah raga terbesar ini di Asia. Tantangan penginapan para atlet yang ternyata dihadapkan dengan bau menyengat kali itam khususnya di Jakarta, dan solusi pemerintahnya untuk menghilangkan bau tersebut, menjadi bahan candaan di media-media sosial yang ada.

Dengan menutup kali itam tersebut dengan waring hitam, tentu akan mengundang banyak perhatian bagi para tamu yang akan datang ke Indonesia. Meskipun diklaim baunya sudah hilang, tapi pertanyaan demi pertanyaan akan keluar dari mulut para atlet negara lain, kok aneh yah sungai ditutupi waring semacam itu?   

Kemudian bagaimana kubu oposisi yang mempertanyakan pembangunan LRT di Palembang yang dikatakan sangat over budget, bahkan ada tuduhan bahwa pemerintah telah melakukan Mark-up harga. Ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah saat ini.  

Dimana seharusnya kita bisa bersama-sama di dalam menyiapkan seluruh sarana dan prasarana yang akan dipakai dalam perhelatan olah raga se Asia tersebut. Meskipun demikian keadaannya, bersyukur pemerintah kita tidak fokus kepada kritikan yang masuk, dan terus mengejar tahapan target yang harus diselesaikan.

Kedua, Penyiapan Atlet

Meskipun target yang ditetapkan oleh pemerintah kita kepada para atlet melalui kemenpora, yang harus masuk 10 besar saja, sebenarnya cukup miris bagi kita. Masak di tengah-tengah ratusan juta penduduk Indonesia, atlet-atlet yang berprestasi dan yang bisa mengangkat Indonesia masuk ke kancah nomor satu dunia, kok tidak ada.

Bahkan harapan untuk mencapai target sepuluh besar itu, berasal dari cabang olah raga yang bukan merupakan murni cabang Olimpiade,melainkan hanya berdasarkan permintaan sebagai tuan rumah. Seperti pencak silat, paralayang dan beberapa cabang olah raga lainnya.

Maka sebenarnya kita sudah sangat jauh tertinggal bahkan dari kawasan tingkat regional di Asia Tenggara. Pencapaian Thailand, Malaysia jauh lebih baik dari pencapaian yang kita peroleh selama ini. Mengapa kita tidak mencoba memuridkan sebanyak mungkin atlet-atlet muda yang baru sejak dini?

Dimana para atlet dewasa yang sudah berprestasi diwajibkan untuk memuridkan orang-orang yang ada disekitarnya untuk bisa menggantikan dia kelak. Atau bukankah kita sudah punya kementerian yang mengurus bidang olah raga ini, kenapa tidak fokus untuk melakukan pendidikan dan pembinaan jauh ke daerah-daerah sana dalam rangka mempersiapkan atlet muda dan tangguh serta berprestasi.

Kenapa kita tidak melihat upaya seperti yang dilakukan Yohanes Surya,di dalam menggapai mimpi Indonesia berprestasi di tingkat dunia dalam dunia pendidikan. Betapa dia langsung terjun ke daerah-daerah dan bahkan bisa mengangkat orang yang paling tertinggal-pun dalam pendidikan di bangsa ini, yakni Papua. Beliau berhasil membuat anak Papua berdiri sama tinggi dengan orang-orang kota dan bahkan berprestasi dan pulang membawa medali. 

Seharusnya ini menjadi garapan Menpora supaya dengan totalitas penuh bekerja dan menghasilkan ribuan atlet-atlet muda yang berasal dari daerah. Dan bukannya hanya capek dengan urusan-urusan administrasi di kemenpora, tanpa melakukan gebrakan dalam dunia olah raga kita.

Capek dengan urusan atlet tua yang kini menjelma menjadi pegawai negeri di tubuh kemenpora, karena sistem atlet kita yang memang tidak jelas masa depannya. Kenapa tidak membuat regulasi-regulasi yang bisa mendorong para atlet tua tersebut bisa menghasilkan generasi baru yang akan menggantikannya kelak, dan bukannya sibuk menjadikannya menjadi tenaga admin di kemenpora itu sendiri.

Artinya membangun sistem yang jelas kepada para atlet-atlet Indonesia. Dimana ketika akhirya orang muda meyakini dirinya akan berkiprah di dunia olah raga, maka masa depannya bisa terjamin. Oleh karena itu tidak mengherankan maka sedikit bibit yang muncul, sebab mereka tahu, masa depan tidak ada disitu.

Ini harusnya bisa dijawab oleh bangsa ini,khususnya pemerintah kita. Bukan hanya sibuk untuk urusan kekuasaan semata, tapi setelah berkuasa hanya bisa duduk-duduk saja di kursi yang empuk tanpa melakukan sesuatu.

Sebenarnya tidak ada kata terlambat bagi bangsa ini. Ketika momen Asian Games ini, bisa dikatakan kita memang belum maksimal untuk dua hal besar ini, baik sarananya maupun atletnya itu sendiri.


Tapi kedepannya berharap melalui momen besar seperti Asian Games ini,seharusnya menjadi pelecut bagi kita untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa Indonesia bisa, Indonesia hebat, Indonesia maju. Seperti yang pernah sudah dialami oleh Korea Selatan, ketika menjadi tuan rumah yang sama. Kemudian seperti China yang berhasil memukau dunia dengan persiapan mereka yang sangat spektakuler untuk perhelatan Olimpiade dunia. Kenapa kita tidak meniru yang demikian?  

Apakah Indonesia tidak bisa? Sangat bisa dan sangat memungkinkan, jika kita serius dan menata semua sistem dengan sangat baik. Sebab akan percuma jika Indonesia hanya dikenal sebagai mayoritas berpenduduk terbesar di dunia, tapi tidak menghasilkan orang-orang yang berprestasi di tingkat dunia. Mari kita menjawabnya.   


 Theme Song :Bright AS s The Sun

Penulis adalah penggiat sosial dan pelayan kemasyarakatan di pedesaan dalam wadah PESAT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...