Rabu, 01 Agustus 2018

Media di Mata dan Tangan Para Penguasa


 
Kata demokrasi sesungguhnya menjadi kata yang sangat pentng di dalam menentukan arah dan perjuangan suatu bangsa akan menuju kemana. Sebab dengan demokrasi kita bisa menentukan siapa penguasa ataupun pemimpin kita, siapa orang yang akan bisa membuat perubahan dengan segala keputusan-keputusannya. 

Meskipun demokrasi bukanlah segala-galanya bagi negara yang memang menganut sistem monarki atau kerajaan. Dimana bagi negara yang menganut sistem kerajaan, maka demokrasi tidak dibutuhkan, sebab masyarakat sudah tahu siapa yang menjadi pemimpin selanjutnya, yakni sang pangeran dari raja tersebut.  

Dengan sistem demokrasi, bagi sebagian besar negara-negara yang tidak menganut sistem monarki, bisa dengan cepat menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin di dalam suatu bangsa.  
Penguasa ataupun pemimpin tentu menjadi alat bagi demokrasi tersebut di dalam mencapai tujuan dari cita-cita yang sudah ditetapkan jauh sebelumnya oleh para founding father negara tersebut. Di negara Indonesia, maka Soekarno-Hatta bersama para pejuang lainnya tentu menjadi para pendiri dari negara kita.

Olehnya  juga maka masyarakat seharusnya menjadi subjek atau pelaku dari demokrasi tersebut.Tetapi untuk bisa menjembatani antara penguasa dan rakyat perlu adanya media. Dengan media maka pemerintah bisa mensosialisasikan segala pencapaian yang sudah dihasilkan atau diperoleh selama ini.

Dan dengan pemberitaan dari media tersebut tentunya masyarakat bisa mengetahui dan menilai apakah pemimpin mereka berhasil atau tidak.  Apakah pemmpin mereka sudah berjalan di dalam track atau jalur yang telah ditetapkan atau tidak?

Ketika gagal ataupun berhasil, maka dengan itu masyarakat bisa memutuskan apakah melanjutkan atau memberhentikan si penguasa tersebut memimpin dan berkuasa. Maka peran media sesungguhnya menjadi sangat sentral di dalam proses demokrasi di suatu bangsa.

Mari melihat sejenak media di mata dan tangan para penguasa berikut. Berkaca dan mencoba membandingkan apakah media di tangan mereka menjadi mitra atau malah menjadi musuh. Kemudian apakah menjadi alat untuk memanipulasi atau alat untuk menyampaikan data atau fakta yang sebenarnya?
A.    
  Media pada Masa Soeharto

Tentu kita tidak lupa bagaimana Soeharto begitu dan sangat menguasai Media komunikasi. Bahkan untuk memfasilitasi media atau lebih tepatnya mengontrol dengan sedemikian rupa, Soeharto membentuk sebuah kementerian yang bernama Kementerian Penerangan, yang waktu itu dijabat oleh Harmoko.

Dimana dengan kuasa di tangan mereka, segala informasi dan segala berita yang berkembang di masyarakat tidak boleh lepas dari kontrol kementerian tersebut. Segalanya harus dikomunikasikan kepada mereka.

Bahkan ketika mengetahui adanya penyimpangan sekalipun, berita-berita yang dimuat pastinya sudah dimanipulasi. Olehnya media menjadi alat bagi Soeharto di dalam mengkampanyekan keberhasilannya yang tampak semu seolah-olah menjadi realita yang sebenarnya.

Meskipun ada riak-riak yang memperjuangkan bahwa media tidak boleh dikontrol sepenuhnya oleh pemerintah, tapi para pejuang tersebut mendapatkan banyak tekanan dan bahkan dipenjarakan tanpa adanya pembelaan sedikitpun.

Pemerintah tampak begitu sangat represif di dalam mengkomunikasikan dan menjalankan sistem pemerintahannya. Tentunya masa ini menjadi masa kelam bagi media. Dan sudah menjadi bahagian dari sejarah bangsa kita. 

B.      Media pada Masa SBY- Jokowi (Masa Reformasi)

Media pada masa SBY-Jokowi, menjadi masa yang baru bagi media. Sebab media sudah lepas dari kungkungan para penguasa. Media bisa merayakan hari kebebasan pers. Bebas untuk menyampaikan kritik ataupun pujian yang tentunya berdasarkan realita yang ada.

Bahkan pada masa SBY, media menjadi alat kampanye bagi SBY di dalam pencitraan keberhasilan pemerintahannya pada waktu lalu. Di awal-awal pemerintahan SBY, media seakan-akan menjadi media darling bagi SBY.

Kemudian media terus menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan. Media mulai mendapatkan perlindungan dengan payung hukum yang jelas supaya para awak media bisa tenang di dalam mengerjakan tugas jurnalistik mereka.

Pada masa Jokowi, media juga mendapatkan perlakuan yang sama seperti pada masanya SBY dulu. Bahkan lebih berkembang lagi. Sebab masyarakat bukan hanya bisa menikmati media-media cetak, sekarang akses untuk mendapatkan informasi jauh lebih cepat dan jauh lebih massif.

Meskipun akhirnya memunculkan dampak negatif. Seperti perkembangan berita-berita bohong atau hoax yang begitu cepatnya juga beredar. Masyarakat sekarang menjadi sulit untuk membedakan mana berita yang palsu atau fake mana berita yang asli.

Jadi masyarakat bertambah tugasnya, bukan hanya sekedar membaca berita, tapi juga harus bisa menyaring dan mengkroscek kebenarannya.    

C.      Media pada Masa Trump  

Perkembangan media di tanah air kita tentu sudah sangat baik, meskipun dengan segudang tantangannya. Tapi ketika kita menyaksikan media di negara Paman Sam, media memasuki fase baru lagi.

Dimana ketika media akhirnya seperti dimusuhi oleh pemerintahnya sendiri. Donald Trump menyulut dan bahkan menyatakan media sebagai musuh masyarakat. Tentu pada masa canggih dan modern sekarang ini, pemerintah sulit untuk memonopoli atau menguasai kembali media-media yang ada. Seperti yang terjadi pada masa kelamnya media-media dulu.

Oleh karena tidak bisa lagi menguasai, maka strategi pemerintah yang bisa diambil adalah dengan membuat strategi permusuhan. Media diklaim menjadi sumber pemberitaan bohong bagi masyarakat. Akhirnya dimasyarakat terjadi polarisasi yang cukup signifikan. Yakni diantara pendukung Trump dan yang bukan. Dimana para pendukung Trump akan lebih mengakomodir kepentingan Trump. Dan turut mengklaim bahwa media adalah sumber masalah dan sumber bencana bagi negara mereka.

Padahal jelas-jelas media-media pemberitaan di Amerika tersebut, seperti CNN, The New York Times, dan beberapa media internasional lainnya, sudah sering mendapatkan penghargaan tingkat dunia. Artinya media-media tersebut menjadi media yang paling terpercaya.

Masak pada pemerintahan Trump, dengan media yang sama, akhirnya mendapatkan cap “fake news”. Sedangkan pada pemerintahan sebelumnya, media-media tersebut justru menjadi jembatan bagi sang penguasa untuk memberitakan keberhasilan ataupun kegagalan mereka.

Dari itu semua, apa yang dapat kita simpulkan? Media dan proses demokrasi tentunya harus bisa berjalan berbarengan. Supaya bisa mencapai tujuan negara, maka peran media tentu menjadi sangat sentral.

Dan bagaimana perubahan demi perubahan yang terjadi pada media, tentunya bisa membuat kita semakin paham bahwa media di tangan pemerintah, apakah menjadi teman atau malah menjadi musuh dari sang penguasa. 

Penulis adalah pegiat sosial dan pelayan bagi kemajuan di desa dalam komunitas PESAT

1 komentar:




  1. Saya selalu berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan peminjam yang meminjamkan uang tanpa membayar terlebih dahulu.

    Jika Anda mencari pinjaman, perusahaan ini adalah semua yang Anda butuhkan. setiap perusahaan yang meminta Anda untuk biaya pendaftaran lari dari mereka.

    saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah SUZAN INVESTMENT COMPANY. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir Rp35 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.

    Pembayaran yang fleksibel,
    Suku bunga rendah,
    Layanan berkualitas,
    Komisi Tinggi jika Anda memperkenalkan pelanggan

    Hubungi perusahaan: (Suzaninvestment@gmail.com)

    Email pribadi saya: (Ammisha1213@gmail.com)

    BalasHapus

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...