Masalah dunia pendidikan di
bangsa ini, sekarang masih cukup pelik untuk bisa dituntaskan satu per satu.
Dimulai dari tidak meratanya
ketersediaan fasilitas sekolah yang bisa dijangkau oleh anak-anak
Indonesia hingga persebaran guru-guru di seluruh wilayah Indonesia. Boleh
dikatakan masih sangat timpang. Ketimpangan itu bisa dilihat, dari lebih
banyaknya para guru yang lebih memilih berkarir di perkotaan, tempat yang
nyaman, dan bukan di pedesaan, atau daerah terpencil yang pengaksesannya pun
mungkin sangat sulit.
Oleh karena itu, pemerintah,
berusaha untuk bisa menyelesaikan masalah ketiadaan guru di daerah-daerah
pedalaman, dengan melakukan banyak program kebijakan. Mulai dari merekrut
guru-guru secara langsung dengan iming-iming memberikan status PNS kepadanya,
hingga melibatkan dunia kampus keguruan, dengan membuat program semacam
Indonesia Mengajar yakni SM3T. Meskipun limitasinya keberadaan para guru
nantinya di daerah tersebut sangat singkat yakni hanya satu tahun saja.
Bukan hanya pemerintah, pihak
swasta-pun, seperti yayasan-yayasan yang ada ikut bersumbangsih untuk bisa
mengentaskan masalah pendidikan di tanah air ini.
Masalah yang lain juga muncul,
yakni pada tataran teknis ataupun proses pendidikan yang sedang dikerjakan atau
diberlakukan dalam dunia pendidikan kita. Seperti adanya perubahan-perubahan
kurikulum, pengimplementasian kurikulum hingga ke daerah terpelosok, maupun
kemampuan guru dalam melaksanakan kurikulum-kurikulum tersebut.
Digitalisasi dunia pendidikan kita.
Kata digital itu sendiri menurut
KBBI secara online, adalah berhubungan dengan angka-angka untuk sistem
perhitungan tertentu; berhubungan dengan penomoran. Sedangkan kata digitalisasi
proses pemberian atau pemakaian sistem digital. Jadi digitalisasi dunia
pendidikan kita adalah suatu proses pemakaian sistem digital dalam penyampaian
materi-materi ajarnya.
Melihat perkembangan penggunaan
dunia internet juga semakin massif di bangsa ini. Berdasarkan survei yang dilakukan
disepanjang tahun 2016 oleh Asosiasi
Penyeleggara Internet Indonesia (APJII) mengungkap bahwa lebih dari
setengah penduduk Indonesia kini telah terhubung ke internet. Diperkirakan
penduduk Indonesia yang sebanyak 256,2 juta orang itu, ada sebanyak 132,7 juta
orang yang menjadi pengguna aktif internet tersebut. Seperti yang dilansir oleh
Kompas pada rubric tekno, pada tanggal 24 Oktober 2016 lalu.
Percepatan akses kemudahan
pendidikan melalui digital, diharapkan akan bisa menyelesaikan masalah ketidakmerataan
pendidikan di bangsa ini. Sebab akses masyarakat Indonesia yang besar dan
hampir lebih dari lima puluh persen adalah pengguna aktif dari media internet,
merupakan modal utama dalam penyelesaian masalah pendidikan tersebut. Itu
artinya para pengguna tersebut tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Berharap bukan hanya bidang e-commerce saja yang berhasil
memanfaatkan potensi luar biasa dari pengguna aktif internet. Melainkan
bidang-bidang lain juga untuk bisa lebih memanfaatkan hal ini, terutama dalam
dunia pendidikan.
Menurut CEO Ruangguru, Adama
Belva Devara, ketika punya kesempatan bertemu dengan Bapak Jokowi, pada hari
Peringatan Sumpah Pemuda (28/10) di Istana Merdeka. Dia menyatakan bahwa Indonesia
membutuhkan 128 tahun untuk bisa mengejar ketertinggalan pendidikan kita dari
Negara-negara maju. Dan untuk bisa mengejar ketertinggalan itu, teknologilah
menjadi jawabannya.
Dalam mengejar ketertinggalan
itu, dengan pemanfaatan teknologi, beliau sudah mengembangkan suatu aplikasi
yang bernama ‘Ruang Belajar’. Dimana para siswa di seluruh Indonesia bisa
mengakses materi pelajaran dengan menonton video ataupun animasi pembelajaran,
dan materi-materi ajar lainnya secara gratis. Yang semuanya itu dibawah naungan
lembaga “Ruang Guru”. Dan menurut
pengakuan beliau, bahwa siswa yang sudah bergabung disana berkisar empat juta
anak dan 150.000 orang guru.
Bersyukur aku bisa dilibatkan
untuk bisa menjadi salah satu guru didialamnya.
Ini menjadi pengalaman pertamaku, mengajar dengan sistem online dan real
time. Ada diskusi antara guru dengan siswanya secara langsung. Kebetulan yang
kutangani adalah grup peseta Paket C. Dimana orang-orang yang ada disana adalah
mereka-mereka yang belum lulus ujian nasional di tingkat SMA dan sedang bergiat
untuk bisa lulus uji test nasional tersebut.
Grup yang kutangani dengan
menggungakan faslitas Whatsapp, berkisar 15-20 orang saja. Supaya bisa maksimal
dalam penanganannya ataupun sistem pembelajarannya. Bersama dengan seorang
fasilitator, dan mungkin pemerhati langsung dari ruang guru itu sendiri.
Ketika adanya kesempatan baik
ini, akupun berkesempatan untuk bisa belajar lagi tentang materi-materi yang
akan disampaikan. Meskipun pertemuannya hanya sekali seminggu dengan durasi
waktu dua jam selama pembelajarannya, ternyata butuh waktu lagi bagi diriku
untuk kembali membahas soal-soal UN dari tahun ke tahun. Sebab dalam
keseharianku, untuk hal-hal ini belum atau jarang kulakukan-meng-upgrade diri
sendiri dalam berbahasa inggris, meskipun aku adalah jebolan jurusan ini.
Sebab karena ini masih perdana,
aku belum bisa melihat signifikan secara langsung hasilnya. Baik itu pemahaman
mereka tentang materi-materi yang diajarkan secara langsung. Dan akhirnya, itu
semuanya terbayar ketika mereka bisa lulus ujian nasional paket C.
Tapi ketika aku bisa
mengevaluasi, ternyata dalam satu grup tersebut, masih banyak yang belum aktif
berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Mereka
cenderung untuk memilih menjadi silent
reader. Tapi materi-materi yang kusampaikan dipastikan akan tetap berada
disitu dan menjadi riwayat pembelajaran kami tentunya. Ketika ada waktu bisa
dilihat dan ketika ada pertanyaan, bisa ditanyakan, meskipun itu bukan pada
jadwalnya.
![]() |
contoh ilustrasi pembelajaran (Ruangguru.com) |
Dan mungkin masih banyak
aplikasi-aplikasi lainnya, yang mungkin sudah tersebar dan tentunya bisa
dimanfaatkan oleh para anak didik kita. Yang semuanya aplikasi tersebut bisa
ditemukan dan digunakan dengan gawai yang dipunyai tentunya.
Butuh lebih banyak perhatian
maupun dukungan dari pemerintah secara serius untuk bisa mensukseskan program
digitalisasi dunia pendidikan kita. Sebab masih banyak kekurangan-kekurangan
dari aplikasi-aplikasi tersebut ketika akan diterapkan langsung ke masyarakat.
Dengan adanya perhatian yang
serius dari pemerintah, maka diharapkan banyak pengembang aplikasi pembelajaran
edukatif, bisa tertolong dalam lebih menyempurnakan lagi aplikasinya tersebut.
Sebab ketika aplikasi tersebut berkualitas, dipastikan akan menghasilkan lebih
banyak manfaat, bukan hanya bagi para peserta, kualitas pendidikan kita juga
dipastikan akan semakin lebih baik lagi.
Penulis adalah pemerhati sosial
dan pengajar di STAK Terpadu PESAT Cabang Sibolangit. Bisa dihubungin melalui
email : morangkir84@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar