Catatanku di hari Rabu, 5 Oktober 2016
Sumber : daerah.sindonews.com
Kasus tertangkapnya Kanjeng Dimas
Taat Pribadi dari Probolinggo, merupakan salah satu kasus dari berbagai macam
kasus yang serupa yang pernah terjadi. Alih-alih dianggap memiliki kekuatan
sakti yang katanya bisa mengadakan bukan menggandakan uang, hanya dengan
menyentuhkan tangan semata kepada gepokan-gepokan kertas biasa. Dan setelah
dijamah, kertas-kertas tersebut berubah menjadi uang benaran.
Kemudian juga dengan mengambil
sejumlah tanah pada suatu wadah, ketika menuangkan minyak yang disediakan oleh
pihak Kanjeng Dimas. Maka katanya tanah tersebut juga akan mengeluarkan
sejumlah barang-barang berharga. Bisa berupa perhiasan seperti emas atau perak,
dan banyak hal-hal lainnya. Yang tentunya untuk mendapatkan minyak tersebut
harus mengeluarkan sejumlah mahar yang tentunya tidak sedikit. Sang Kangjen
juga membuat banyak inovasi dalam
bisnisnya tersebut supaya banyak orang-orang menjadi percaya dan akhirnya
mengakui bahwa dia memang adalah orang yang betul-betul sakti. Yang mampu
melakukan hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Tapi akhirnya beliau ditangkap
oleh Kepolisian Negara Indonesia tercinta ini. Dengan awal tuduhan kepadanya
adalah telah melakukan pembunuhan terhadap anggotanya yang telah
menghianatinya. Kemudian kasusnya semakin berkembang lagi, menjadi kasus
penipuan. Penting untuk dipertanyakan, dimanakah kesaktian beliau. Benarkah dia
memiliki kesaktian tertentu. Masih berupa tanda Tanya besar. Sebab uang-uang
yang pernah diubahkannya, sampai saat ini belum pernah dipublikasikan oleh
pihak yang berwenang apakah uang itu asli atau palsu.
Dan Kanjeng Dimas Taat Pribadi
sendiri juga mengklaim kepada pihak kepolisian maupun kepada masyarakat banyak
lainnya bahwa dirinya adalah benar-benar orang sakti, yang mampu melakukan
hal itu semua. Sehingga Bapak Faisal
dari Anggota Komisi III DPR menganggap beliau adalah betul-betul orang sakit
bukan sakti. Ternyata kalau
dilihat-lihat perbedaan, jika dilihat dari tulisan Bahasa Indonesia, antara
sakti dengan sakit, perbedaannya hanya sedikit sekali. Yaitu dengan mengubah
urutan suku kata terakhir saja, dari huruf - t kehuruf – iè -ti menjadi it.
Kalau kita interpretasikan secara
bebas, ternyata dekat hubungannya antara sakti dengan sakit. Kalau tidak sakti,
yah berarti sakit. Dan kalau tidak Sakit yah berarti dia Sakti.
Yang lebih mengherankan sekali,
ternyata banyak masyarakat kita yang sudah kena makan umpan beliau. Dan akhirya
percaya. Bukan hanya dari masyarakat biasa dan kecil saja, tapi sudah sampai
kepada golongan pejabat bahkan aparat
hukum negara kita. Dari yang berintelektual rendah hingga sampai kepada orang
yang berintelektual tinggi. Mempercayai dan mengklaim bahwa benar Sang Kanjen
Dimas itu adalah orang sakti. Bahkan rela untuk meninggalkan jabatan atau
posisinya, hanya untuk memperkatakan bahwa beliau itu tidak layak untuk
mendapatkan status hukum saat ini. Dan supaya kasusnya bisa dipercepat.
Mereka akhirnya memberikan
sejumlah mahar tertentu, yang tentunya tidak sedikit, dan kalau diakumulasikan
bisa mencapai ratusan milyaran uang yang akan disetorkan kepada Sang Kanjen
Dimas Taat. Ternyata selidik demi selidik, praktek yang dilakukan oleh beliau
sudah lebih dari lima tahunan berlangsung. Artinya sudah lama sekali,
orang-orang betul mempercayai beliau. Dan bisa dibilang, sudah lama sekali masyarakat
kita dalam masa-masa pembodohan dan pembutaan. Dengan harapan bisa mengejar
sejumlah materi yang banyak dan melimpah, dengan hanya mengeluarkan sejumlah
mahar sebagai gantinya.
Kembali kepada tulisan adakah orang Sakti di zaman modern ini. Saya
sulit untuk menjawab pernyataan ini. Sebab memang ada beberapa orang yang
secara kasat mata sanggup untuk tiba-tiba menghilang dengan cepat, yang awalnya
ia ada didekat kita. Ada orang yang mampu melayang, ada orang yang mampu
menembus benda-benda yang padat. Dan tentunya itu semua bersifat mistis.
Memang tidak bisa disangkal bahwa
Negara kita, Indonesia ini adalah Negara timur, yang artinya masih mempercayai
budaya-budaya ketimuran. Yang tentunya sebagian besar masyarakatnya lebih masih
mempercayai akan hal-hal yang gaib dan ajaib, jika dibandingkan mempercayai
akan hal-hal yang bersifat tampak, logika atau masuk akal. Tapi harapannya
adalah supaya bangsa kita ini supaya lebih menghargai dan mempercayai yang
namanya Kerja Keras, keuletan, dan tanggung jawab pada suatu usaha yang akan
dikerjakan. Tidak hanya duduk diam dan menghayal akan hal-hal yang luar biasa.
Yang semuanya itu tidak akan pernah terjadi jika diam ditempat tanpa pernah
melangkah.
Berharap juga, supaya bangsa kita
tidak terlalu suka atau berharap kepada yang namanya keinstanan atau bersifat
cepat dan praktis. Sebab memang budaya kita selalu suka kepada hal-hal yang
sifatnya instant. Seperti mie cepat saji atau instant, makanan fast food
seperti KFC dan lain-lain sebagainya. Sebab
segala hal-hal yang instant atau cepat pasti ada efek samping yang akan
didapatkan.
Semoga Indonesia kita semakin
lebih Berjaya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar