![]() |
Kampung Akuarium (Sumber : Kompas.com) |
Warga Jakarta patut berbangga
dengan pilihannya mereka. Dan mereka telah menentukan pemimpin yang akan
menentukan seperti apa Jakarta lima tahun kedepan. Dan tentunya nasib Kota Jakarta
akan ditentukan oleh setiap kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan oleh
pilihan warga DKI.
Belum habis dua bulan
kepemimpinan Bapak Anies –Sandi sudah ada empat pergub yang diubah. Seperti
yang dilansir oleh Jawa.pos (5/12), mulai dari Pergub tentang penetapan upah
minimum buruh, tentang pakaian dinas, pemanfaatan lapangan Monas hingga Pergub
tentang Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP).
Dan akan menyusul lagi tentang
Larangan Sepeda Motor melintasi jalan protokol DKI Jakarta. Dengan alasan perlunya
azas keadilan bagi seluruh pengguna kendaraan untuk bisa melintasi jalan-jalan
yang ada di pusat ibukota ini. Pintarnya lagi akan menggunakan teknologi ERP (Electronic
Road Pricing) yang bisa berlaku untuk pengguna sepeda motor. Bukan hanya
kendaraan mobil yang akan bayar tapi pengendara motor juga akan bayar. Tapi toh
ujung-ujungnya, aturan tersebut akan memberatkan pengendara motor dalam
pembayarannya dan akan memilih untuk tidak melewati jalan tersebut.
![]() |
Aktivitas Kampung Akuarium (Sumber : Kompas.com) |
Pintar buat kebijakan yang
bernada sama dengan adanya pelarangan. Kemudian kebijakan dalam merelokasi
beberapa tempat. Mengenai masalah banjir yang terus melanda, Sang Gubernur menggunakan
bahasa tidak akan memindahkan mereka, tapi akan menggali lebih dalam lagi
sungai-sungainya tanpa melakukan pelebaran lebih dulu. Tapi sepertinya hasilnya
akan sama saja, memaksa orang itu untuk berpindah dengan sendirinya, tanpa ada
uluran tangan satpol pp dalam penanganannya.
Bahasa komunikasi Gubernur ini
sangatlah apik dan teratur. Mencoba mencari bahasa lain dari program-program
yang sudah dicetuskan oleh pendahulunya. Biar tampak beda sekaligus baru
menurut perkiraan Bapak tercinta ini.
Seperti istilah dalam program
kesehatan, yang telah diresmikan oleh Bapak Ahok, yakni program Ketuk Pintu
Layani Dengan Hati (KPLDH). Seperti yang
dilansir oleh berita kompas, Bapak Wakil Gubernur, mau mengubah istilahnya, supaya diganti dengan nama yang lebih mudah diucapkan. Dia
menyebutkan beberapa nama yang bisa jadi penggantinya. Hal itu disampaikan
ketika memberikan sambutan pada peringatan hari Kesehatan.
"Jadi, nanti yang (program) 'Ketuk Pintu' itu kami ganti aja branding-nya, mungkin 'Tok-tok', atau apa gitu yang
gampang. Tok-tok, OK Tok, OK Ocare, gampang gitu," ujar Sandi di Ragunan,
Jakarta Selatan, Sabtu (25/11/2017).
Kemudian program rumah susun sebagai solusi untuk
pemukiman warga yang akan direlokasi, dicoba untuk memakai istilah tandingannya
dengan program rumah lapis. Dimana konsep pembangunan yang akan dikerjakan
memang belum matang sekali. Cuma dikatakan bahwa tidak akan sampai melebihi 11
tingkat dan lokasinya berdekatan dengan lokasi yang akan direlokasi. Sehingga
tidak menimbulkan banyak konflik bagi warga yang akan direlokasi. Program Rumah
lapis ini rencananya akan dibangun di Kampung Akuarium, sebagai pilot project-nya.
Selanjutnya tindakan mengaktifkan kembali
pungutan-pungutan yang katanya kerelaan warga akan dimunculkan kembali
dilakukan di setiap RW/RW yang ada. Hal itu disampaikan oleh Bapak Sandi,
sebagai tanda tanggung jawab warga dalam menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan
warga.
Sampai kepada pungutan uang cash oleh juru parkir juga
akan dihidupkan kembali. Padahal sudah dibangun sejumlah mesin parkir otomatis
disejumlah titik objek wisata ataupun tempat keramaian lainnya, dimana para
pengguna kendaraan tidak perlu menggunakan uang cash dalam membayarkan uang parkirnya. Cukup dengan kartu yang
sudah terintegrasi dengan sumber pemasukan daerah secara langsung. Sehingga
langsung bisa tahu berapa pemasukan dari potensi penggunaan parkir-parkir yang
ada di kota Jakarta. Sehingga sekarang mesin-mesin tersebut, kondisinya
sekarang diabaikan.
Kemudian satu lagi yang menarik baru-baru ini seperti
yang diberitakan oleh kompas.com. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedanmenerima banyak keluhan dan permintaan saat melakukan
kunjungan kerja dengan jajaran RT/RW dan lembaga masyarakat kelurahan (LMK)
se-Jakarta Pusat di Gedung Pertemuan Pertamina, Cempaka Putih, Selasa
(5/12/2017). Namun, dia tidak menjawab satu per satu keluhan yang disampaikan
kepadanya.
"Yang penting bukan jawaban saya sekarang yang
bikin orang tepuk tangan, yang penting pelaksanaannya. Jangan, 'Ya kami
selesaikan', (kemudian) tepuk tangan, tapi enggak dijalankan," ujar Anies.
Sebab ketika melihat Ahok dalam setiap jawaban-jawaban
yang diberikan, dipastikan akan membuat kagum orang yang mendengarkan. Dan akan
mengundang tepuk tangan. Sebab jawaban yang diberikan sederhana dan aplikatif.
Bisa diukur dan telah dikerjakan. Bukan belum dikerjakan dahulu.
Dan hal itu tercermin dengan semakin sepinya
orang-orang yang mau datang ke balai kota. Pada masa Ahok ada program wisata
Balai Kota. Warga bisa datang bebas berkunjung ke balai kota, baik itu untuk
bertemu langsung dengan Bapak Ahok untuk menceritakan masalah dan keluhan
mereka, maupun hanya sekedar jalan-jalan dan melakukan swafoto bersama dengan
keluarga. Hal itu tak tampak lagi kini. Sebab Pak Anies sudah memerintahkan
jajaran di tingkat Camat untuk bisa menampung keluhan dari warga. Tanpa harus
datang ke balai kota.
Dua kepribadian kepemimpinan yang beda. Aku sih
bersyukur bisa belajar dari gaya dan pendekatan-pendekatan yang mereka
tunjukkan. Mulai dari menunjukkan ide dan gagasan, pengimplementasian dari ide
tersebut, maupun pendekatan-pendekatan yang dilakukan, dan banyak hal lainnya.
Yang tentu masing-masing kita bisa membedakan mana yang betul-betul bagus dan
mana yang sekedar omongan saja. Mana program yang betul-betul bisa
direalisasikan dan mana yang masih butuh banyak pandangan dari berbagai sudut.
Sebab aku bukan warga Jakarta, tidak elok untuk
menjelek-jelekkan kepemimpinan yang sedang berlangsung sekarang. Mari melihat
bagaimana nantinya setahun dua tahun hingga masa jabatan mereka berakhir.
Apakah akan bisa ada perubahan yang semakin lebih baik. Akankah ada banyak
penghargaan-penghargaan yang akan diterima seperti yang sudah diterima oleh
Bapak Ahok pendahulunya. Akankah ada warisan sekelas Jalan Layang Semanggi yang
sudah dibangun oleh Ahok, atau hanya meninggalkan banyak teori dan gagasan
semata. Yang tentunya bisa dipakai sebagai acuan tinjauan pustaka ketika sedang
menyusun skripsi ataupun tesis.
Atau akankah meniru jejak rekam Jokowi, di acara
pemilihan Presiden nanti di tahun 2019. Dengan meninggalkan tampuk kekuasaan di
DKI dan memilih berkarir di tingkat nasional karena adanya sejumlah tawaran
yang menarik dan hitung-hitungan yang tampaknya akan bisa memenangkan pilpres
tersebut. Menggunakan berbagai cara untuk bisa memenangkan meskipun caranya
melanggar aturan-aturan yang ada. Memanipulasi yang namanya agama, dan
memojokkan secara bertahap dan mematikan lawan politiknya dengan isu-isu
kebohongan, dan mematikan karakter lawan. Who
knows?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar