Selasa, 10 Oktober 2017

Bunuh Diri Bukanlah Solusi


Sungguh sedih ketika ada peristiwa bunuh diri yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Mengisyaratkan bahwa dirinya sudah tidak punya pengharapan lagi. Seorang oknum polisi, yang notabene adalah seorang yang kuat bukan hanya secara fisik tapi mental juga,  tapi akhirnya memilih untuk menghabisi dirinya ketimbang mencoba tuk bertahan hidup.

Peristiwanya terjadi di daerah Banyuasin, sebuah daerah dimana aku pernah tinggal, meskipun hanya di perbatasan antara Palembang dan Banyuasin. Ternyata dia sudah memberikan tanda-tanda melalui akun media sosialnya di hari Minggu (9/10), melalui sebuah status yang dia postingkan. Kemudian esoknya, usai mengantar sang calon istri dan tak jauh dari rumahnya,  akhirnya menembakkan kepalanya dengan senjata yang ia miliki.

Tidak tahu sebab dan alasan untuk menghabisi masa hidupnya didunia,  tapi menurut pemberitaan yang ada bahwa dia dinyatakan telah gagal untuk menikahi gadis pujaan hatinya, yang ternyata baru ia antarkan pulang ke rumah orang tuanya.

Peristiwa ini juga, mengingatkan ku kembali kepada memori lama, bahwa pernah ada teman pemuda yang akhirnya memilih jalan untuk menghabisi hidupnya sendiri.  Peristiwanya empat tahun yang lalu. Awalnya tindakannya sepertinya iseng belaka, sebab dia pergi ke sebuah sungai dan memotong-motong pergelangan tangannya.  Ketika sadar bahwa dirinya sedang terluka, akhirnya menelepon beberapa kerabat terdekat, bahwa dirinya sedang berada di sebuah sungai dan sedang kritis. Dia kemudian berusaha untuk kembali pulang ke rumah untuk segera mendapatkan pertolongan,  tapi naas, darahnya sudah banyak yang terbuang dan hidupnya tidak tertolong lagi.

Aku sendiri, sempat merasa bersalah, sebab belum bisa menjadi pendengar yang baik baginya.  Dirinya memang lebih tua dari aku,  dan tampak selalu antusias ketika bersama-sama beribadah, dan selalu aktif bertanya ketika ada kelas pemuridan waktu itu.  Pikirku,  dia pasti sudah lebih dewasa dan lebih bisa mengambil sikap yang bijak dalam hidupnya. Tapi,  karena tekanan keluarga yang besar, belum menikah diusia yang sangat dewasa, dan mungkin ada beberapa permasalahan yang sedang dihadapi.  Di dalam kesendiriannya pergi ke suatu tempat yang sunyi dan mendukung,  akhirnya lebih memilih tindakan nekat, yang mungkin belum pernah dilakukanya selama hidupnya.

Penyebab Melakukan Aksi Bunuh Diri

Pengaruh, media sosial amat sangat kuat di dalam memberikan pengaruh yang buruk kepada seseorang. Ketika, kita tidak bijak menyikapinya,  maka kita mungkin bisa terpengaruh akan hal itu. Ditambah lagi,  ada fasilitas live in, mengakibatkan orang bisa me-live kan dirinya sedang berbuat apa,  hanya untuk bisa mendapatkan perhatian orang banyak.  Dan pernah ada suatu kasus di Thailand,  seorang ayah, mengajak putrinya sekalian untuk bunuh diri secara live di akun media sosialnya. Menampilkan suatu hal yang menurutnya bisa mendapatkan simpati dan perhatian warganet, tapi akhirnya berujung kematian.

Semakin banyaknya ketidakpedulian kita kepada orang disekeliling kita.  Mereka mungkin hanya butuh perhatian ataupun sentuhan kita.  Tapi kita mungkin akan lebih asik bermain dengan gawai yang kita miliki dibanding langsung bercengkerama dengan dia. Waktu kita lebih banyak habis dengan dunia maya,  padahal kita bisa sebenarnya memberikan perhatian ataupun dukungan kepada rekan yang ada disamping kita.

Menurut, Arvan Pradiansyah pada suatu talk show di Radio Smart FM, di bulan yang lalu, kebetulan tema yang ia bawakan adalah Suicide and the Meaning of Life,  dia menjelaskan bahwa faktor penyebab bunuh diri adalah berpadunya 4 hal dalam diri seseorang. Ke-4 hal tersebut adalah: feeling hopeless, feeling meaningless, feeling lonely, dan fearless. Feeling hopeless adalah bahwa dirinya merasa sudah tidak punya harapan lagi,  sedang feeling meaningless adalah ketika seseorang merasa keberadaannya di dunia ini sudah tak berarti lagi.

Orang yang feeling meaningless adalah mereka yang tidak menemukan makna hidup mereka. Siapa pun yang tidak memahami makna hidup, rentan untuk melakukan bunuh diri. Orang-orang yang tidak menemukan makna hidupnya akan mudah frustrasi.

Feeling lonely adalah bahwa dia selalu merasa sendirian dan tidak mempunyai teman untuk bisa berbagi.  Ini juga diakibatkan merasa tidak bisa mempercayai orang yang ada disekeliling kita sehingga merasa beban hidup itu hanya kita yang bisa menyelesaikannya.

Dan terakhir adalah kondisi fearless, yakni merasa tidak ada yang perlu ditakuti lagi didunia ini dan hal ini menjadi faktor penentu seseorang untuk mengambil sikap bunuh diri. Berani mengambil tindakan konyol sekaligus mematikan dan tanpa ada keraguan sedikitpun dalam hatinya untuk menghabisi dirinya sendiri.

Sikap bunuh diri ini juga, perlu dibedakan aksi bunuh diri yang ada di Jepang, yang dikenal dengan Harakiri. Sebab hal itu tidak sama dengan orang yang dengan sengaja bunuh diri secara langsung.  Peristiwa harakiri, lebih kepada sikap patriotisme. Ketika merasa gagal dalam mengemban suatu misi dari Shogun (Kaisar Jepang), adalah suatu kehormatan bagi dia untuk mati disaksikan langsung oleh sang Kaisar sendiri. Adanya suatu tanggung jawab yang besar,  ketika tidak bisa menyelesaikan tanggung jawab tersebut secara tuntas, dipastikan akan melakukan ritual harakiri ini.

Perlu dibedakan antara bunuh diri yang konyol dengan harakiri. Perbedaannya ada fokus dari tujuannya apa.  Kalau bunuh diri yang konyol cenderung pusatnya adalah dia sendiri. Berbeda dengan harakiri yang pusat dan tujuannya adalah demi bangsa dan negaranya dan bukan dirinya sendiri.

Terakhir, mari kita untuk lebih peduli kepada rekan dan sahabat yang ada disekeling kita.  Mungkin dia membutuhkan perhatian kita,  segera berikan dan jangan tunda-tunda. Lebih bijak menggunakan akun media sosial kita, memposting hal-hal yang positif dan membangun,  bukan pernyataan kebencian ataupun permusuhan yang bisa menimbulkan perpecahan diantara sesama bangsa.

Kemudian, hidup ini memang sulit dan banyak persoalan, tapi bukan berarti tidak bisa dihadapi. Setiap permasalahan pasti ada jalan keluar yang terbaik. Mari temukan itu, dan jangan sekali-kali berencana bunuh diri untuk bisa menghindari segala rumitnya permasalahan hidup kita. Bukannya selesai,  malahan tambah runyam dan tentunya tidak menjadi berkat bagi orang yang menyaksikannya.

Mari mengisi hidup kita dengan hal-hal yang lebih bermanfaat bukan hanya bagi diri kita sendiri, bagi keluarga dan lingkungan sekitar kita juga.

Sumber :
http://jogja.tribunnews.com/2017/10/10/heboh-bribda-azan-fikri-tembak-kepala-sendiri-inilah-deretan-peristiwa-polisi-yang-nekat-bunuh-diri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...