Jumat, 13 Oktober 2017

Jokowi Menjadi Orang Batak dan Percepatan Pembangunan Sumut

Sumber : analisadaily

Hari ini (13/10), Jokowi berkunjung ke Medan-Sumatera Utara,  untuk beberapa agenda kegiatan yang akan dikerjakan di propinsi ini.  Mulai dari melihat para pengungsi di Gunung Sinabung tepatnya di Siosar,  sampai meresmikan Jalan Tol  Kuala Namu- Tebing Tinggi.  Kemudian agenda untuk melihat calon besan yang ada di Kota Medan (Setia Budi).  Sebagai langkah awal untuk bisa mengenal keluarga calon besannya dan kemungkinan beberapa agenda persiapan untuk membuat acara pernikahan putrinya, Kahiyang dan Bobby Nasution.

Bobby &Kahiyan (tribunnews.com)

Sebagai orang batak,  merasa bangga bila presiden Indonesia ini,  sangat menghargai yang namanya adat dan kebudayaan suatu tempat.  Bukan tanpa alasan Jokowi harus mengenakan marga batak di akhir penyematan namanya. Sebab memang orang Batak, harus menegaskan yang namanya Partuturan, mengenali posisi dan status marga antara kedua belah pihak (pihak laki-laki dan perempuan), supaya jelas meletakkan posisi yang sepantasnya ketika menggelar acara adat pernikahan orang Batak nantinya.

Dipastikan akan ada ada dua acara gelaran syukuran antara Solo dan Medan. Aku dan istriku berseloroh, "yok nanti mampir ke acara resepsinya pernikahan putrinya Jokowi. Pasti warga Medan diundang untuk acara in"i.  Selain keluarga besar diantara kedua belah pihak, dipastikan orang Medan juga ingin merasakan kebahagian sekaligus supaya bisa melihat pemimpin bangsa ini secara dekat.

Apalagi ketika sudah diputuskan marga mana yang akan diambil oleh Bapak Jokowi, akan ada perasaan bangga tersendiri bagi orang batak tersebut yang dipilih,  sebab memiliki kesamaan dengan orang nomor satu di Indonesia ini. Selain memangil Jokowi dengan sebutan Bapak,  akan semakin banyak panggilan batak yang akan disematkan kepadanya,  mulai dari Tulang,  Amangboru, Hula-hula, Amangtua, Pariban,  dan seterusnya. Sebab dengan hal itu,  orang batak bisa jelas dalam menyebutkan kerabat terdekat dengan kita.

Bapak Jokowi menyatakan di sela-sela peresmian Jalan Tol Kuala Namu-Tebing Tinggi, Bapak Jokowi akan semaki sering berkunjung ke Sumatera Utara ini. Itu artinya pembangunan di Sumatera Utara ini akan semakin lebih cepat lagi prosesnya. Sebab pembangunan di Sumatera Utara dulunya sangatlah lamban dalam pergerakannya. Itu tak terlepas dari para pemimpin di Sumatera Utara ini,  hampir seluruhnya para Gubernurnya yang menang dalam pemilihan, selalu menjadi penghuni penjara. Akibat persoalan ataupun penyakit klasik bangsa ini,  yaitu korupsi.  Sehingga Sumatera Utara didaulat menjadi provinsi terkorup nomor satu di Indonesia. 

Sebuah image yang sangat jelek yang harus diemban oleh orang-orang Sumut. Satu orang yang berulah, tapi akibatnya, warganya yang kena getahnya. Juga ternyata, bukan hanya Gubernurnya, ada banyak para Bupati ataupun Walikotanya, juga harus berakhir di balik jeruji besi, karena akibat korupsi yang sudah dilakoninya semenjak ia mulai memimpin.
Bukan hanya persoalan korupsi, narkoba dan prostitusi juga sudah menjadi penyakit yang mendera Sumatera Utara ini. Ada banyak geng-geng narkoba, mulai dari pengedar hingga bandar yang banyak tertangkap di daerahku tercinta ini.
Berharap dengan kunjungan yang semakin sering oleh pemimpin nomor satu di bangsa ini, maka diharapkan para pemimpin daerah bisa semakin lebih berhati-hati dan siaga dalam menyambut maupun mempersiapkan segala sesuatunya dalam tiap-tiap kunjungannya. Termasuk jalan-jalan akan semakin bersih kelihatannya,  jalan-jalan berlobang disana-sini akan semakin lebih berkurang, hanya untuk supaya bisa memberikan rasa nyaman ketika pressiden berkunjung ke suatu daerah.

Hasil pembangunan yang sudah bisa kita nikmati saat ini adalah rute tol yang baru, pembangunan suplay listrik yang semakin signifikan, sehingga mulai jarang pemadaman listrik oleh PLN, pembangunan sejuta rumah,  dan banyak hal-hal lainnya,  dimana penanganannya langsung oleh pusat.  Yang sebenarnya pemerintah daerah bisa mengerjakannya secara langsung tanpa melibatkan pusat dalam pembangunannya.

Sumatera Utara membutuhkan seorang pemimpin yang berani, tegas,  dan selalu pro pembangunan.  Bukan pemimpin yang kerjanya hanya membuat jargon-jargon khusus, hanya supaya bisa diingat oleh waga Sumut, dan berharap hal itu signifikan berguna ketika warganya mencoblos pada pemilhan yang digelar. Juga bukan pemimpin yang lebih banyak berbuat di balik mejanya saja, tanpa pernah melihat langsung ke lapangan proses pembangunan yang sedang terjadi. Yang hanya mendengar laporan-laporan baik oleh para stafnya yang cenderung banyak rekayasa, hanya supaya Bapak bisa senang.

Semoga di ajang pemilu mendatang,  gubernur yang terpilih,  maupun bupati atau walikota yang terpilih nantinya adalah orang-orang yang terbaik yang mau bekerja keras dan cerdas,  serta memiliki integritas yang tinggi dalam hidupnya.

Merindukan tampilan pembangunan yang sudah dikerjakan,Jokowi, Ahok,Jarot sewaktu menjabat sebagai Gubernur Jakarta,  bisa dimodifikasi oleh para calon pemimpin di Sumatera Utara ini. Mulai dari menggerakkan ataupun menggalang dana CSR dari banyak perusahaan untuk bisa berpartisipasi dalam membangun infrastruktur di Sumut, kemudian menyelesaikan banyaknya persoalan di provinsi ini dengan tangan yang dingin, yakni persoalan narkoba, perjudian dan prostitusi. 

Terakhir ketika Jokowi menjadi orang batak juga menjadi penyemangat sendiri bukan hanya bagi orang batak yang akan semarga dengannya,  para pemimpin di daerah ini jufa semakin terlecut semangatnya dalam membangun provinsi ini semakin lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...