Kamis, 19 November 2015

Menjadi Berkat




Didalam satu semester ini, aku terus mau belajar untuk menginstropeksi diriku, apakah aku sudah menjadi berkat bagi banyak orang, terutama bagi lingkungan dimana aku berada. Memang akhir-akhir ini banyak tugas dan tanggung jawab yang harus aku selesaikan. Aku dipercayakan sebagai pengajar di STT Terpadu PESAT sekaligus sebagai staf Admin, sebagai pengajar di SD Masehi dan SMP Masehi. Banyak yang harus aku persiapkan dan harus kukerjakan. Supaya tugas dan tanggung jawab itu bisa kuselesaikan dengan baik. Tapi terkadang aku juga lelah dalam mempersiapkannnya.

Setiap Senin, Selasa, pagi aku harus mengajar di SD Masehi. Setiap Senin juga (free les di SD) dan Jumat aku harus mengajar di SMP Masehi. Dan sesudah jadwal itu aku mengajar di STT Terpadu Pesat serta disela-sela itu aku harus mengerjakan tugas keadminanku di yayasan itu. Disemester ini memang aku paling banyak mengajarkan bidang studi Bahasa Inggris, seakan-akan bahasa ini merupakan bahasa yang harus dikuasai oleh semua anak-anak yang kudidik. Memang bidang keahlianku adalah bahasa Inggris dibuktikan dari Ijasah yang sudah kuperoleh dari salah satu kampus keguruan negeri yang ada di Medan. Bidang ini kuselesaikan hampir lima tahun disana.

Menjadi berkat.. Maksudnya apa yah? Kalangan kristiani sering kali mengumamkan hal ini. Hidup itu harus menjadi berkat bagi banyak orang. Baik melalui profesi kita, baik melalui hal-hal kecil yang akan kita lakukan. Meskipun itu kecil, tapi kalo setiap hari akan menjadi berkat yang tak akan bisa hanya terucapkan dengan kata-kata semata saja. Tapi banyak juga orang dunia mengatakan, kalau tidak bisa menjadi berkat, minimal jangan merugikan orang lain sajalah.

Bersyukur, bersyukur dan bersyukur yang bisa kupanjatkan. Dikarenakan pimpinan dimana aku bernaung memperbolehkan aku untuk berkarya di dunia pendidikan dasar maupun di tingkat pendidikan pertama. Disamping itu juga aku berkesempatan untuk bisa memperdalam lagi Skillku dalam dunia bahasa, terutama bahasa Inggris.  Supaya, akhirnya tidak keluar perkataan Good Bye English, seperti yang pernah diucapkan oleh seniorku di statusnya di salah satu media sosial.

Kalau melihat mereka, anak-anak didik ini, seakan-akan diriku semakin berapi-api untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi mereka. Kelak mereka yang akan menggantikan kita para generasi yang sudah tua. Aku..apa yang bisa aku tinggalkan bagi mereka, supaya mereka bisa mempersiapkan diri mereka dalam menghadapi masa yang akan datang. Masa yang akan semakin sulit tentunya. Aku harus meninggalkan jejak-jejak langkah yang akan bisa mereka  dan bahkan mereka akan membuat jejak-jejak tersebut bukan lagi menjadi jejak, tapi betul-betul sudah menjadi jalan besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...