Kamis, 03 Desember 2015

Pelajaran Hari ini-Sidang MKD



Hari ini aku mendapatkan sebuah pelajaran baru tentang bangsa ini. Bagaimana proses mendapatkan kebenaran. Kebenaran yang pada akhirnya betul-betul bisa membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa kita ini. Menyaksikan kasus Setya Novanto, Ketua Dewan Terhormat Republik Indonesia, DPR, aku belajar sesuatu bahwa memang bangsa kita ini bisa dikendalikan oleh segelintir orang. Yang berusaha mengatas namakan rakyat atau mewakili rakyat, ternyata yang diwakili adalah kepentingannya pribadi semata.

Bersyukur bahwa media-media yang ada di Indonesia ini tidak pernah diam dalam membongkar skandal-skandal yang terjadi di negeri tercinta ini. Melihat media berani meliput dan mengungkapkan kebenaran, dan juga terlebih-lebih melihat keberanian Bapak Sudirman Said dalam mengungkapkan dan melaporkan kasus etik bapak SN ke MKD, dan juga Bapak Marof Syamsudin dalam memberikan kesaksian, dapat disimpulkan bahwa bangsa ini masih memiliki harapan untuk lebih baik lagi kedepan. Asal ada orang yang berani di bangsa ini dalam menegakkan kebenaran diatas segalanya, maka bangsa ini akan segera berubah.

Sidang MKD ini, sejak awal sampai di hari kedua ini, merupakan sidang yang sepertinya memojokkan orang yang melaporkan maupun  orang yang memberikan kesaksian. Berusaha untuk menjebak dengan pertanyaan-pertanyaan hanya seputar soal kepatutan dalam hal perekaman. Sementara masalah-masalah substansial dari hasil rekaman tersebut sama sekali hanya sedikit yang dibahas. Cenderung para anggota Majelis yang terhormat MKD, sepertinya mau memperingan kesalahan fatal yang sudah dilakukan oleh bapak Ketua DPR, SN. Mulai dari melobi-lobi, mengajak  pengusaha licin untuk bertemu dengan pihak perusahaan Freeport, bahkan sampai berusaha membuat hitungan bagi-bagi saham, dan banyak kesalahan lainnya.

Sekarang yang dipermasalahkan adalah masalah etika, apakah pantas seorang yang tugasnya dalam bidang legislator pantas untuk mengambil tugas para eksekutif. Katanya mewakili pemerintah tapi yang diwakilinya adalah kepentingannya sendiri. Sebelum kasus ini tercuat kepermukaan, Sang Ketua ini juga pernah membuat malu bangsa Indonesia. Ketika beliau berkunjung ke Negara Paman Sam. Seakan-akan bahwa kejadian ketika seorang Calon Presiden Amerika, Donald Trump sedang kampanye program visi dan misinya, beliau sepertinya merasa terjebak, karena Sang Kandidat menarik sang Ketua ketengah-tengah forum, dan mengatakan bahwa Indonesia mendukung pencalonan sang Calon Presiden.

Tapi itu nampaknya akal-akalan semata, merasa terjebak, tapi memang sudah diatur sedemikian rupa. Hal ini pernah diberitakan akan dibawa ke sidang Majelis Kehormatan Dewan, untuk mempertanyakan kasus ini. Tapi faktanya tidak pernah terjadi persidangan. Alasannya karena tidak ada yang melapor.

Kalau ditelusuri lebih jauh, kemungkinan memang, kedatangan sang Ketua ini kenegeri Paman Sam, adalah usaha untuk melobi-lobi pengusaha Freeport yang ada disana. Hanya kemungkinan..dengan alasan bahwa sedang melakukan studi banding kenegeri itu. Kita tidak pernah mengetahuinya.

Dalam mengikuti sidang MKD ini, dihari kedua ini, aku juga berusaha untuk mencari dan mendownload tentang transcript pembicaraan antara Ketua DPR, Sang Pengusaha dan Pimpinan Perusahaan Freeport. Sekilas membaca dan mencoba membandingkan dengan hal-hal yang ditanyakan oleh Anggota MKD, sebenarnya ada begitu banyak yang harus dipertanyakan kepada sang Pimpinan Freeport tentang kebenaran dari isi pembicaraan yang sudah direkam. Tentang masalah keteraduan sang Ketua, apakah benar-benar sudah melakukan pelanggaran Etika, tetapi ternyata yang ditampilkan oleh bapak-bapak terhormat dalam sidang itu, hanya berusaha untuk menekan dan memojokkan sang Pelapor dan penyaksi.

Melihat sidang ini, merupakan sebuah gambaran, bahwa proses dalam mendapatkan kebenaran itu memang masih sulit untuk dilakukan di Indonesia ini.Tapi sebenarnya kebenaran itu tetaplah akan menjadi sebuah kebenaran, meskipun banyak upaya-upaya untuk menutupi kebenaran, kebenaran itu suatu saat akan muncul seperti fajar matahari yang akan merekah ketika dipagi hari. Tidak tahu kapan, tapi yang pasti kebenaran akan mengalahkan yang jahat. Hanya tinggal menunggu waktu, dan hal itu akan segera terjadi.

Berharap, melihat kejadian ini, bangsa dan masyarakat Indonesia semakin sadar, bahwa untuk memajukan bangsa tercinta ini, kita butuh keberanian dan integritas pada masing-masing jiwa-jiwa di Indonesia ini. Belajar untuk tidak melakukan pemufakatan jahat, belajar untuk mencukupkan dengan apa yang ada pada kita, berusaha untuk jujur setiap hari, dan bekerja dengan sungguh-sungguh serta memiliki kecerdasan.

Juga melalui tulisan ini, aku belajar, untuk bisa memberikan pendapat, meskipun itu kecil dan pemikirannya masih sempit, tapi suatu saat, aku akan bisa menjadi seorang penulis yang bisa mengevaluasi diriku sendiri, mengevaluasi pekerjaanku, mengevaluasi lingkungan dimana aku berada, mengevaluasi daerah ku dan bangsaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...