Sabtu, 11 November 2017

Proses Digitalisasi dan Penyelesaian Masalah Dunia Pendidikan Kita.


Masalah dunia pendidikan di bangsa ini, sekarang masih cukup pelik untuk bisa dituntaskan satu per satu. Dimulai dari tidak meratanya  ketersediaan fasilitas sekolah yang bisa dijangkau oleh anak-anak Indonesia hingga persebaran guru-guru di seluruh wilayah Indonesia. Boleh dikatakan masih sangat timpang. Ketimpangan itu bisa dilihat, dari lebih banyaknya para guru yang lebih memilih berkarir di perkotaan, tempat yang nyaman, dan bukan di pedesaan, atau daerah terpencil yang pengaksesannya pun mungkin sangat sulit.

Oleh karena itu, pemerintah, berusaha untuk bisa menyelesaikan masalah ketiadaan guru di daerah-daerah pedalaman, dengan melakukan banyak program kebijakan. Mulai dari merekrut guru-guru secara langsung dengan iming-iming memberikan status PNS kepadanya, hingga melibatkan dunia kampus keguruan, dengan membuat program semacam Indonesia Mengajar yakni SM3T. Meskipun limitasinya keberadaan para guru nantinya di daerah tersebut sangat singkat yakni hanya satu tahun saja.

Bukan hanya pemerintah, pihak swasta-pun, seperti yayasan-yayasan yang ada ikut bersumbangsih untuk bisa mengentaskan masalah pendidikan di tanah air ini.
Masalah yang lain juga muncul, yakni pada tataran teknis ataupun proses pendidikan yang sedang dikerjakan atau diberlakukan dalam dunia pendidikan kita. Seperti adanya perubahan-perubahan kurikulum, pengimplementasian kurikulum hingga ke daerah terpelosok, maupun kemampuan guru dalam melaksanakan kurikulum-kurikulum tersebut.

Digitalisasi dunia pendidikan kita.

Kata digital itu sendiri menurut KBBI secara online, adalah berhubungan dengan angka-angka untuk sistem perhitungan tertentu; berhubungan dengan penomoran. Sedangkan kata digitalisasi proses pemberian atau pemakaian sistem digital. Jadi digitalisasi dunia pendidikan kita adalah suatu proses pemakaian sistem digital dalam penyampaian materi-materi ajarnya.

Melihat perkembangan penggunaan dunia internet juga semakin massif di bangsa ini. Berdasarkan survei yang dilakukan disepanjang tahun 2016 oleh Asosiasi  Penyeleggara Internet Indonesia (APJII) mengungkap bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia kini telah terhubung ke internet. Diperkirakan penduduk Indonesia yang sebanyak 256,2 juta orang itu, ada sebanyak 132,7 juta orang yang menjadi pengguna aktif internet tersebut. Seperti yang dilansir oleh Kompas pada rubric tekno, pada tanggal 24 Oktober 2016 lalu.

Percepatan akses kemudahan pendidikan melalui digital, diharapkan akan bisa menyelesaikan masalah ketidakmerataan pendidikan di bangsa ini. Sebab akses masyarakat Indonesia yang besar dan hampir lebih dari lima puluh persen adalah pengguna aktif dari media internet, merupakan modal utama dalam penyelesaian masalah pendidikan tersebut. Itu artinya para pengguna tersebut tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Berharap bukan hanya bidang e-commerce saja yang berhasil memanfaatkan potensi luar biasa dari pengguna aktif internet. Melainkan bidang-bidang lain juga untuk bisa lebih memanfaatkan hal ini, terutama dalam dunia pendidikan.

Menurut CEO Ruangguru, Adama Belva Devara, ketika punya kesempatan bertemu dengan Bapak Jokowi, pada hari Peringatan Sumpah Pemuda (28/10) di Istana Merdeka. Dia menyatakan bahwa Indonesia membutuhkan 128 tahun untuk bisa mengejar ketertinggalan pendidikan kita dari Negara-negara maju. Dan untuk bisa mengejar ketertinggalan itu, teknologilah menjadi jawabannya.

Dalam mengejar ketertinggalan itu, dengan pemanfaatan teknologi, beliau sudah mengembangkan suatu aplikasi yang bernama ‘Ruang Belajar’. Dimana para siswa di seluruh Indonesia bisa mengakses materi pelajaran dengan menonton video ataupun animasi pembelajaran, dan materi-materi ajar lainnya secara gratis. Yang semuanya itu dibawah naungan lembaga “Ruang Guru”.  Dan menurut pengakuan beliau, bahwa siswa yang sudah bergabung disana berkisar empat juta anak dan 150.000 orang guru.

Bersyukur aku bisa dilibatkan untuk bisa menjadi salah satu guru didialamnya.  Ini menjadi pengalaman pertamaku, mengajar dengan sistem online dan real time. Ada diskusi antara guru dengan siswanya secara langsung. Kebetulan yang kutangani adalah grup peseta Paket C. Dimana orang-orang yang ada disana adalah mereka-mereka yang belum lulus ujian nasional di tingkat SMA dan sedang bergiat untuk bisa lulus uji test nasional tersebut.

Grup yang kutangani dengan menggungakan faslitas Whatsapp, berkisar 15-20 orang saja. Supaya bisa maksimal dalam penanganannya ataupun sistem pembelajarannya. Bersama dengan seorang fasilitator, dan mungkin pemerhati langsung dari ruang guru itu sendiri.

Ketika adanya kesempatan baik ini, akupun berkesempatan untuk bisa belajar lagi tentang materi-materi yang akan disampaikan. Meskipun pertemuannya hanya sekali seminggu dengan durasi waktu dua jam selama pembelajarannya, ternyata butuh waktu lagi bagi diriku untuk kembali membahas soal-soal UN dari tahun ke tahun. Sebab dalam keseharianku, untuk hal-hal ini belum atau jarang kulakukan-meng-upgrade diri sendiri dalam berbahasa inggris, meskipun aku adalah jebolan jurusan ini.

Sebab karena ini masih perdana, aku belum bisa melihat signifikan secara langsung hasilnya. Baik itu pemahaman mereka tentang materi-materi yang diajarkan secara langsung. Dan akhirnya, itu semuanya terbayar ketika mereka bisa lulus ujian nasional paket C.

Tapi ketika aku bisa mengevaluasi, ternyata dalam satu grup tersebut, masih banyak yang belum aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran yang tengah berlangsung. Mereka cenderung untuk memilih menjadi silent reader. Tapi materi-materi yang kusampaikan dipastikan akan tetap berada disitu dan menjadi riwayat pembelajaran kami tentunya. Ketika ada waktu bisa dilihat dan ketika ada pertanyaan, bisa ditanyakan, meskipun itu bukan pada jadwalnya.

contoh ilustrasi pembelajaran (Ruangguru.com)

Dan mungkin masih banyak aplikasi-aplikasi lainnya, yang mungkin sudah tersebar dan tentunya bisa dimanfaatkan oleh para anak didik kita. Yang semuanya aplikasi tersebut bisa ditemukan dan digunakan dengan gawai yang dipunyai tentunya.

Butuh lebih banyak perhatian maupun dukungan dari pemerintah secara serius untuk bisa mensukseskan program digitalisasi dunia pendidikan kita. Sebab masih banyak kekurangan-kekurangan dari aplikasi-aplikasi tersebut ketika akan diterapkan langsung ke masyarakat.

Dengan adanya perhatian yang serius dari pemerintah, maka diharapkan banyak pengembang aplikasi pembelajaran edukatif, bisa tertolong dalam lebih menyempurnakan lagi aplikasinya tersebut. Sebab ketika aplikasi tersebut berkualitas, dipastikan akan menghasilkan lebih banyak manfaat, bukan hanya bagi para peserta, kualitas pendidikan kita juga dipastikan akan semakin lebih baik lagi.


Penulis adalah pemerhati sosial dan pengajar di STAK Terpadu PESAT Cabang Sibolangit. Bisa dihubungin melalui email : morangkir84@gmail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...