Moment-moment natal kali ini
bagiku, diwarnai dengan kepergian atau kepulangan rekan-rekan yang dekat
denganku, dipanggil oleh Sang Bapa Pencipta. Diawal memasuki bulan Desember,
duluan menghadiri acara layatan orang tua teman yang meninggal dibanding menghadiri
acara natal diberbagai tempat. Kemudian setelah orang tua teman tersebut, satu
hari setelah kami bersama melayat, teman sekerjaku, yang juga sama-sama pergi melayat,
dikeesokan harinya, akhirnya dipanggil yang Maha Kuasa. Dalam peristiwa
kecelakaan yang menimpanya.
Acara natal yang baru kuikuti di
bulan Desember ini, baru dua kali. Pertama ketika perayaan natal yang diselenggarakan
oleh gerejaku sendiri, dimana acara pelaksanaannya tepat ketika usai penguburan
almarhum saudara sekerja kami tersebut. Dan perayaan yang kedua yakni baru hari
ini (18/12), diselenggarakan oleh pelayanan dimana aku bekerja dan melayani.
Sebenarnya ada banyak undangan
natal yang datang, tapi aku memilih untuk tidak menghadirinya. Karena faktor
tempat yang jauh dan waktu yang tidak memungkinkan. Seandainya memutuskan untuk
pergi, maka yang ada dipikiran ini, pulangnya pasti larut malam. Dan
waktu-waktu itu sangat tidak baik bagi seorang pengendara motor pulang di larut
malam.
Maklum, karena begal di kotaku
sudah semakin sangat bengis tindakannya. Itu dibuktikan, peristiwa begal yang
baru-baru ini terjadi di kotaku dan sempat viral di media sosial serta terekam
oleh CCTV. Mereka berempat melakukan tindakan tersebut dan bahkan dalam
tayangan CCTV ditampilkan para pelaku dengan sengaja menubrukkan keretanya ke kaki
si korban.
Peristiwa-peristiwa ini, di bulan
Desember, dimana moment natal seharusnya bisa memberikan damai dan ketenangan
di hati setiap orang. Tetapi mengalami distorsi yang jauh dari kata damai. Tapi
berharap kejadian tersebut hanya kali itu dan tidak berulang-ulang kembali
dilakukan.
Kembali kepada esensi natal yang
sebenarnya. Akhir-akhir ini, kebanyakan orang lupa, dan bahkan banyak gereja juga
lupa bahwa moment-moment perayaan natal yang dikerjakan oleh mereka tak jarang
meniadakan bahwa Yesuslah yang lahir. Sebab yang selalu menjadi pembicaraan,
ataupun persiapan-persiapan dan segala pernak-pernik natal, tak ada hubungan
atau sangkut pautnya dengan Yesus.
Ketika berbicara tentang Natal,
yang ada dipikiran kita pasti tentang pohon natal, santa claus atau sinterklas,
lonceng, kado atau hadiah dan berbagai macam hal lainnya. Mengenai santa claus,
perjumpaan pertamaku tentang sosok ini, sewaktu aku berumur 5 tahun. Sewaktu
kecil, mengikuti natal bersama dengan orangtuaku dan teman-teman sebayaku, yang
diselenggarakan oleh perusahaan dimana ayahku bekerja. Pada saat acara
natalnya, tiba-tiba dia dengan suara khasnya...hooooo....hooooo..hohoho...,
datang ketengah-tengah kerumunan kami, anak-anak kecil. Kemudian dia,
membagi-bagikan banyak hadiah kepada kami semua. Hampir semua kami anak-anak
yang hadir mendapatkan hadiahnya. Perasaan sangat senang dan bersuka.
Kemudian karena tempatnya lumayan
jauh, sebab ada dua lokasi perusahaannya. Yang satu perusahaan pemproduksi
batangan es, yang digunakan untuk mengawetkan ikan. Sedang tempat yang satunya
lagi, tempat memproduksi udang kelong yang besar. Jadi ketika pas natalan,
dipastikan kami semua akan makan udang-udang kelong itu. Seingatku dulu satu
ekornya bisa bertimbang setengah sampai satu kilo. Jadi sangat enak dan lezat
ketika menyantap udang tersebut. Ditambah lagi bisa menikmati jalan-jalan yang
ada di kota kelahiranku, melihat lampu kerlap kerlip dan banyak hal yang
mengagumkan lainnya.
Pada saat acara natal itupun,
kami sering mendapatkan bantuan beasiswa yang disediakan oleh perusahaan. Sudah
mendapatkan banyak makanan yang enak, udang kelong, beasiswa, orangtuaku juga dan
banyak orangtua lainnya juga mendapatkan banyak santunan yang sudah
dipersiapkan oleh perusahaan tersebut. Jadi peristiwa natal merupakan
momen-moment yang selalu kutunggu-tunggu ketika aku masih kecil.
Kembali ke santa claus atau
sinterklas. Sebenarnya sosok yang satu ini, bukanlah kebudayaan bangsa kita.
Kita hanya mencoba mengadopsi perayaan-perayaan natal kebudayaan barat. Sebab
ketika melihat peristiwa Yesuspun lahir, tidak ada sosok sinterklas muncul.
Jadi ini merupakan rekaan dari imajinasi orang barat semata. Yang kita telan
bulat-bulat. Sampai-sampai ketika melihat ikon ini, dibeberapa tempat umum,
sempat ditutupi oleh kantung plastik hitam. Dipajang di gedung tersebut, tapi
akhirnya ditutupi karena alasan cetnya belum kering.
Esensi natal yang sebenarnya
adalah sosok Yesus itu sendiri. Dimana Dia, merelakan diri-Nya hadir
ketengah-tengah manusia dalam wujud manusia seutuhnya. Dalam sosok bayi mungil,
kecil, lemah dan rentan, serta kelahirannya pun hanya di kandang domba. Dimana
ternak-ternak makan, dan membuang air disitu, disanalah Yesus itu lahir. Bukan di hotel, ataupun tempat
yang mewah. Semuanya itu terjadi karena situasi dan kondisi dimana setiap penduduk,
warga masyarakat harus mencatatkan dirinya ke pemerintahan Roma pada saat itu. Jadi
suasana kota saat itu semuanya padat, tempat-tempat penginapan dan hotel-hotel
yang ada penuh semua, karena kedatangan banyak para pendatang yang ingin
mendaftarkan dirinya.
Juga peristiwa kelahirannya,
menggenapi nubuatan para nabi-nabi dulu yang dinubuatkan jauh, ratusan hingga
ribuan tahun yang lalu. Dimana nubuatannya bahwa akan ada tangisan-tangisan di
setiap kota dan daerah-daerah yang ada. Itu dibuktikan ketika Raja Herodes
merasa tersaingi bahwa tahtanya dan pemerintahannya akan diambil oleh seorang
raja yang baru lahir. Maka diapun mengumumkan sebuah perintah raja untuk
membunuh setiap anak-anak yang berusia 0-2 tahun. Dengan tujuan supaya bisa melenyapkan
raja yang baru lahir tersebut. Ada tangisan dimana-mana, sebab banyak bayi-bayi
yang tak bersalah harus meregang nyawa karena keputusan dari sang raja
tersebut.
Kemudian kelahiran maupun
kedatangannya merupakan suatu pengorbanan yang sangat besar. Dimana dia harus rela
melepaskan hak kerajaan sorga dan tahta-Nya, mengosongkan dirinya dan menjadi
sama dengan manusia. Dengan satu misi dan tujuan yang sudah ditetapkan oleh
Allah Bapa, yakni hanya untuk menebus manusia dari dosa-dosa yang
membelenggunya. Sebab manusia itu sendiri tidak bisa melepaskan semua dosa-dosanya
yang ada. Harus ada yang Ilahi, yang tidak berdosa sama sekali, untuk bisa
dikorbankan sebagai penebus dosa manusia. Dan sosok itu ada pada Yesus sendiri.
Sebab penebusan salah bisa
terjadi dan sah ketika ada darah yang tertumpah. Dan hal itupun sudah
dipraktekkan oleh Nabi Abraham atau Nabi Ibrahim sendiri. Ketika ada sanak
familinya atau bahkan dirinya sendiri berbuat dosa, dia harus mengorbankan
domba atau lembu sebagai penebus salahnya. Dan darah domba itupun dicurahkan
didepan Allah Bapa sendiri.
Jadi akhirnya,
pesan natal ataupun yang menjadi renungan bagi diriku dan juga bagi keluargaku
di tahun ini adalah mari menjadi saksi-Nya. Menceritakan kabar baik, bukan
kabar bohong atau fitnah, menjadi berkat bagi banyak orang, dan menolong
sebanyak mungkin orang dengan bakat atau talenta yang kupunyai. Tidak terlalu
hiruk pikuk dengan segala macam perayaan-perayaan yang ada, tapi lupa bahwa
Yesus sendirilah yang harus dirayakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar