Selasa, 05 Desember 2017

Menyikapi Tindakan Yang Penting Beda (Cerminan Kepemimpinan Anis-Sandi)


Kampung Akuarium (Sumber : Kompas.com)


Warga Jakarta patut berbangga dengan pilihannya mereka. Dan mereka telah menentukan pemimpin yang akan menentukan seperti apa Jakarta lima tahun kedepan. Dan tentunya nasib Kota Jakarta akan ditentukan oleh setiap kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pilihan warga DKI.

Belum habis dua bulan kepemimpinan Bapak Anies –Sandi sudah ada empat pergub yang diubah. Seperti yang dilansir oleh Jawa.pos (5/12), mulai dari Pergub tentang penetapan upah minimum buruh, tentang pakaian dinas, pemanfaatan lapangan Monas hingga Pergub tentang Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP).

Dan akan menyusul lagi tentang Larangan Sepeda Motor melintasi jalan protokol DKI Jakarta. Dengan alasan perlunya azas keadilan bagi seluruh pengguna kendaraan untuk bisa melintasi jalan-jalan yang ada di pusat ibukota ini. Pintarnya lagi akan menggunakan teknologi ERP (Electronic Road Pricing) yang bisa berlaku untuk pengguna sepeda motor. Bukan hanya kendaraan mobil yang akan bayar tapi pengendara motor juga akan bayar. Tapi toh ujung-ujungnya, aturan tersebut akan memberatkan pengendara motor dalam pembayarannya dan akan memilih untuk tidak melewati jalan tersebut.

Aktivitas Kampung Akuarium (Sumber : Kompas.com)

Pintar buat kebijakan yang bernada sama dengan adanya pelarangan. Kemudian kebijakan dalam merelokasi beberapa tempat. Mengenai masalah banjir yang terus melanda, Sang Gubernur menggunakan bahasa tidak akan memindahkan mereka, tapi akan menggali lebih dalam lagi sungai-sungainya tanpa melakukan pelebaran lebih dulu. Tapi sepertinya hasilnya akan sama saja, memaksa orang itu untuk berpindah dengan sendirinya, tanpa ada uluran tangan satpol pp dalam penanganannya.

Bahasa komunikasi Gubernur ini sangatlah apik dan teratur. Mencoba mencari bahasa lain dari program-program yang sudah dicetuskan oleh pendahulunya. Biar tampak beda sekaligus baru menurut perkiraan Bapak tercinta ini.

Seperti istilah dalam program kesehatan, yang telah diresmikan oleh Bapak Ahok, yakni program Ketuk Pintu Layani Dengan Hati  (KPLDH). Seperti yang dilansir oleh berita kompas, Bapak Wakil Gubernur,  mau mengubah istilahnya, supaya diganti dengan nama yang lebih mudah diucapkan. Dia menyebutkan beberapa nama yang bisa jadi penggantinya. Hal itu disampaikan ketika memberikan sambutan pada peringatan hari Kesehatan.

"Jadi, nanti yang (program) 'Ketuk Pintu' itu kami ganti aja branding-nya, mungkin 'Tok-tok', atau apa gitu yang gampang. Tok-tok, OK Tok, OK Ocare, gampang gitu," ujar Sandi di Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu (25/11/2017).

Kemudian program rumah susun sebagai solusi untuk pemukiman warga yang akan direlokasi, dicoba untuk memakai istilah tandingannya dengan program rumah lapis. Dimana konsep pembangunan yang akan dikerjakan memang belum matang sekali. Cuma dikatakan bahwa tidak akan sampai melebihi 11 tingkat dan lokasinya berdekatan dengan lokasi yang akan direlokasi. Sehingga tidak menimbulkan banyak konflik bagi warga yang akan direlokasi. Program Rumah lapis ini rencananya akan dibangun di Kampung Akuarium, sebagai pilot project-nya.

Selanjutnya tindakan mengaktifkan kembali pungutan-pungutan yang katanya kerelaan warga akan dimunculkan kembali dilakukan di setiap RW/RW yang ada. Hal itu disampaikan oleh Bapak Sandi, sebagai tanda tanggung jawab warga dalam menjaga kebersihan dan ketertiban lingkungan warga.

Sampai kepada pungutan uang cash oleh juru parkir juga akan dihidupkan kembali. Padahal sudah dibangun sejumlah mesin parkir otomatis disejumlah titik objek wisata ataupun tempat keramaian lainnya, dimana para pengguna kendaraan tidak perlu menggunakan uang cash dalam membayarkan uang parkirnya. Cukup dengan kartu yang sudah terintegrasi dengan sumber pemasukan daerah secara langsung. Sehingga langsung bisa tahu berapa pemasukan dari potensi penggunaan parkir-parkir yang ada di kota Jakarta. Sehingga sekarang mesin-mesin tersebut, kondisinya sekarang diabaikan.

Kemudian satu lagi yang menarik baru-baru ini seperti yang diberitakan oleh kompas.com. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedanmenerima banyak keluhan dan permintaan saat melakukan kunjungan kerja dengan jajaran RT/RW dan lembaga masyarakat kelurahan (LMK) se-Jakarta Pusat di Gedung Pertemuan Pertamina, Cempaka Putih, Selasa (5/12/2017). Namun, dia tidak menjawab satu per satu keluhan yang disampaikan kepadanya.

"Yang penting bukan jawaban saya sekarang yang bikin orang tepuk tangan, yang penting pelaksanaannya. Jangan, 'Ya kami selesaikan', (kemudian) tepuk tangan, tapi enggak dijalankan," ujar Anies.

Sebab ketika melihat Ahok dalam setiap jawaban-jawaban yang diberikan, dipastikan akan membuat kagum orang yang mendengarkan. Dan akan mengundang tepuk tangan. Sebab jawaban yang diberikan sederhana dan aplikatif. Bisa diukur dan telah dikerjakan. Bukan belum dikerjakan dahulu.

Dan hal itu tercermin dengan semakin sepinya orang-orang yang mau datang ke balai kota. Pada masa Ahok ada program wisata Balai Kota. Warga bisa datang bebas berkunjung ke balai kota, baik itu untuk bertemu langsung dengan Bapak Ahok untuk menceritakan masalah dan keluhan mereka, maupun hanya sekedar jalan-jalan dan melakukan swafoto bersama dengan keluarga. Hal itu tak tampak lagi kini. Sebab Pak Anies sudah memerintahkan jajaran di tingkat Camat untuk bisa menampung keluhan dari warga. Tanpa harus datang ke balai kota.

Dua kepribadian kepemimpinan yang beda. Aku sih bersyukur bisa belajar dari gaya dan pendekatan-pendekatan yang mereka tunjukkan. Mulai dari menunjukkan ide dan gagasan, pengimplementasian dari ide tersebut, maupun pendekatan-pendekatan yang dilakukan, dan banyak hal lainnya. Yang tentu masing-masing kita bisa membedakan mana yang betul-betul bagus dan mana yang sekedar omongan saja. Mana program yang betul-betul bisa direalisasikan dan mana yang masih butuh banyak pandangan dari berbagai sudut.

Sebab aku bukan warga Jakarta, tidak elok untuk menjelek-jelekkan kepemimpinan yang sedang berlangsung sekarang. Mari melihat bagaimana nantinya setahun dua tahun hingga masa jabatan mereka berakhir. Apakah akan bisa ada perubahan yang semakin lebih baik. Akankah ada banyak penghargaan-penghargaan yang akan diterima seperti yang sudah diterima oleh Bapak Ahok pendahulunya. Akankah ada warisan sekelas Jalan Layang Semanggi yang sudah dibangun oleh Ahok, atau hanya meninggalkan banyak teori dan gagasan semata. Yang tentunya bisa dipakai sebagai acuan tinjauan pustaka ketika sedang menyusun skripsi ataupun tesis.

Atau akankah meniru jejak rekam Jokowi, di acara pemilihan Presiden nanti di tahun 2019. Dengan meninggalkan tampuk kekuasaan di DKI dan memilih berkarir di tingkat nasional karena adanya sejumlah tawaran yang menarik dan hitung-hitungan yang tampaknya akan bisa memenangkan pilpres tersebut. Menggunakan berbagai cara untuk bisa memenangkan meskipun caranya melanggar aturan-aturan yang ada. Memanipulasi yang namanya agama, dan memojokkan secara bertahap dan mematikan lawan politiknya dengan isu-isu kebohongan, dan mematikan karakter lawan. Who knows?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...