Kemarin banjir melanda kota
Tebing Tinggi dan daerah sekitarnya, bahkan sudah mau mencapai ketinggian satu
meter. Akibat hujan yang deras terus menerus sehingga arus sungai naik,
parit-parit atau gorong-gorong yang sudah lama stagnan, tidak mampu lagi menahan curahan hujan tersebut.
Akibat dari banjir ini juga
mengharuskanku untuk menunggu lama mama mertua yang mau datang berkunjung ke
kotaku. Beliau mengatakan bahwa mereka lama berhenti di Tebing Tinggi. Aku
tidak tahu awal biang keterlembatannya. Ternyata setelah melihat foto
rekan-rekan yang ada di media sosial, baru ku tahu bahwa banjirlah penyebabnya.
Banyak dampak yang ditimbulkan
dari peristiwa banjir ini. Mulai dari kerugian waktu yang harus tersita lama,
baik untuk jaga-jaga, apakah airnya akan semakin naik lagi. Ataupun setelah
banjir mulai surut dipastikan keluarga demi keluarga akan melakukan pembersihan
sana-sini. Kerugian tenaga dan banyak hal lainnya juga yang akan dikorbankan.
Mulai dari fisik dan jiwapun turut disita kestabilannya.
Jika tidak siap dengan hal itu,
maka penyakitpun mulai berdatangan. Penyakit kulit, gatal-gatal dan lainnyapun
akan mulai menghampiri setiap warga yang ada.
Kondisi yang sedang terjadi di Kota Tebing Tinggi, ternyata sudah merebak hampir merata di seluruh kota-kota besar yang ada di Indonesia. Masih ingat kejadian yang di Bandung setahun yang lalu. Kucoba juga menuliskan tentang hal itu dan dimuat di Kompasiana. Akibat dari banjir bandang yang datang, mobil-mobil pun bisa diangkutnya sampai ke depan pagar maupun di rumah warga tersebut. Melalui tulisan itu mencoba menyindir seorang kepala daerah, yang katanya sukses dalam membangun kota Bandung, Ridwan Kamil. Yang sekarang sosoknya ingin mengajukan diri menjadi seorang calon gubernur Jawa Barat.
Masalah banjir sebenarnya adalah
masalah klasik, yang memang dari sononya dulu peristiwa ini juga terjadi. Bahkan
peristiwa itu terjadi di zaman para nabi dulu, yakni zaman nabi Nuh. Bahkan dia
disuruh untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana yang maha dasyat
tersebut. Membuat sebuah bahtera yang bisa menampung banyak binatang supaya
tidak binasa. Karena ketaatannya kepada Tuhannya, maka manusia dan binatang
bisa diselamatkan dan tidak mengalami peristiwa yang mengerikan tersebut.
Masyarakat juga tidak terlepas berkontribusi
aktif sehingga mengakibatkan banjir melanda. Akibat dari gaya hidup yang membuang
sampah sembarangan. Tidak menjaga lingkungannya seefektif mungkin, dan terkesan
melakukan pembiaran-pembiaran. Belum memiliki kesadaran yang datangnya dari hati.
Melakukan pembalakan hutan secara massif, penebangan pohon-pohon tanpa
melakukan proses reboisasi. Dan banyak hal lainnya, akibat dari eksploitasi
lingkungan atau sumber daya alam secara berlebihan.
Tapi terlepas dari semuanya itu,
seorang pemimpin daerah atau kepala daerah juga punya peran yang sangat
signifikan dalam menangani masalah tahunan daerahnya, yakni kebanjiran.
Pastinya dimasa-masa kepemimpinannya dari tahun ke tahun, apakah akan tetap
setia menonton kebanjiran yang melanda daerahnya. Atau bergerak melakukan perbaikan-perbaikan
saluran air yang ada, pembersihan-pembersihan sungai atau parit-parit maupun ugorong-gorong
di sisi bahu jalan.
Tidak mengejar sarana pembangunan
seperti pusat-pusat perbelanjaan yang bisa berdiri megah, dengan mengorbankan
banyak titik-titik lokasi daerah serapan air. Tidak melakukan penataan dan
kajian yang mendalam ketika adanya tawaran kerja sama yang menggiurkan yang dilakukan
pengembang untuk mendirikan gedung-gedung bertingkat. Hanya untuk menerima keuntungan
atau pemasukan yang sementara saja. Baik pemasukan yang bersifat legal maupun yang
bersifat illegal. Apalagi pemasukan yang
tujuannya hanya untuk memperkaya diri sendiri.
Seorang pemimpin visioner
sekaligus yang memiliki karakter seorang pelayan, dipastikan akan sanggup
mengatasi segala permasalahan yang ada di daerahnya. Termasuk masalah banjir
tersebut. Bukan hanya mengatasi, tapi mampu melihat ke depannya kota ini atau
kota yang dipimpinnya, lima tahun lagi akan menjadi seperti apa.
Bukan hanya sibuk mencari popularitas, membuat jargon-jargon
yang gampang diingat, atau visi misi yang tampaknya mantap tapi miskin
implementasi. Sering menyalahkan pemimpin masa lalu, atau menyalahkan orang
lain, tanpa berpikir bahwa dialah yang sekarang memegang penuh kendali.
Apalagi ketika memiliki seorang
pemimpin yang kesibukannya di tahun pertama dan kedua adalah untuk mencari
pengembalian modal yang sudah dikeluarkannya sewaktu kampanye dulu. Kemudian di
masa tahun ketiga dan keempat dan bahkan di tahun kelimanya melakukan
pengumpulan modal untuk kampanye di periode berikutnya. Tanpa lupa melakukan
pencitraan yang luar biasa di seluruh wilayah kekuasaannya. Menggunakan SARA
dan Agama sebagai andalannya untuk bisa menaklukkan lawan-lawan politiknya. Yang
pada ujung-ujungnya, mengakibatkan banyaknya keterlupaan dalam membangun
wilayahnya. Pemimpin dengan kapasitas seperti itu, sangatlah patut untuk tidak
dipilih kembali oleh masyarakat yang ada pada masa-masa pemilihan ini.
Ketika banjir sudah terjadi, mari
para pemimpin daerah segera merenung dan bertindak untuk mencegah supaya banjir
ini tidak terulang kembali di tahun berikutnya. Berusaha menciptakan lingkungan
yang bersih dan nyaman serta ditumbuhin oleh banyaknya tanaman-tanaman hijau
sehingga adanya kesegaran di seluruh wilayah kekuasaanya. Tidak mengorbankan
daerah serapan terbuka hanya untuk mengejar keuntungan yang sesaat dengan
membangun gedung-gedung bertingkat. Dan banyak hal kreatif lainnya yang mungkin
bisa dikerjakan.
Sebab ketika banjir masih terus
terjadi di setiap tahunnya dan bahkan dari tahun-ke tahun, dimana ketinggian
airnya selalu menaik, maka bisa dipastikan bahwa letak kesalahannya ada pada
pemimpin daerah tersebut. Mari supaya tidak disalahkan dan dicap menjadi
pemimpin yang gagal, segera melakukan perbaikan ataupun pembersihan tanpa
pernah melakukan pengabaian sedikitpun.
Kemudian rajin-rajin turun ke
bawah melihat fakta kenyataan yang sebenarnya terjadi. Jangan hanya percaya
saja terhadap laporan-laporan anak buah tanpa pernah melakukan cross check kondisi di lapangannya
bagaimana. Sebab laporan-laporan tersebut datanya bisa dipermak supaya
nampaknya berhasil tapi tidak berhasil.
Penulis adalah pengajar dan
sekaligus pemerhati masalah sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar