Kamis, 21 Desember 2017

Mencari Pemimpin Sumut Seirama Jokowi





Tahun 2018 menjadi pemilihan Gubernur Sumatera Utara. Dan Sumut bukan satu-satunya daerah yang akan menyelenggarakannya. Ada juga provinsi-provinsi lain yang juga menyelenggarakan. Berdasarkan pemberitaan oleh detiknews.com (20/4), bahwa ada sekitar 171 daerah yang akan menggelar Pilkada secara serentak.

KPU sendiri sudah menetapkan tanggal pencoblosan Pilkada serentak 2018, yaitu pada tanggal 27 Juni 2018. Dimana tahapannya sudah dimulai di Agustus 2017 kemarin. Diberitakan bahwa akan ada 17 provinsi, 39 kota dan 115 kabupaten, yang akan menggelar pilkada untuk mencari sesosok pemimpin daerah. Yang harapannya terpilih pemimpin yang terbaik dan bisa membawa kemajuan daerah yang dipimpinnya.

Pilkada di tahun depan menjadi ajang terberat bagi persatuan dan kesatuan bangsa kita. Sebab melihat sejarah pilkada yang lalu-lalu, terutama di DKI, banyak tindakan-tindakan oleh para calon kandidat maupun para pengusungnya memakai siasat yang kurang terpuji. Selalu memakai SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) sebagai senjatanya untuk bisa menaklukkan lawan-lawan politiknya.

Menurut Komisioner Bawaslu Mochammad Afifudin yang dilansir oleh MetroTVNews.com (15/5) menyatakan perlu untuk pengawasan materi kampanye termasuk yang bermuatan SARA dan Hoaks yang banyak berkembang belakangan ini. Mereka sendiri akan memetakan indeks kerawanan pilkada yang salah satu indikatornya yakni isu SARA. Dikatakan lagi bahwa penggunaan ISU SARA yang digunakan dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 amat mungkin diikuti oleh daerah yang akan menggelar pilkada 2018.

Oleh karena itu kita masyarakat harus bijak dalam mengikuti ajang 5 tahunan sekali ini. Sebab kalau kita tidak bijak, maka kehancuran bangsa kita sudah berada di pelupuk mata kita. Apalagi sekarang banyak sekali yang memakai Agama untuk bisa menyerang dan melegalkan perbuatan mereka yang jelas-jelas salah.

Mencari pemimpin daerah yang berkualitas, yang prinsipnya adalah memimpin dengan hati nurani dan tidak memihak apalagi korupsi. Kemudian yang tujuannya adalah memprioritaskan kesejahteraan masyarakat dan bangsa. Itu semua bisa diwujudkan dalam program-program yang pro rakyat dan tentunya bisa diimplementasikan dalam bentuk pembangunan-pembangunan yang terus menerus dilakukan. Itulah iramanya Jokowi dalam memimpin bangsa ini.

Kemudian, bisa berdiri teguh ditengah badai. Ketika berada dipuncak kepemimpinannya, bisa berdiri tegak, meskipun banyak ejekan, fitnahan, ujaran kebencian, bahkan membalikkan opini masyarakat secara massif terhadap pembangunan yang jelas-jelas sudah berjalan dan sukses. Opini-opini tersebut sengaja diviralkan supaya bisa menjatuhkan kepemimpinan dan pemerintahan beliau. Menjelek-jelekkan dan melakukan pemberitaan Hoaks terus menerus sehingga Pemilu ditahun 2019 bisa gagal.

Selanjutnya, irama kerjanya adalah perbaikan dan pembangunan. Perlu memperbaiki sistem aturan atau kebijakan yang memperlambat atau memperlemah pemercepatan pembangunan. Seperti peraturan tentang investasi, mempercepat pengakuan atas kepemilikan tanah oleh masyarakat, maupun adat. Dan banyak perbaikan sistem atau manajemen pemerintahan yang efektif dan efesien dan berkelanjutan. Menerapkan sistem online untuk mempermudah tata kelolanya seperti e-budgeting dan e-government.

Kemudian pembangunan yang dikerjakan bukan setengah-setengah. Artinya ketika sudah direncanakan akan dibangun, secepat kilat dikerjakan. Bukan hanya perencanaan-perencanaan yang ada diatas kertas. Tapi dengan bijak mencari sumber pendanaan yang tepat untuk merealisasikan pembangunan tersebut. Memanggil orang-orang yang terbaik yang bisa membangun dengan cepat proyek tersebut.

Melihat daerahku Provinsi Sumatera Utara, pembangunan memang berjalan bukan karena kegerakan yang murni dilakukan oleh sang gubernurnya. Lebih karena memang telah menjadi proyek pusat, maka pembangunan tol bisa berjalan dengan baik, maupun pembangunan bandara yang ada di Silangit. Serta pembangunan-pembangunan yang lainnya.

Praktek korupsi yang semakin merajalela tepat. Dimana Para Gubernur yang ada di daerahku melakukan tindakan penjarahan uang dan korupsi. Sehingga akhirnya, Gubernur sebelum sekarang, yakni Bapak Gatot ditangkap dan sudah dipenjara. Bukan hanya Gubernur terpilih kemarin saja, gubernur yang sebelumnya juga ditangkap, yakni Syamsul Arifin.

Bukan hanya Gubernur, para walikotanya dan bupatinya yang juga akhirnya berakhir di balik jeruji besi. Sehingga Sumatera Utara didaulat menjadi Provinsi terkorup se-Indonesia. Bukan suatu prestasi yang membanggakan, alias memalukan.

Ada banyak PR yang harus dikerjakan, terkhusus oleh Gubernur Sumatera Utara terpilih nantinya. Maupun beberapa bupati dan walikotanya. Mulai dari mengembalikan masyarakat yang mungkin sempat terpecah agar bersatu untuk segera membangun secara cepat daerah ini.

Kemudian coba melihat jalan-jalan yang ada di seluruh wilayah Sumut ini. Sudah banyak sindiran di daerah-daerahnya, seperti yang dinyatakan oleh rekanku yang ada di facebook. Kota Medan, kota sejuta lobang, kota setrilyun debu, kota semilyar bunyi klakson, surga kemacetan dan sejuta kesemrautan. Sepertinya hal itu bukan hanya di Medan, di kota-kota dan di kabupaten-kabupaten  yang lain juga terjadi. Sungguh sangat parah dan wajib diperhatikan.

Kami masyarakat Sumut merindukan jalan-jalannya bisa tertata dengan baik, teratur, tidak ada lobang disana-sini, memperlebar akses jalan-jalan orang yang ingin berjalan kaki seperti trotoar dan tidak menjadikannya menjadi lapak orang berjualan, tidak banyak pungli disana-sini, menciptakan pasar-pasar tradisional menjadi pasar yang bisa menyerupai mall suasananya. Sistem angkutan yang bisa terintegrasi dengan baik. Mulai dari angkot, bus, kereta api maupun pesawat terbangnya bisa saling bersinergi satu sama lain.

Dan terutama adalah menciptakan keamanan dengan maksimal. Tidak ada lagi ketakutan masyarakat jika beraktivitas di malam hari. Pemerintahnya dengan sungguh-sungguh bisa memberantas para begal yang akhir-akhir ini sangat meresahkan masyarakat. Upaya untuk bisa menguranginya yakni membuat banyak penerangan di jalan-jalan yang rawan dan yang sering dilalui oleh masyarakat banyak. Kemudian coba memperbanyak CCTV yang kualitas gambarnya tinggi, bukan hanya samar-samar apalagi hitam putih. Supaya bisa dengan jelas ketahuan dan bisa terungkap siapa pelaku tindak kejahatan tersebut.

Terakhir, semoga pemimpin daerah Sumut ini kedepannya adalah seorang yang betul-betul hatinya untuk masyarakat. Dan kehadirannya bukan hanya sebatas slogan-slogan apalagi jargon-jargon yang sama sekali tidak dibutuhkan masyarakat. Menggeliatkan pembangunan bukan diakhir masa jabatan, supaya menjadi komoditas kampanye berikutnya di pilkada kedepannya. Melainkan pembangunan sudah dilakukan dan direalisasikan diawal masa-masa pemerintahannya. Semoga...
Penulis adalah pegiat sosial dan Pengajar di STAK Salatiga Cab. Sibolangit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...