 |
sumber gambar : bukitzion.com |
1.
Miliki
Sikap yang Benar (2 Raja-raja 3:1-27)
Kondisi waktu itu Bangsa Israel sudah terpecah menjadi 2 kerajaan : pertama, Kerajaan Israel yang dipimpin oleh bukan keturunan Daud, dan kedua, Kerajaan
Yehuda yang dipimpin langsung oleh Keturunan
Daud. Sebelum kematian Ahab, Raja Israel, Bangsa Moab masih taat untuk
bayar upeti kepada mereka, dengan memberi seratus ribu domba serta bulu
dombanya sekaligus. Tapi setelah kematian Ahab, anaknya Yoram menggantikan
kedudukannya, maka Bangsa Moab (dibawah kepemimpinan Mesa, seorang peternak
domba) akhirnya memberontak pada waktu
itu. Menurut catatan, Yoram memerintah dalam tahun ke-18 zaman Yosafat, Raja
Yehuda, dan hanya 12 tahun memerintah Bangsa Israel.
Ada tiga Raja yang berperang langsung melawan Moab, yakni
Yoram, Yosafat dan Raja Edom, dan mereka sedang kesulitan air untuk diminum
sebab sudah tujuh hari berkeliling tidak mendapatkan air sama sekali baik bagi
tentara maupun bagi para hewan. Ketika mereka sedang memiliki kesulitan, hanya Yosafat saja yang memiliki sikap hati
yang benar waktu itu. Dia berkata : “Tidak adakah disini seorang nabi
Tuhan, supaya dengan perantaraannya kita bisa meminta petunjuk Tuhan?”. Ketika
kita mendapatkan suatu masalah, sering kali pemikiran dan tindakan kita
berfokus kepada diri kita sendiri dan bukannya Tuhan.
Mari kita belajar lagi tentang sikap dan tindakan Elisa yang
berikut. Ketika mereka menjumpai Elisa, dia menyindir Raja Israel, kenapa tidak
meminta petunjuk kepada nabi-nabi ayahnya terdahulu. Kemudian dia juga berkata :
“... jika tidak karena Yosafat, Raja Yehuda, maka sesungguhnya aku ini tidak
akan memandang dan melihat kepadamu.” Pertama : Belajar untuk menyatakan
suatu perbuatan ketika salah yah salah. Jangan malah pengen untuk
membenarkannya. Kedua : Ketika kita
menghadapi suatu masalah, mari kita berfokus atau memandang kepada orang yang
benar dan memulai memecahkan masalah dari sudut pandang kebenaran. Sehingga
kita bisa segera menyelesaikan masalahnya.
Ada satu sikap Elisa yang menarik perhatianku. Dia meminta
untuk menjemput seorang pemetik kecapi. Dan ketika orang itu bermain, maka
kekuasaan Tuhan meliputi dia. (While the harpist was playing, the hand of
the Lord came upon Elisha). Terkadang banyak media yang Tuhan pakai untuk
menolong sifat kemanusiaan kita, supaya kita bisa satu saluran dengan-Nya atau connect langsung dengannya. Elisa menggunakan media alunan musik kecapi.
Kita apa? Apa media yang bisa menolong kita sehingga bisa Connect langsung dengan-Nya? Kita jawab masing-masing dalam hati
kita.
Petunjuk Tuhan kepada raja-raja tersebut yakni Raja Israel,
Raja Yehuda dan Raja Edom, bahwa semuanya masalah mereka adalah perkara ringan
di mata Tuhan, dan diberi janji kemenangan atas orang Moab tersebut. Serta diberi
petunjuk-petunjuk step by step dalam
merebut kemenangan tersebut. Mari setelah mendapatkan petunjuk Tuhan atau
Firman Tuhan, untuk segera bertindak dan jangan pernah berpikir untuk
menunda-nunda. Dan sekali lagi miliki
sikap yang benar ketika menghadapi suatu masalah, dengan mencari Tuhan terlebih
dahulu. Kedua, pakai media apapun itu, supaya kita bisa mendengarkan dengan
jelas suara Tuhan sedang berkata apa.
 |
sumber gambar : lagurohanienglishindonesia.blogspot.co.id |
2. Pertolongan Yang Ajaib (2 Raja-raja 4 :
1-37)
Sikap dan
perbuatan Elisa pada perikop ini adalah dua konteks cerita, yakni menolong dua
orang wanita yang sedang mengalami kesulitan hidup. Pertama, perempuan miskin,
janda, terjerat hutang dan sebentar lagi
anaknya akan diambil untuk menjadi budak (2 Raja-raja 4 : 1-7). Kedua, ketika
dia menolong seorang perempuan Sunem, yang kaya, punya suami, yang awalnya tidak
mempunyai keturunan, akhirnya punya keturunan. Kemudian akhirnya anak tersebut
mati dan akhirnya hidup kembali (ayat 8-37).
Untuk konteks
wanita pertama, awalnya ia mengadu atau curhat kepada Elisa akan masalah
dan beban hidup yang sedang dialaminya. Jawab Elisa : ‘Apakah yang dapat
kuperbuat bagimu? Beritahukanlah kepadaku apa-apa yang kau punya di rumah.”
(ayat 2). Jawab perempuan itu : “Hambamu
ini tidak punya apa-apa, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak.”
Pelajaran yang
kita dapatkan dari kasus pertama ini adalah terkadang solusi penyelesaian masalah kita berangkat dari apa yang kita punyai
atau miliki bukan dari apa yang tidak kita miliki. Dia hanya meminta kita,
untuk menyerahkan apa yang kita miliki, supaya Tuhan pakai untuk menjawab
segala pergumulan kita.
Untuk konteks
perempuan Sunem. Pertama, dia sudah mengenali orang yang selalu datang ke
rumahnya, bahwa dia adalah Abdi Allah yang kudus. Dan berencana untuk
membuatkan sebuah kamar khusus kepadanya dan mempersiapkan dengan baik segala
kebutuhannya di rumahnya itu. Pelajaran dari
sini adalah mari kita untuk tidak pelit memberikan tumpangan kepada orang-orang
asing di sekeliling kita. Apalagi ketika sudah sering-sering menginap,
jangan malah berpikir itu suatu beban. Tapi berdoa bahwa ada maksud Tuhan
tentang orang asing tersebut. Memang ini belum menjadi konteks kebiasaan kita
pada saat ini. Tapi meminta kita supaya dengan senang hati mau berbagi dengan
orang lain dari apa yang kita punyai.
Kedua,
akhirnya mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan seorang anak laki-laki,
seperti yang dikatakan Elisa kepadanya. Tapi setelah anak itu besar, terjadi
suatu kecelakaan yang mengakibatkan kematiannya. Perempuan Sunem itu, memiliki sikap dan tindakan yang benar
terhadap kematian anaknya, orang yang sangat dikasihinya. Yakni pergi ke
hamba Tuhan, atau Abdi Allah, The Man of God, yakni Elisa, untuk bisa menyelesaikan masalahnya. Jangan mencari
orang yang salah atau orang yang tidak berkenan kepada Allah. Sesudah ia sampai
ke gunung itu (gunung Karmel), dipegangnya kaki abdi Allah itu, tetapi Gehazi
mendekat hendak mengusir dia. Lalu Elisa berkata : “Biarkanlah dia, hatinya
pedih! Tuhan menyembunyikan hal ini dari
padaku, tidak memberitahukannya kepadaku.”
Ketika kita sudah
dipakai oleh Tuhan untuk menjadi hamba-Nya, terkadang ada beberapa hal yang
disembunyikan Tuhan, supaya kita bisa belajar tentang kedaulatan Tuhan atas
hidup kita. Tuhan berdaulat atas segala
keputusan hidup kita, Tuhan berdaulat atas masa depan kita, Tuhan berdaulat
atas pelayanan kita, Tuhan berdaulat atas keluarga kita, dll. Oleh karena
itu, mari kita berserah dan meyakini bahwa segala rencana Tuhan adalah yang
terbaik.
 |
Sumber gambar : joshuaivanministries.blogspot.co.id |
3.
Tuhan
yang Mencukupkan (2 Raja-raja 4 : 38 – 44)
Ketika kita sudah memilih untuk
berjalan dengan Tuhan atau memilih untuk menjadi hamba-Nya, janganlah kita
merasa kuatir akan segala kebutuhan hidup kita. Percaya saja, bahwa Tuhan itu
sendirilah jaminan hidup kita.
Pada konteks ini, berhubungan
dengan sikap dan tindakan Elisa terhadap makanan
yang akan mereka konsumsi. Pada saat itu sedang terjadi musim kelaparan, sebab tidak ada makanan sama sekali
di seluruh penjuru Israel. Jadi ia menyuruh hambanya Gehazi, untuk mencari sayur-sayuran
yang ada disekeliling mereka, dan ia menemukan labu liar (wild vine) yang tidak mereka kenal, mengambilnya serangkul penuh
dalam jubahnya. Gehazi memasaknya dan dimakan bersama-sama dengan seluruh
rombongan nabi yang sedang ada bersama Elisa. Kemudian mereka berkata : “Maut (death) ada dalam kuali. Mereka akhirnya
tidak tahan memakannya. Kemudian Elisa bertindak dengan mengambil tepung, dilemparkannya
itu kedalam kuali, kemudian dicedok, supaya mereka bisa makan. Dan ajaib tidak
ada lagi sesuatu yang membayakan dalam makanan mereka itu.
Konteks yang kedua,
datanglah seorang dari Baal-Salisa dengan membawa bagi Abdi Allah roti hulu
hasil, yaitu dua puluh roti jelai serta gandum baru dalam sebuah kantung. Elisa berkata kepada pelayannya : “Berilah
kepada orang-orang ini supaya mereka makan.”. Tetapi pelayannya berkata : “Bagaimanakah
aku dapat menghidangkannya ini di depan seratus orang?” Tetapi Elisa menjawab,”Berikanlah...,
sebab begini Firman Tuhan : Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya.” Akhirnya
terjadilah Firman Tuhan tersebut, mereka semua makan dan bahkan ada sisanya. Dari
20 potong roti bisa mencukupi 100 orang yang makan, bahkan ada sisanya.
Melihat cerita ini, teringat
kepada peristiwa yang di alami Tuhan Yesus sendiri. Ketika dia harus memberi makan
orang sebanyak lima ribu orang dan empat ribu orang. Ada dua kali peristiwa
Tuhan Yesus memberi makanan kepada orang banyak, yang pada waktu itu sedang
mengikutinya untuk belajar dari-Nya serta mendengarkan pengajaran-Nya sepanjang
hari. Tuhan Yesus bertanggung jawab kepada semua orang-orang yang sedang
mengikuti-Nya. Bukan hanya makanan rohani, tetapi juga makanan jasmani untuk
tubuh mereka, Tuhan tetap bertanggung jawab. Mujizat terjadi, dari 5 roti dan 2
ikan, bisa memenuhi kebutuhan 5000 orang laki-laki dan belum tercatat perempuan
dan anak-anak. Makanan tersebut cukup dan bahkan ada sisanya sebanyak 12 bakul
keranjang.
Adapun pelajaran yang kita
dapatkan adalah bahwa Tuhan akan mencukupkan segala kebutuhan kita. Baik
kebutuhan akan makanan rohani tapi juga makanan jasmani. Tuhan tidak pernah
lepas tangan akan kondisi yang sedang kita alami. Sesulit apapun itu, percaya
bahwa Tuhan punya rencana yang indah dan lebih baik lagi dari segala rencana
dan perbuatan kita. Bukan hanya kebutuhan kita, kebutuhan keluarga kita, dan
bahkan kebutuhan orang-orang yang sedang kita muridkan sebanyak apapun itu,
Tuhan akan mencukupkannya.Jadi percaya saja itu cukup.