Jumat, 23 Juni 2017

ELISA-SANG NABI (URAPAN DAN PERBUATANNYA) Bagian Kedua



 
sumber gambar : bukitzion.com
1.       Miliki Sikap yang Benar (2 Raja-raja 3:1-27)

Kondisi waktu itu Bangsa Israel sudah terpecah menjadi  2 kerajaan : pertama,  Kerajaan Israel yang dipimpin oleh bukan keturunan Daud, dan kedua, Kerajaan Yehuda yang dipimpin langsung oleh Keturunan Daud. Sebelum kematian Ahab, Raja Israel, Bangsa Moab masih taat untuk bayar upeti kepada mereka, dengan memberi seratus ribu domba serta bulu dombanya sekaligus. Tapi setelah kematian Ahab, anaknya Yoram menggantikan kedudukannya, maka Bangsa Moab (dibawah kepemimpinan Mesa, seorang peternak domba) akhirnya memberontak  pada waktu itu. Menurut catatan, Yoram memerintah dalam tahun ke-18 zaman Yosafat, Raja Yehuda, dan hanya 12 tahun memerintah Bangsa Israel.

Ada tiga Raja yang berperang langsung melawan Moab, yakni Yoram, Yosafat dan Raja Edom, dan mereka sedang kesulitan air untuk diminum sebab sudah tujuh hari berkeliling tidak mendapatkan air sama sekali baik bagi tentara maupun bagi para hewan. Ketika mereka sedang memiliki kesulitan, hanya Yosafat saja yang memiliki sikap hati yang benar waktu itu. Dia berkata : “Tidak adakah disini seorang nabi Tuhan, supaya dengan perantaraannya kita bisa meminta petunjuk Tuhan?”. Ketika kita mendapatkan suatu masalah, sering kali pemikiran dan tindakan kita berfokus kepada diri kita sendiri dan bukannya Tuhan.

Mari kita belajar lagi tentang sikap dan tindakan Elisa yang berikut. Ketika mereka menjumpai Elisa, dia menyindir Raja Israel, kenapa tidak meminta petunjuk kepada nabi-nabi ayahnya terdahulu. Kemudian dia juga berkata : “... jika tidak karena Yosafat, Raja Yehuda, maka sesungguhnya aku ini tidak akan memandang  dan melihat kepadamu.” Pertama : Belajar untuk menyatakan suatu perbuatan ketika salah yah salah. Jangan malah pengen untuk membenarkannya. Kedua : Ketika kita menghadapi suatu masalah, mari kita berfokus atau memandang kepada orang yang benar dan memulai memecahkan masalah dari sudut pandang kebenaran. Sehingga kita bisa segera menyelesaikan masalahnya.

Ada satu sikap Elisa yang menarik perhatianku. Dia meminta untuk menjemput seorang pemetik kecapi. Dan ketika orang itu bermain, maka kekuasaan Tuhan meliputi dia.  (While the harpist was playing, the hand of the Lord came upon Elisha). Terkadang banyak media yang Tuhan pakai untuk menolong sifat kemanusiaan kita, supaya kita bisa satu saluran  dengan-Nya atau connect langsung dengannya. Elisa menggunakan media alunan musik kecapi. Kita apa? Apa media yang bisa menolong kita sehingga bisa Connect langsung dengan-Nya? Kita jawab masing-masing dalam hati kita.

Petunjuk Tuhan kepada raja-raja tersebut yakni Raja Israel, Raja Yehuda dan Raja Edom, bahwa semuanya masalah mereka adalah perkara ringan di mata Tuhan, dan diberi janji kemenangan atas orang Moab tersebut. Serta diberi petunjuk-petunjuk step by step dalam merebut kemenangan tersebut. Mari setelah mendapatkan petunjuk Tuhan atau Firman Tuhan, untuk segera bertindak dan jangan pernah berpikir untuk menunda-nunda. Dan sekali lagi miliki sikap yang benar ketika menghadapi suatu masalah, dengan mencari Tuhan terlebih dahulu. Kedua, pakai media apapun itu, supaya kita bisa mendengarkan dengan jelas suara Tuhan sedang berkata apa.


sumber gambar : lagurohanienglishindonesia.blogspot.co.id

2.       Pertolongan Yang Ajaib (2 Raja-raja 4 : 1-37)
Sikap dan perbuatan Elisa pada perikop ini adalah dua konteks cerita, yakni menolong dua orang wanita yang sedang mengalami kesulitan hidup. Pertama, perempuan miskin, janda,  terjerat hutang dan sebentar lagi anaknya akan diambil untuk menjadi budak (2 Raja-raja 4 : 1-7). Kedua, ketika dia menolong seorang perempuan Sunem, yang kaya, punya suami, yang awalnya tidak mempunyai keturunan, akhirnya punya keturunan. Kemudian akhirnya anak tersebut mati dan akhirnya hidup kembali (ayat 8-37).
Untuk konteks wanita pertama, awalnya ia mengadu atau curhat kepada Elisa akan masalah dan beban hidup yang sedang dialaminya. Jawab Elisa : ‘Apakah yang dapat kuperbuat bagimu? Beritahukanlah kepadaku apa-apa yang kau punya di rumah.” (ayat 2).  Jawab perempuan itu : “Hambamu ini tidak punya apa-apa, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak.”
Pelajaran yang kita dapatkan dari kasus pertama ini adalah terkadang solusi penyelesaian masalah kita berangkat dari apa yang kita punyai atau miliki bukan dari apa yang tidak kita miliki. Dia hanya meminta kita, untuk menyerahkan apa yang kita miliki, supaya Tuhan pakai untuk menjawab segala pergumulan kita.
Untuk konteks perempuan Sunem. Pertama, dia sudah mengenali orang yang selalu datang ke rumahnya, bahwa dia adalah Abdi Allah yang kudus. Dan berencana untuk membuatkan sebuah kamar khusus kepadanya dan mempersiapkan dengan baik segala kebutuhannya di rumahnya itu. Pelajaran dari sini adalah mari kita untuk tidak pelit memberikan tumpangan kepada orang-orang asing di sekeliling kita. Apalagi ketika sudah sering-sering menginap, jangan malah berpikir itu suatu beban. Tapi berdoa bahwa ada maksud Tuhan tentang orang asing tersebut. Memang ini belum menjadi konteks kebiasaan kita pada saat ini. Tapi meminta kita supaya dengan senang hati mau berbagi dengan orang lain dari apa yang kita punyai.
Kedua, akhirnya mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, seperti yang dikatakan Elisa kepadanya. Tapi setelah anak itu besar, terjadi suatu kecelakaan yang mengakibatkan kematiannya. Perempuan Sunem itu, memiliki sikap dan tindakan yang benar terhadap kematian anaknya, orang yang sangat dikasihinya. Yakni pergi ke hamba  Tuhan, atau Abdi Allah, The Man of God, yakni Elisa, untuk bisa menyelesaikan masalahnya. Jangan mencari orang yang salah atau orang yang tidak berkenan kepada Allah. Sesudah ia sampai ke gunung itu (gunung Karmel), dipegangnya kaki abdi Allah itu, tetapi Gehazi mendekat hendak mengusir dia. Lalu Elisa berkata : “Biarkanlah dia, hatinya pedih! Tuhan menyembunyikan hal ini dari padaku, tidak memberitahukannya kepadaku.”
Ketika kita sudah dipakai oleh Tuhan untuk menjadi hamba-Nya, terkadang ada beberapa hal yang disembunyikan Tuhan, supaya kita bisa belajar tentang kedaulatan Tuhan atas hidup kita. Tuhan berdaulat atas segala keputusan hidup kita, Tuhan berdaulat atas masa depan kita, Tuhan berdaulat atas pelayanan kita, Tuhan berdaulat atas keluarga kita, dll. Oleh karena itu, mari kita berserah dan meyakini bahwa segala rencana Tuhan adalah yang terbaik.

Sumber gambar : joshuaivanministries.blogspot.co.id

3.       Tuhan yang Mencukupkan (2 Raja-raja 4 : 38 – 44)

Ketika kita sudah memilih untuk berjalan dengan Tuhan atau memilih untuk menjadi hamba-Nya, janganlah kita merasa kuatir akan segala kebutuhan hidup kita. Percaya saja, bahwa Tuhan itu sendirilah jaminan hidup kita.

Pada konteks ini, berhubungan dengan sikap dan tindakan Elisa terhadap makanan yang akan mereka konsumsi. Pada saat itu sedang terjadi musim kelaparan, sebab tidak ada makanan sama sekali di seluruh penjuru Israel. Jadi ia menyuruh hambanya Gehazi, untuk mencari sayur-sayuran yang ada disekeliling mereka, dan ia menemukan labu liar (wild vine) yang tidak mereka kenal, mengambilnya serangkul penuh dalam jubahnya. Gehazi memasaknya dan dimakan bersama-sama dengan seluruh rombongan nabi yang sedang ada bersama Elisa. Kemudian mereka berkata : “Maut (death) ada dalam kuali. Mereka akhirnya tidak tahan memakannya. Kemudian Elisa bertindak dengan mengambil tepung, dilemparkannya itu kedalam kuali, kemudian dicedok, supaya mereka bisa makan. Dan ajaib tidak ada lagi sesuatu yang membayakan dalam makanan mereka itu.

Konteks yang kedua, datanglah seorang dari Baal-Salisa dengan membawa bagi Abdi Allah roti hulu hasil, yaitu dua puluh roti jelai serta gandum baru dalam sebuah kantung.  Elisa berkata kepada pelayannya : “Berilah kepada orang-orang ini supaya mereka makan.”. Tetapi pelayannya berkata : “Bagaimanakah aku dapat menghidangkannya ini di depan seratus orang?” Tetapi Elisa menjawab,”Berikanlah..., sebab begini Firman Tuhan : Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya.” Akhirnya terjadilah Firman Tuhan tersebut, mereka semua makan dan bahkan ada sisanya. Dari 20 potong roti bisa mencukupi 100 orang yang makan, bahkan ada sisanya.

Melihat cerita ini, teringat kepada peristiwa yang di alami Tuhan Yesus sendiri. Ketika dia harus memberi makan orang sebanyak lima ribu orang dan empat ribu orang. Ada dua kali peristiwa Tuhan Yesus memberi makanan kepada orang banyak, yang pada waktu itu sedang mengikutinya untuk belajar dari-Nya serta mendengarkan pengajaran-Nya sepanjang hari. Tuhan Yesus bertanggung jawab kepada semua orang-orang yang sedang mengikuti-Nya. Bukan hanya makanan rohani, tetapi juga makanan jasmani untuk tubuh mereka, Tuhan tetap bertanggung jawab. Mujizat terjadi, dari 5 roti dan 2 ikan, bisa memenuhi kebutuhan 5000 orang laki-laki dan belum tercatat perempuan dan anak-anak. Makanan tersebut cukup dan bahkan ada sisanya sebanyak 12 bakul keranjang.

Adapun pelajaran yang kita dapatkan adalah bahwa Tuhan akan mencukupkan segala kebutuhan kita. Baik kebutuhan akan makanan rohani tapi juga makanan jasmani. Tuhan tidak pernah lepas tangan akan kondisi yang sedang kita alami. Sesulit apapun itu, percaya bahwa Tuhan punya rencana yang indah dan lebih baik lagi dari segala rencana dan perbuatan kita. Bukan hanya kebutuhan kita, kebutuhan keluarga kita, dan bahkan kebutuhan orang-orang yang sedang kita muridkan sebanyak apapun itu, Tuhan akan mencukupkannya.Jadi percaya saja itu cukup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...