Kamis, 15 Juni 2017

GIVE US A CHANCE OR WE’LL DIE (BERI KAMI KESEMPATAN ATAU KAMI MATI)



sumber gambar : www.qureta.com

Di dunia ini hanya ada dua yang tidak pernah berubah, pertama adalah Tuhan Yesus sendiri dan yang kedua adalah perubahan. Kalau yang pertama pasti tidak akan pernah kita ragukan lagi. Sebab Dia sendiri tidak pernah berubah, Dia sama, dahulu sekarang dan masa yang akan datang juga. Sedang yang kedua adalah perubahan. Ini juga sudah pasti. Segala sesuatu di dunia ini pasti mengalami yang namanya perubahan. Baik itu manusia, tumbuhan atau hewan, pasti mengalami yang namanya perubahan. Manusia sendiri mengalami siklus perubahan dari lahir, tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya mati. 

Hari ini tidak kebetulan, Bible Reading-ku sedang berada di nats I Raja-raja 13. Dengan perikop besar diatasnya “Abdi Allah dari Yehuda”. Firman Tuhan ini sangat tajam menyinggung antara perbedaan gaya kepemimpinan seorang muda dan seorang tua.Sebelum aku masuk ke pembahasan yang lebih lanjut, aku pernah mendapatkan sebuah konsep kepemimpinan sewaktu aku masih aktif di dunia Pelayanan Mahasiswa Kristen (PMK). Dan memang sangat krusial dan harus dilakukan pertama sekali ketika kita diberi kesempatan untuk memimpin suatu organisasi pelayanan. Bahwa tugas pertama seorang pemimpin adalah mempersiapkan generasi selanjutnya. Sebab masa pelayanan yang sangat singkat yaitu hanya satu tahun di PMK, maka tugas yang pertama dan yang utama sebelum tugas-tugas yang lain dikerjakan seorang pemimpin adalah mencari pemimpin pelayanan berikutnya.

Mentor rohani saya secara tidak langsung, Pak Bambang, menyatakan bahwa delegasi adalah alat atau tool yang paling kuat yang pernah dimiliki oleh seorang pemimpin. Dan pemimpin yang tidak dapat atau tidak mau untuk mendelegasikan kepemimpinannya, berarti dia sedang menciptakan kondisi seperti leher botol, yang sempit atasnya tapi sangat banyak atau lebar badannya. Artinya sebenarnya banyak potensi yang dibawahnya tapi karena gak diberi kesempatan berproduktivitas, akhirnya sangat sulit untuk bisa berkembang. 

Jadi mengapa seorang pemimpin gagal untuk mendelegasikan dengan efektif. Beliau lebih lanjut  menjelaskan bahwa ada delapan penyebabnya. Pertama, ketidakamanan atau ketidaknyamanan; kedua, tidak mempercayai orang lain; ketiga, tidak memiliki kemampuan untuk melatih orang lain; keempat, sangat menikmati dalam melakukan tugas secara sendiri; kelima, kebiasaan; keenam, tidak memiliki kemampuan dalam menemukan seorang yang lain yang bisa mengerjakan hal itu; ketujuh, lemah dalam mengelola waktu, dan yang terakhir, memiliki sebuah Mindset “aku bisa kok mengerjakannya dengan sangat baik”. Hal itu tidak akan saya bahas, tapi cukup merupakan suatu perenungan bagi kita bersama.
Saya masuk kepada beberapa point dari konteks nats alkitab yang saya baca dan renungkan hari ini. Ada seorang abdi Allah (The Man of God), dia seorang muda dan langsung mendapatkan Perintah Tuhan dengan jelas. Dia harus pergi menyatakan kesalahan seorang raja yang baru saja dilantik dan menubuatkan hal-hal yang akan terjadi kepada mezbah kejijikan buatannya dan juga hal yang akan terjadi kepada keluarganya. Bahkan tanda-tanda ajaib yang diperkatakan oleh nabi muda itu, langsung terjadi pada saat ia menegor sang raja tersebut. Lebih hebatnya lagi, ketika sang raja menyuruh untuk menangkap nabi muda itu, tangan sang raja tiba-tiba berubah menjadi kejang, tidak dapat ditarik kembali, sampai dia memohonkan kepada sang nabi muda itu untuk meminta belas kasihan Tuhan, supaya tangannya normal kembali.
Hal yang dapat saya ambil dari sini adalah bahwa seorang muda itu punya potensi yang sangat luar biasa. Bahkan ketika Allah memakai orang muda, banyak pekerjaan yang bisa langsung diselesaikannya dengan baik. Tidak merasa ragu dan bimbang  atau memiliki banyak pertimbangan. Serta tidak memiliki rasa takut, lihat yang aku tegor ini seorang raja loh, bisa-bisa sang raja yang akan aku tegor langsung menggantungku mati. Tidak memiliki perasaan ini, tapi yang penting baginya ketika Tuhan yang berbicara yah langsung saja dieksekusi.
Yang kedua, Tuhan punya perintah yang kedua buat nabi muda itu. Bahwa dia tidak boleh makan roti atau minum air maupun tidak boleh kembali melalui jalan yang telah dilaluinya. Awalnya kepada ajakan sang raja, untuk mampir ke istananya dan makan minum disana, permintaannya sang raja tersebut bisa ditolaknya. Bahkan bisa memberi pernyataan balik yang sungguh mencengangkan, bahwa sekalipun setengah dari istanamu kauberikan kepadaku, aku tidak mau singgah kepadamu.
Tapi kepada ajakan sang nabi tua, untuk mampir ke rumahnya dan makan minum disana, sang nabi muda tidak bisa menolak permintaannya. Sebab si nabi tua mengaku-aku bahwa dia juga mendapatkan perintah Tuhan bahwa sang nabi muda itu harus singgah dirumahnya. Ada kebingungan rohani yang dialaminya. Bahwa perintah yang pertama  seperti ini sedangkan perintah kedua seperti itu. Mana yang harus diikuti. Memang diakui bahwa seorang muda itu, masih minim yang namanya pengalaman, sehingga gampang untuk mudah percaya kepada orang lain. Tidak bisa membedakan mana perintah Allah yang murni dan sungguh-sungguh dan mana perintah manusia (mengaku perintah Tuhan).

Dari hal ini juga bisa kita dapatkan pelajaran, terkadang pemimpin tua juga selalu merasa bahwa dirinya akan terus memegang otoritas penuh terhadap suatu hal. Sehingga lupa bahwa eranya seharusnya sudah berakhir, dan memberikan kesempatan kepada yang lebih muda untuk berkarya dan melanjutkannya. Nabi tua itu seakan-akan mau memaksa nabi muda untuk melakukan kehendaknya, bukan kehendak Tuhan. Tapi apa yang terjadi kemudian. Sang nabi muda itu harus mati dicabik-cabik oleh singa, karena telah memberontak terhadap titah Tuhan dan tidak berpegang pada segala perintah yang diperintahkan oleh Tuhan Allah.

Jadi sebenarnya hanya ada dua hal yang bisa dipelajari dari konteks nats ini. Yang pertama meskipun orang muda itu masih miskin akan pengalaman, tapi seharusnya diberikan kesempatan untuk memimpin. Sebab dengan kesempatan itu, sang pemimpin muda akan bisa membuktikan bahwa dirinya ternyata memang bisa. Tapi kalau pintu kesempatannya ditutup jangan harap terjadi pendelegasian kepemimpinan.

Yang kedua kepekaan. Kita sebagai orang muda harus memiliki kepekaan penuh. Peka akan suara Tuhan dan mana yang bukan suara Tuhan. Sehingga perjalanan kepemimpinan kita bisa berlanjut terus dan ketika tiba saatnya untuk mendelegasikan kembali kepemimpinan kita, sudah dengan sangat baik kita mempersiapkan segala sesuatunya.

Jadi, akhir dari tulisan saya ini...Beri kami kesempatan...atau kami akan mati...(GIVE US A CHANCE OR WE  WILL DIE).

Sibolangit, 16 Juni 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...