Kamis, 07 September 2017

Agen Hoax Me


Gubernur Lemhanas, Bapak (Purn) Agus Widjojo pernah mengeluarkan statement bahwa hampir 90 persen masyarakat kita bisa menjadi penyebar hoax atau berita bohong. Sebab masyarakat sangat jarang untuk melihat maupun membandingkan antara satu berita dengan berita lainnya.

"Penyebar berita bohong dengan niat tidak baik hanya berpengaruh 10 persen, lainnya 90 persen adalah kita yang menyebar berita bohong bila kita percaya dan menganggap bahwa jika sesuatu yang segaris dengan keinginan saya, atau bahwa saya tidak suka dengan sesuatu, itu saya sebarluaskan," kata Agus di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Senin 28 Agustus 2017.

Sungguh angka yang sangat fantastis, sebab ternyata kita bisa terindikasi penyebar berita bohong. Bahkan masyarakat yang sudah setingkat menteri aja pun, pernah menjadi pelaku dan penyebar berita hoax. Gak tanggung-tanggung, si Bapak yang mantan pejabat di kementerian bidang Komunikasi dan Informatika lagi. Artinya beliau saja yang sudah sebegitu inteleknya dan dan pastinya sudah paham betul, masih bisa terjebak dalam penyebar berita hoax. Beliau mengaku mendapatkan foto-foto tersebut dari seorang teman yang ada di Komisi III DPR RI. Kemudian menyebarkannya dalam akun media sosialnya.

Beliau memang sepatutnya harus meminta maaf dan mengklarifikasi segala kekeliruannya. Sebab sangat beda pengaruh antara orang biasa dan seorang tokoh yang sudah sangat terkenal, jika terindikasi jadi penyebar berita konten bohong.

Kalau orang biasa, yang pastinya tidak begitu dianggap untuk bisa dijadikan bahwa itu benar adanya, tapi kalau sudah menyangkut penyebarnya adalah seorang tokoh masyarakat dipastikan data dan keakuratannya pasti tinggi.

Kembali kepada pernyataannya Bapak Gubernur Lemhanas, bahwa 90 persen penyebar hoax adalah orang-orang yang segaris keinginannya dengan berita bohong tersebut. Artinya meskipun itu tidak benar, jika itu bisa memuaskan hasrat dan keinginannya dan itu senada dengan yang ada dipikirannya, pasti dipastikan ia akan segera berbagi konten bohong tersebut.

Sebab memang pada faktanya, ketika kita bisa menyukai suatu postingan tertentu, apalagi ketika memutuskan untuk berbagi, dipastikan bahwa postingan tersebut menyentuh atau mengena hati kita. Atau senada dengan apa yang kita pikirkan. Dan kemudian supaya bisa mengungkapkan bahwa itulah ungkapan hati atau diri kita kepada publik kita akhirnya menyukai dan berbagi melalui akun media kita.

Hitung-hitungan Bisnis

Memang tidak bisa dipungkiri ketika kita sudah punya banyak follower atau fans pada akun kita,bahkan kalau mencapai angka jutaan dipastikan kita bisa menarik keuntungan dari itu. Akun tersebut bisa menjadi media iklan bagi suatu produk apapun. Sebab ketika produk atau jasa tersebut dimuat di akun media sosial yang punya pengikut banyak, dipastikan hal yang dipromosikan itu akan mendadak terkenal. Apalagi kalau produknya menjadi viral akan bisa menambah bonus-bonus dari si pengguna jasa akun tersebut.

13 Youtuber Millioner

Seperti yang terjadi pada tiga belas YouTuber pada tahun 2015 berpenghasilan paling tinggi, ketika digabungkan totalnya mencapai US$54,5 juta (sekitar Rp708 miliar). Sebab mereka mampu membuat konten-konten yang bisa memikat jutaan orang tertarik untuk terus menyaksikan tayangan dalam video mereka di Youtube. Dengan hal itu mampu mengundang banyak pihak untuk beriklan di kanal mereka dan tentunya bisa menghasilkan keuntungan finansial.

Kasus Saracen adalah salah satu. Sebuah media berita online yang dengan menyebarkan berita hoax atau bohong, mereka bisa mendapatkan pundi-pundi uang. Sebab mampu mengakomodir kepentingan dari si pengguna jasa Saracen dalam menyebarkan dan bahkan memviralkan suatu content bohong. Meskipun dengan modal puluhan juta, tidak sebanding dengan dampak yang diakibatkannya, si pengguna jasa tersebut, dipastikan bisa mengeruk keuntungan dari situ dan bahkan bisa mempengaruhi opini publik.

Yang oleh Bapak Rudiantara sendiripun mengatakan bahwa Saracen bukan hanya sekedar penyebar berita hoax, melainkan lebih dari sekedar hoax. Sebab tujuan mereka murni untuk memojokkan satu pihak dan bahkan menghasut mereka.

“Memberikan berita palsu seolah menyerang suatu kelompok dan mengadu dengan kelompok lain. Jadi ini bukan sekadar hoaks,” ujar Rudi dalam acara Satu Meja yang ditayangkan Kompas TV, Senin (28/8/2017) malam.

Juga akun Facebook Jonru Ginting, yang telah memanfaatkan akunnya untuk menjadi bisnis baginya. Dia mengaku punya follower sebanyak tujuh juta akun. Menyediakan sejumlah kontak-kontak yang bisa dihubungi untuk bisa beriklan melalui akun media sosialnya. Dan masih banyak contoh-contoh lainnya.

Berita Hoax dan Implikasinya

Pentingnya suatu berita yang menarik seperti yang terjadi di Myanmar saat ini. Untuk menjadikannya menjadi sebuah komoditas dagang yang pasti bernilai jual tinggi ketika bisa diberitakan. Mencampurkan banyak bumbu-bumbu sedap untuk bisa menarik sebanyak mungkin orang untuk bisa prihatin akan kondisi tersebut.

Ketika pemberitaannya bisa tepat dan sesuai dengan fakta, tentunya hal tersebut tidaklah menjadi suatu masalah. Tapi ketika ada unsur untuk bisa memojokkan satu kelompok, pastinya hal tersebut sudah menjadi berita hoax bahkan lebih dari sekedar hoax seperti Bapak Rudiantara katakan.

Berita Hoax wajib kita lawan secara bersama-sama. Sebab implikasi dan dampaknya sangatlah luas. Seperti yang baru-baru ini terjadi. Akibat dari pemberitaan kasus Rohingya yang berlebihan, akhirnya muncul aksi damai sejuta umat di Candi Borobudur. Dan pemerintah menentang hal itu dan tidak memberikan ijin untuk melakukan aksi damai. Sebab tidak memberikan dampak langsung apapun untuk kemajuan pelayanan kemanusiaan yang ada di Rohingya.

Ketika ada muncul sebuah berita hoax, kita sebagai masyarakat yang cerdas untuk mencari fakta dan kebenarannya lebih lanjut. Dan ketika berita tersebut sesuai dengan ekspresi hati dan keinginan terdalam kita, mari kita untuk mengkroscek ke media berita lain yang ada, sebelum akhirnya kita
 memberitakannya melalui akun media sosial kita. Sehingga kita tidak menjadi agen Hoax me.

Sumber :




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...