Selasa, 26 September 2017

MENABUR KEBAIKAN MENDAPAT KEBAIKAN

sumber : kerygmateenz

Akhir-akhir ini Kota Medan semakin tidak aman untuk para pekerja keras, yang mau tetap bertugas hingga sampai dini hari. Padahal mereka sedang berjuang untuk memperbaiki kehidupan keluarga, tapi harus berujung kepada kematian oleh para penjahat. Dua kejadian berturut, selama dua hari, Sabtu (23/9) dan Minggu (24/9), dua orang supir grab habis ditangan para begal. Dengan tidak segan-segan menghilangkan nyawa sesamanya, yang jelas-jelas seorang manusia itu sangat berharga di mata Tuhan.

Putri David Simanjuntak memperlihatkan foto ayahnya dan ibunya 

Kasih setiap orang semakin hari semakin dingin diantara yang satu dengan yang lain. Ujaran kebencian dan permusuhan selalu muncul di mana-mana, terutama di media sosial. Dan bukan hanya itu, dengan sengaja memberitakan dan bahkan mensponsori berita bohong atau hoax, agar menciptakan rasa permusuhan kepada orang tertentu, sehingga terjadi perpecahan.

Beruntung pihak aparat keamanan kita, kepolisian sudah berhasil menangkap para pelaku kejahatan hate production, yakni Saracen. Dan berharap semakin banyak yang bisa diungkapkan oleh para penegak hukum kita, supaya bangsa ini bisa semakin kondusif kedepannya.

Ada banyak media-media yang dipakai oleh orang-orang untuk bisa menyampaikan gagasan-gagasannya. Tapi kita sebagai warganet, diwajibkan untuk tidak memperkeruh keadaan. Ketika mungkin kita seide dan sependapat dengan postingan-postingan yang bernada negatif tersebut, hendaknya bisa untuk menahan diri dalam menshare  kembali postingan tersebut.

Sebab memang bangsa kita, akhir-akhir ini gampang sekali untuk tersulut emosinya, ketika ada provokasi tentang hal-hal tertentu. Apalagi tentang masalah sentiment agama. Ketika ada orang yang menyentil sedikit sajapun tentang agamanya, dipastikan dia akan menjadi bulan-bulanan orang yang tersinggung tersebut.

Rasa toleransi untuk membiarkan orang-orang atau anak-anak yang sedang beribadah tersebut, terkadang harus diberhentikan oleh sejumlah oknum. Seperti yang baru kejadian kemarin minggu pagi, (24/9) di sebuah rusun yang ada di Jakarta.  Seorang yang merasa mewakili ormas tetentu, dengan penuh kesengajaan membawa kampak dan gergaji ditangannya hanya supaya bisa membubarkan ibadah anak sekolah minggu.

Dan teringat juga, peristiwa lima tahun yang lalu di tahun 2012 (4/11), di daerah kota kelahiranku, telah terjadi pembantaian oleh seorang pemuda dewasa kepada anak-anak yang kebetulan sedang beribadah di gereja. Memegang parang di tangannya kemudian memasuki gereja tersebut, dan langsung bertindak diluar nalar kemanusiaan yang ada. Dan naas akhirnya tiga orang anak harus meregang nyawa karena aksinya tersebut. Si pelaku pun akhirnya mati, karena dimassa oleh masyarakat.

Bukan saja hilangnya rasa untuk saling mengasihi diantara sesama kita manusia, bahkan rasa kewajaran tindakan kemanusiaan itupun sepertinya telah hilang. Bahkan sikap dan perbuatannya mungkin sudah melebihi binatang.

Kitab Injil dengan jelas menggambarkan bahwa kasih kebanyakan orang semakin dingin, hanya disebabkan oleh telah semakin banyaknya orang-orang jahat telah dibentuk di dunia ini. Setiap hari orang-orang jahat terbentuk hanya karena lingkungan sekitarnya maupun ketika ada masalah dalam keluarganya. Keluarga berperan aktif dalam membangun bangsa ini dan mencetak generasi-generasi yang hebat. Sebab ketika keluarga hancur, pemberntukan karaker tangguh anak juga pasti terbengkalai. Juga mungkin bisa  dipastikan kehidupan berbangsa kita juga bisa semakin lama-semakin habis.



Pentingnya untuk kembali berbuat kebaikan diantara kita semua, sebagai mahluk ciptaan-Nya semata. Sebab dengan kebaikanlah kita bisa merawat segala kebhinnekaan bangsa kita. Tepat seperti ungkapan Anto Galon pada Police Movie Festival ke-4, yakni : “engkau adalah saudaraku yang lain”. Ketika kita mungkin beda, tapi tidak membuat perbedaan itu justru menciptakan rasa permusuhan diantara kita sebagai warga bangsa yang ada.

Kebaikan dipastikan akan menghasilkan kebaikan balasan bagi kita sang pelaku yang dengan rela dan iklas untuk memberi kebaikan tersebut. Seperti yang ada dalam cuplikan video gurumandarin di Youtube. Ketika dia harus membawa istrinya ke rumah sakit untuk bersalin, tapi kemudian di tengah jalan, ada orang yang meminta pertolongan kepadanya. Menolong anaknya yang sedang masuk kedalam jurang. Akhirnya si Bapak menyetujuinya, mencari anaknya di dasar jurang dan segera menuju rumah sakit.

Kemudian setelah urusannya selesai, dia bersegera menuju rumahnya. Dan berharap waktu masih sempat. Tapi, alangkah terkejutnya dia, bahwa dia telah ditolong oleh seorang ibu bidan, yang ternyata merupakan istri dari anak yang jatuh ke jurang tersebut. Perbuatan baiknya langsung mendapatkan balasan yang setimpal dari keputusannya untuk menolong orang lain. Jika seandainya si bapak atau si ibu kembali kepada salah mengambil keputusan maka kemudian ending-nya pun pasti berbeda.

Hal-hal praktis yang mungkin bisa kita kerjakan untuk bisa membuat dunia tempat tinggal kita menjadi tempat yang terbaik yang pernah ada, yakni mari berbuat kebaikan. Sekecil apapun itu tindakan baik yang kita lakukan kepada sesama ataupun lingkungan kita, dipastikan hal itu akan membuat lingkungan kita akan tercipta kedamaian maupun kerukunan. Contohnya menolong tetangga kita yang kebetulan tidak mempunyai beras lagi di dalam rumahnya, padahal tanggal gajian masih jauh, kita tidak segan-segan mengulurkan tangan kita kepadanya. Menolong untuk memberikan sejumlah uang yang tentunya bisa dipergunakannya dalam memenuhi kebutuhannya.
Kemudian tidak pernah membuang sampah sembarangan, tapi selalu dibuang pada tempatnya, menanam pohon, dan menciptakan lingkungan kita supaya tetap bersih dan asri.

Menjaga supaya mulut kita tidak mengeluarkan cacian, makian, ejekan kepada orang lain. Bahkan melakukan fitnah yang mungkin bisa berakibat fatal. Tapi yang keluar selalu dari perkataan kita adalah perkataan-perkataan berkat, maupun perkataan-perkataan hikmat. Supaya orang yang mendengar kita merasa diberkati dan bertumbuh melalui ucapan kita.

Kedua, masing-masing keluarga, bisa bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan holistik anaknya. Bukan hanya pemenuhan aspek fisik semata mereka, melainkan seluruh kebutuhan jiwa maupun rohani mereka tetap menjadi fokus utama kita dalam memenuhkannya.

Dan mungkin masih banyak langkah-langkah praktis yang bisa kita sebutkan atau uraikan. Tapi yang penting adalah mari berbuat kebaikan bukan hanya kepada kepentingan pribadi kita semata, melainkan sesama kita. Bukan hanya sekeliling kita, lingkungan masyarakat yang lebih luas juga harus mendapatkan perhatian dan kebaikan kita. Sehingga peristiwa-peristiwa pembunuhan atau pembantaian, pencurian dan berbagai kejahatan lain, tidak akan pernah ada lagi. Semoga.

Sumber :




https://beritakompas.com/2017/09/25/pria-bawa-gergaji-dan-kapak-untuk-bubarkan-ibadah-sekolah-anak-minggu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...