Diawal tahun 2018 ini, aku agak
lama start dalam menunaikan komitmen dalam bidang menulis. Sebab sedang menata
hati dan mencoba merenungkan segala sesuatu disepanjang tahun 2017. Kemudian
dikejutkan dengan peristiwa keluarga Pak Ahok, melihat segala respon yang
tercurah di media sosial oleh banyak orang, terutama respon dan pendapat para
Hamba Tuhan. Dimana banyak yang memilih untuk diam dan tidak berkomentar
apapun, banyak Firman Tuhan yang diutarakan dengan maksud Pak Ahok bisa
mengubah keputusannya.
Aku sih lebih memilih untuk Diam
dan mendoakan yang terbaik buat Pak Ahok. Banyak yang kecewa dan banyak juga
yang bersyukur atas keputusannya, terutama bagi lawan-lawan politiknya.
Sikapnya dan ketegasannya dalam
memimpin suatu daerah tetap kuat, prinsipnya dan ketulusan hatinya, patut
diacungin jempol. Sehingga Pak Ahok layak dijadikan contoh bagi generasi
penerus bangsa ini, untuk tetap kokoh, meskipun ombak dan badai datang terus
menerpa.
Ketika orang-orang kebanyakan
melakukan kebiasaan salah, tidak terpengaruh dengan hal tersebut. Pas seperti
pembelaanya lalu, yang mengilustrasikan dirinya dengan ikan kecil nemo. Yang
berhasil menyelamatkan banyak ikan-ikan yang seharusnya terjaring, tertangkap, tapi
bisa lepas karena jasa ikan kecil nemo, tapi akhirnya terlupakan. Mewakafkan
dirinya untuk bangsa dan negara ini.
Diawal Minggu di tahun baru ini,
mendapatkan permenungan dari Ulangan 8. Ketika pengkhotbah di gerejaku
menyampaikan tentang satu ayat yang ada di Ulangan 8, yakni ayat, 17 : “Maka
janganlah kau katakan dalam hatimu : Kekuasaanku
dan kekuatan tangankulah yang
membuat aku memperoleh kekayaan ini.”
Singkat tapi membekas dalam
hatiku. Bahwa kekayaan tidak diperoleh dari hasil kekuatan tangan kita.
Melainkan berkat Tuhanlah yang menjadikan itu semuanya. Banyak orang yang
terjebak, bahwa dengan rajin bekerja, selalu berusaha, semangat tidak pernah
kendor, ulet, gigih, dan pantang menyerah, akan mendapatkan harta ataupun kekayaan
yang berlimpah. Tapi melupakan Tuhan yang ternyata bekerja juga didalamnya.
Memang dinyatakan bahwa meskipun kekayaan
bisa diperoleh oleh orang semacam itu, tapi lihat bagaimana akhir hidupnya.
Akhirnya akan jatuh, tergelincir, mati dan dilupakan orang.
Disampaikan lagi, bahwa penting
untuk selalu mengucap syukur, atas segala hal yang terjadi dalam kehidupan
kita. Baik senang,maupun sedih, suka maupun duka, sulit maupun mudah, enak
maupun tidak enak. Mari bersyukurlah.
Mengevaluasi segala yang kupikirkan,
kulakukan, yang merupakan arahan dari Mentor tidak langsung dalam hidupku. Mencoba
menyusun top priority, prioritas yang
paling utama yang selama ini kukerjakan di tahun 2017. Dimana prioritas ini juga
merupakan hal yang paling banyak kita korbankan, baik waktu, tenaga, pikiran
maupun uang kita.
Kudapatkan ada lima hal, yang
tertuang dalam buku harianku. Yakni : mendidik anak; mengasihi istri; pengerjaan
pelayanan dan pendidikan; berdoa, menyembah dan belajar firman Tuhan, dan
terakhir adalah menulis artikel, perenungan maupun refleksi. Memang hal
tersebut masih bersifat umum. Perlu untuk buat indikator-indikator
pencapaiannya secara nyata. Dan hal tersebut sedang kucoba untuk merincikannya.
Sehingga ketika di akhir tahun 2018, akankah aku telah mencapai dan berhasil
dalam segala yang kutuliskan tersebut, atau akhirnya tunduk dalam penyesalan
dan kegagalan.
Untuk poin mendidik anak, dengan
memberikan contoh dan teladan yang baik baginya. Terbersit untuk memberikan
makanan kepada orang-orang yang tidak
mampu yang berada disekitar rumah. Melatih untuk peka akan kebutuhan orang
lain. Tidak mudah untuk marah. Tidak sering membentak dan memaksakan kehendak
kita sebagai orang tua kepadanya.
Sebab anakku diusianya yang
sekarang, sedang dan selalu mengamati tindakanku sehari-hari.Pernah ketika
sedang menyebok (membersihkan kotorannya) dia ngomong kepada ku, “ bau pak!”
Sebab dia lihat aku membuang ludah ketika membersihkannya. Terus kubilang, “gak
pa pa nak, tidak bau. Itu biasa kok.”
Poin kedua, ketiga dan keempat,
masih dalam proses pembuatan atau perincian di masing-masing pernyataan
tersebut. Bagaimana pencapaian yang akan mungkin bisa dikerjakan dengan lebih
lanjut.
Sedang poin terakhir, yakni
menulis artikel,dll. Mencoba kembali untuk menggerakkan jemariku, dan
pikiranku, disetiap harinya untuk bisa mempublish segala hal yang ada di
pikiran ini. Membuat warna baru, atau bisa berbagi pikiran dan pendapat bagi
para pembaca maupun buat rekan-rekan penulis yang ada. Mencoba menembus dan
menerbitkannya baik dimedia online maupun cetak. Artinya di setiap bulan bisa
terbit minimal 20 artikel yang terpubllish.
Semoga hal tersebut bisa
dikerjakan. Dan nantinya bisa dibuktikan dan dilihat melalui sejarah (histori)
akun ku, baik dimedia sosial, maupun di media-media mainstream yang ada.
Sibolangit, 10 Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar