Rabu, 10 Januari 2018

Perenungan di Awal Tahun 2018 Antara Ahok, Firman Tuhan, Evaluasi, Komitmen, dan Prioritasku.





Diawal tahun 2018 ini, aku agak lama start dalam menunaikan komitmen dalam bidang menulis. Sebab sedang menata hati dan mencoba merenungkan segala sesuatu disepanjang tahun 2017. Kemudian dikejutkan dengan peristiwa keluarga Pak Ahok, melihat segala respon yang tercurah di media sosial oleh banyak orang, terutama respon dan pendapat para Hamba Tuhan. Dimana banyak yang memilih untuk diam dan tidak berkomentar apapun, banyak Firman Tuhan yang diutarakan dengan maksud Pak Ahok bisa mengubah keputusannya.

Aku sih lebih memilih untuk Diam dan mendoakan yang terbaik buat Pak Ahok. Banyak yang kecewa dan banyak juga yang bersyukur atas keputusannya, terutama bagi lawan-lawan politiknya.

Sikapnya dan ketegasannya dalam memimpin suatu daerah tetap kuat, prinsipnya dan ketulusan hatinya, patut diacungin jempol. Sehingga Pak Ahok layak dijadikan contoh bagi generasi penerus bangsa ini, untuk tetap kokoh, meskipun ombak dan badai datang terus menerpa.

Ketika orang-orang kebanyakan melakukan kebiasaan salah, tidak terpengaruh dengan hal tersebut. Pas seperti pembelaanya lalu, yang mengilustrasikan dirinya dengan ikan kecil nemo. Yang berhasil menyelamatkan banyak ikan-ikan yang seharusnya terjaring, tertangkap, tapi bisa lepas karena jasa ikan kecil nemo, tapi akhirnya terlupakan. Mewakafkan dirinya untuk bangsa dan negara ini.

Diawal Minggu di tahun baru ini, mendapatkan permenungan dari Ulangan 8. Ketika pengkhotbah di gerejaku menyampaikan tentang satu ayat yang ada di Ulangan 8, yakni ayat, 17 : “Maka janganlah kau katakan dalam hatimu : Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini.”

Singkat tapi membekas dalam hatiku. Bahwa kekayaan tidak diperoleh dari hasil kekuatan tangan kita. Melainkan berkat Tuhanlah yang menjadikan itu semuanya. Banyak orang yang terjebak, bahwa dengan rajin bekerja, selalu berusaha, semangat tidak pernah kendor, ulet, gigih, dan pantang menyerah, akan mendapatkan harta ataupun kekayaan yang berlimpah. Tapi melupakan Tuhan yang ternyata bekerja juga didalamnya.

Memang dinyatakan bahwa meskipun kekayaan bisa diperoleh oleh orang semacam itu, tapi lihat bagaimana akhir hidupnya. Akhirnya akan jatuh, tergelincir, mati dan dilupakan orang.

Disampaikan lagi, bahwa penting untuk selalu mengucap syukur, atas segala hal yang terjadi dalam kehidupan kita. Baik senang,maupun sedih, suka maupun duka, sulit maupun mudah, enak maupun tidak enak. Mari bersyukurlah.

Mengevaluasi segala yang kupikirkan, kulakukan, yang merupakan arahan dari Mentor tidak langsung dalam hidupku. Mencoba menyusun top priority, prioritas yang paling utama yang selama ini kukerjakan di tahun 2017. Dimana prioritas ini juga merupakan hal yang paling banyak kita korbankan, baik waktu, tenaga, pikiran maupun uang kita.

Kudapatkan ada lima hal, yang tertuang dalam buku harianku. Yakni : mendidik anak; mengasihi istri; pengerjaan pelayanan dan pendidikan; berdoa, menyembah dan belajar firman Tuhan, dan terakhir adalah menulis artikel, perenungan maupun refleksi. Memang hal tersebut masih bersifat umum. Perlu untuk buat indikator-indikator pencapaiannya secara nyata. Dan hal tersebut sedang kucoba untuk merincikannya. Sehingga ketika di akhir tahun 2018, akankah aku telah mencapai dan berhasil dalam segala yang kutuliskan tersebut, atau akhirnya tunduk dalam penyesalan dan kegagalan.


Untuk poin mendidik anak, dengan memberikan contoh dan teladan yang baik baginya. Terbersit untuk memberikan makanan kepada orang-orang yang  tidak mampu yang berada disekitar rumah. Melatih untuk peka akan kebutuhan orang lain. Tidak mudah untuk marah. Tidak sering membentak dan memaksakan kehendak kita sebagai orang tua kepadanya.

Sebab anakku diusianya yang sekarang, sedang dan selalu mengamati tindakanku sehari-hari.Pernah ketika sedang menyebok (membersihkan kotorannya) dia ngomong kepada ku, “ bau pak!” Sebab dia lihat aku membuang ludah ketika membersihkannya. Terus kubilang, “gak pa pa nak, tidak bau. Itu biasa kok.”

Poin kedua, ketiga dan keempat, masih dalam proses pembuatan atau perincian di masing-masing pernyataan tersebut. Bagaimana pencapaian yang akan mungkin bisa dikerjakan dengan lebih lanjut.

Sedang poin terakhir, yakni menulis artikel,dll. Mencoba kembali untuk menggerakkan jemariku, dan pikiranku, disetiap harinya untuk bisa mempublish segala hal yang ada di pikiran ini. Membuat warna baru, atau bisa berbagi pikiran dan pendapat bagi para pembaca maupun buat rekan-rekan penulis yang ada. Mencoba menembus dan menerbitkannya baik dimedia online maupun cetak. Artinya di setiap bulan bisa terbit minimal 20 artikel yang terpubllish.

Semoga hal tersebut bisa dikerjakan. Dan nantinya bisa dibuktikan dan dilihat melalui sejarah (histori) akun ku, baik dimedia sosial, maupun di media-media mainstream yang ada.

Sibolangit, 10 Januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...