![]() |
sumber : kumparan |
Tidak baik memang untuk selalu
menciptakan rasa permusuhan diantara kita sesama anak bangsa. Sesungguhnya kita
masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang hebat dan kuat. Tindakan-tindakan
untuk mengklaim kebenaran sendiri lebih baik dengan kebenaran orang lain,
apalagi dengan sikap membenci, memusuhi, bahkan mengkafir-kafirkan rekan yang
lain, bukanlah tindakan yang terpuji.
Bukankah Bapak Jokowi selalu konsisten
menyatakan supaya kita tidak mudah terjebak, apalagi saling membalas diantara
berbagai elemen masyarakat. Saling demo, saling fitnah, saling hujat menghujat,
saling menjatuhkan diantara kita sesama warga bangsa. Seperti yang pernah
dipidatokan oleh beliau pada waktu pembukaan Rakornas PIP (Rapat Koordinasi
Nasional Pengawasan Intern Pemerintah) di tahun 2017 kemarin agenda tahunan
oleh BPKP.
Beliau menyatakan bahwa bangsa
kita sungguh sangat jauh tertinggal dari negara-negara maju yang ada.
Negara-negara lain sudah mencapai teknologi kecerdasan buatan (artifisial),
sudah punya kapling-kapling teknologi di luar angkasa, tapi kita masih terus
tergerus oleh penyakit saling sikut, menyebar kabar bohong, dan tindakan main
hakim sendiri.
Agama itu baik, ketika hal itu
bisa mendekatkan diri kita dengan pencipta kita, bisa menciptakan tali kasih di
antara kita seluruh warga bangsa. Bukan malah saling membenci,
mengkafir-kafiri, apalagi baku hantam.
Mensyiarkan keyakinan kita kepada
orang lain itu juga baik, sepanjang hal itu tidak dilakukan dengan unsur-unsur
iming-iming, apalagi melakukan pemaksaan. Saya sangat memuji buat gerakan
saudara FPI, GNPF, dan sejenisnya, yang dengan konsisten mensyiarkan Islam sebagai
agama pembawa damai. Apalagi sewaktu melakukan
pembelaan-pembelaan dengan sigap dan konsisten ketika ada orang-orang yang
berupaya menyinggung, menyakiti, ulama, nabi maupun kitab suci Al-quran.
Siapa yang melarang ketika kita mensyiarkan
kebaikan, mensyiarkan kedamaian, mensyiarkan kemurnian ajaran yang bisa
membangun umat. Bukan malah sebaliknya, hal-hal yang disampaikan akhirnya bisa
memicu untuk menimbulkan perpecahan diantara kita, menimbulkan kebencian, dan
bahkan penghinaan.
Siapa yang melarang ketika kita
kita memakai media-media sosial yang ada, seperti facebook, whatsupp, mesin
pencari atau search enggine, dan lain-lainnya, untuk mensyiarkan kebaikan kita
bagi orang lain. Tidak ada yang melarang. Tapi ketika yang disampaikan adalah
hal yang sebaliknya, tentulah akun-akun pengguna selayaknya diblokir sang
pemilik atau pencipta aplikasi tersebut. Ada aturan dan ada batasan, dan hal
itu pun sudah diatur dalam perundangan-undangan kita.
Kemudian, karena tidak senang
akun-akun yang seperti ITU selalu
diblokir, akhirnya buat pernyataan untuk memboikot aplikasi-aplikasi tersebut.
Ditambah lagi karena adanya sentimen anti Israel, kisruh menyikapi pernyataan sikap
kontroversi Donald Trump, maka semakin kuat dan gencar untuk segera memboikot
seluruh buatan-buatan orang Israel. Tapi pada faktanya sulit dan bahkan mustahil
untuk melakukan pernyataan mereka tersebut.
Sudah melakukan seruan untuk
memboikot Facebook, Twitter, tepat di hari Natal lalu. Kemudian merilis
aplikasi pengganti yang katanya buatan orang Indonesia. Yakni http://redaksitimes.com
untuk menggantikan Facebook; http://geevv.com
sebagai pengganti Google, dan http://callind.com
sebagai pengganti WhatsApp. Mem-blow up untuk
menggunakan aplikasi tersebut, yang katanya sebagai wujud kebangkitan bangsa dengan mencintai
produk-produk Indonesia.
Tapi, akhirnya tidak berdaya,
bahwa Facebook, Twitter, dll, masih merupakan aplikasi mumpuni dan belum bisa
dikalahkan dengan aplikasi-aplikasi yang dinyatakan oleh FPI sebelumnya.
Kemudian pada Jumat (12/1), telah melakukan demonstrasi 121, untuk menuntut
Facebook supaya tidak lagi memblokir akun ormas keagamaan di Indonesia.
Dan Facebook akhirnya memberikan
pernyataan resminya terhadap aksi 121 itu. Dinyatakan bahwa pihak Facebook terbuka
apabila Facebook digunakan untuk berdiskusi mengenai beragam topik dan gagasan
serta meningkatkan kesadaran akan isu yang penting bagi masyarakat. Namun akan
menghapus konten yang melanggar Standar Komunitas yang telah ditetapkan. Dimana
Standar Komunitas dibuat untuk mencegah adanya organisasi atau individu yang
menyerukan ujaran kebencian atau kekerasan terhadap pihak lain yang memiliki
pandangan yang berbeda dengan mereka.
Mari Belajar ke Yuma, supaya bisa konsisten Bung.
Siapa Yuma? Dia adalah programmer
cilik, 10 tahun, asal Indonesia, yang hadir pada acara tahunan oleh Perusahaan
teknologi raksasa Apple, WWDC17 (Wordwide Developers Conference) di San Jose (AS) pada Juni 2017 lalu. Tim Cook Apple
sangat terkesan dengan aplikasi buatannya yang dibuat ketika dalam perjalanan
naik pesawat, yakni aplikasi untuk membantu orangtuanya menentukan harga sebuah
barang.
Yuma mulai suka belajar coding
sejak usia enam tahun, karena menurutnya PR di sekolah kurang menantang. Dan
dia hanya belajar Coding dari Youtube. Dalam wawancaranya dengan program Radio
National ABC, Yuma mengatakan bahwa dia ingin membuat aplikasi yang bisa
mengubah dunia. Juga dia tidak pelit untuk berbagi ilmunya dalam melakukan coding.
Oleh karena itu, saudaraku FPI,
supaya bisa konsisten mari belajar teknologi dulu. Belajar kepada ahlinya
langsung. Meskipun dia masih kecil, jangan anggap anak itu masih ingusan. Lihat
dia sudah bisa menciptakan banyak aplikasi, dan anaknya juga suka tuh berbagi
ilmu.
Dan kalau sudah mapan dan jago
coding ‘tuk buat aplikasi, barulah cocok untuk menyerukan dalam memboikot
aplikasi-aplikasi seperti Facebook dan sejenisnya. Jangan hanya omong doang,
hari ini katakan A, kemudian besoknya katakan B. Plin-plan dan jilat ludah
sendiri, kan yang rugi, diri sendiri.
Setelah buat aplikasi tersebut,
untuk memviralkan aplikasi baru tersebut, bukankah ente mengklaim bahwa punya umat hampir puluhan juta di Indonesia
ini. Mari serukan aplikasi tersebut, dan menangkan persaingan dunia teknologi
informasi digital. Itulah permainan yang cantik, yang membangun citra bangsa
ini semakin lebih baik dan dikenal oleh
negara-negara lain. Dan kalau anda bisa melakukan itu, bukankah Anda
sudah memberikan kontribusi yang sangat positif bagi pembangunan bangsa kita
Indonesia.
Mari menjadi umat high tech, yang bukan hanya melek
teknologi, tapi menguasainya sekaligus, dengan menciptakan aplikasi teknologi buatan
yang tak kalah dengan buatan orang Israel, Amerika sana.
Sibolangit (13/1/’17)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar