Menjadi orang tua adalah sebuah
kebanggaan bagi kita. Sebab banyak orang atau keluarga yang ingin memiliki
anak, tapi hal itu belum terwujud. Tapi, banyak juga para orang tua, yang pada
akhirnya menyia-nyiakan anaknya, membuat hidupnya terlantar, hingga
perkembangan fisiknya atau tubuhnya tidak sesuai dengan perkembangan usia yang
sebenarnya.
Seperti yang baru-baru ini
terjadi dan dilansir pemberitaannya oleh kompas.com (16/1/2018), atas
terungkapnya kasus penyiksaan orang tua kepada ke-13 anaknya. Kasus ini terjadi
di California. Mereka dirantai di tempat tidur di sebuah kamar yang gelap dan
bau amis yang sangat menyengat. Kemudian di dalam keterangannya, polisi
menyangka bahwa 12 orang yang mereka temukan adalah anak-anak. Namun, mereka
terkejut begitu menyadari salah satu dari mereka berumur 29 tahun.
Bahkan gadis yang berhasil
meloloskan diri dari sekapan orang tuanya, ketika dia melapor, polisi menyangka
usianya baru 10 tahun. Tapi ternyata usianya sudah 17 tahun. Oleh tetangganya
menyatakan, bahwa kulit mereka sangat pucat, seperti belum pernah terkena sinar
matahari. Mereka kecil, kurus dan sangat kurang gizi.
Dan atas laporan si anak
tersebut, polisi akhirnya menahan orang tuanya, yakni David Allen Turpin (57),
dan Louise Anna Turpin (49), atas tuduhan penyiksaan dan membahayakan nyawa anak mereka.
Entah apa yang ada dipikiran
orang tuanya tersebut, sehingga harus menyekap anak-anaknya. Padahal mereka
dianggap adalah orang tua yang memiliki kerohanian yang baik. Tapi kemudian
ketika mengalami kebangkrutan dan ekonomi yang sulit, akhirnya memilih untuk
mengurung anaknya dan kurang memperhatikan makanannya mereka sehingga malnutrinisi.
Aku bersyukur, sebab bisa menjadi
seorang Bapak / Ayah bagi ke dua anakku. Bersyukurnya lagi, disetiap keseharian
aktivitas pekerjaan yang aku lakukan, diriku tidak harus pergi jauh-jauh. Bisa
sepanjang hari bersama mereka, bermain dengan mereka, mengurus mereka dengan
mengurangi pekerjaan dari istriku. Memberi mereka makan, memandikan, dan membersihkan
pakaian mereka hingga akhirnya menidurkan mereka. Satu di sebelah kiriku dan
satu lagi berbaring di sebelah kananku. Ada kebahagian tersendiri yang sulit
diucapkan dengan kata-kata ketika bisa selalu bersama dengan mereka.
Kebersamaan dengan mereka dengan
semakin sering, tentunya kita akan bisa mengerti apa-apa saja yang menjadi
kesukaan dan ketidaksukaan mereka. Apa yang menjadi maksud dan keinginan hati mereka
ketika hanya melirikkan saja ke arah yang mereka tuju. Dan itu semua harus
dipelajari lewat kebersamaan dengan mereka.
Disamping pengertian yang harus
dikembangkan, penting juga bagi kita para orang tua untuk bisa memperbaiki
keterampilan atau skill kita dalam mengurus mereka. Sebab awalnya terasa kaku
ketika kita baru memulai dalam mengurus dan memperhatikan mereka. Sebagai
contoh ketika kita harus bernyanyi untuk menidurkan mereka. Awalnya nyanyian
kita terasa begitu berat dan sangat dipaksakan. Tetapi dengan sering berlatih, maka
sekarang sudah lancar untuk memainkan nada dan bernyanyi. Meskipun lagunya
belum pernah ada, tapi bisa seakan-akan tercipta sendiri.
Hari ini yang kucoba mengerti
dari anakku yang laki-laki, meskipun usianya baru 13 bulan, dia sudah bisa
mengukur jarak, waktu, kecepatan, maupun keseimbangan. Meskipun terkadang hal
itu masih terbilang jauh dari sempurna. Tapi bersyukur perkembangannya dalam
bidang itu cukup baik. Hal itu kuuji ketika aku memberikan sebuah bola
kepadanya. Ketika dia mulai menendang bola tersebut dan akhirnya berlari untuk
meraih bola itu kembali, dia bisa mengukur seberapa jauh dia harus berlari,
seberapa cepat dia harus melaju supaya bola itu bisa diraihnya. Kemampuan ini
seharusnya bisa terus dikembangkan dan diasa.
Disamping kemampuan tersebut diatas
yang bisa dikembangkan, kemampuannya dalam meniru suara dan akhirnya bisa
berbicara dengan jelas, juga harus terus diupayakan dan dilatih. Meskipun pengucapannya belum sempurna, tidak apa-apa, yang penting sudah terus berlatih.
Pemenuhan gizi yang baikpun
sepatutnya kita usahakan juga. Sebab WHO, seperti yang dilansir oleh
Republika.co.id (23/1/2018), menyatakan bahwa ada sekitar 7,8 juta balita di
Indonesia penderita Stunting.
Diperkirakan sebanyak 18,5 persen kategori sangat pendek dan 17,1 persen kategori
pendek. Dan oleh karena itu, WHO telah menetapkan Indonesia sebagai negara
dengan status gizi buruk.
Dr Damayanti Rusli S SpAk Phd
anggota UKK Nutrisi dan penyakit metabolik mengatakan, faktor utama tingginya masalah
stunting di Indonesia adalah buruknya asupan gizi sejak janin masih dalam
kandungan, baru lahir, sampai anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada dua
tahun pertama kehidupan dapat menyebabkan kerusakan otak yang tidak dapat lagi
diperbaiki. Jadi investasi gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan merupakan
kewajiban yang tak bisa ditawar lagi.
Permasalahan gizi tidak hanya
akan mengganggu perkembangan fisik maupun mengancam kesehatan si anak, namun
hal ini bisa menyebabkan kemiskinan terjadi. Sebab pertumbuhan otak anak tidak optimal
disebabkan masalah kurang gizi, hal itu akan mempengaruhi kecerdasannya di masa
depan. “ Dengan demikian, peluang kerja dan mendapatkan penghasilan lebih bakal
lebih kecil pada anak stunting,” kata Damayanti kepada Republika.co.id.
Oleh karena itu, mari kita para
orang tua untuk bisa semakin cerdas dalam mengasuh, menolong setiap pertumbuhan
anak-anak yang dipercayakan kepada kita. Meskipun hidup memang semakin sulit,
tapi hendaknya kita terus berjuang di dalamnya. Dengan upaya-upaya yang kreatif
dan terus berinovasi dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi kita.
Jangan menjadi seperti keluarga
David Allen yang dengan tega memasung ke-13 anak mereka dalam sebuah kamar.
Sehingga pertumbuhan mereka menjadi sangat tidak baik. Dipikir masih anak-anak,
eh, ternyata mereka sudah pada dewasa.
Kemudian sudah sepatutnya kita
harus mencoba mengerti setiap perkembangan anak-anak yang dipercayakan kepada
kita. Sebab kalau kita tidak mencoba untuk mengerti si anak tersebut, maka
jangan harap mereka bisa bertumbuh dengan maksimal.
Dan hal itu seharusnya menjadi
tugas utama kita. Ketika kita punya kesempatan untuk bisa lebih banyak waktu
bersama dengan mereka, maka upayakanlah. Sebab banyak para orang tua yang
akhirnya menyia-nyiakan kesempatan yang ada, dengan lebih mementingkan
rutinitas pekerjaan sehari-hari dibandingkan dengan kebersamaan dengan anaknya.
Mari kita lakukan bersama, demi
sebuah pencapaian akan kesejahteraan berbangsa dan bertanah air. Membuat
anak-anak kita bertumbuh semakin sehat, kuat sekaligus cerdas. Sebab merekalah
investasi yang paling berharga, bukan hanya bagi keluarga kita, tapi bagi
bangsa kita juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar