Senin, 29 Januari 2018

Memahami Kebutuhan Anak Dengan Maksimal, Menghindarkan Kemiskinan Bagi Bangsa



Menjadi orang tua adalah sebuah kebanggaan bagi kita. Sebab banyak orang atau keluarga yang ingin memiliki anak, tapi hal itu belum terwujud. Tapi, banyak juga para orang tua, yang pada akhirnya menyia-nyiakan anaknya, membuat hidupnya terlantar, hingga perkembangan fisiknya atau tubuhnya tidak sesuai dengan perkembangan usia yang sebenarnya.

Seperti yang baru-baru ini terjadi dan dilansir pemberitaannya oleh kompas.com (16/1/2018), atas terungkapnya kasus penyiksaan orang tua kepada ke-13 anaknya. Kasus ini terjadi di California. Mereka dirantai di tempat tidur di sebuah kamar yang gelap dan bau amis yang sangat menyengat. Kemudian di dalam keterangannya, polisi menyangka bahwa 12 orang yang mereka temukan adalah anak-anak. Namun, mereka terkejut begitu menyadari salah satu dari mereka berumur 29 tahun.

Bahkan gadis yang berhasil meloloskan diri dari sekapan orang tuanya, ketika dia melapor, polisi menyangka usianya baru 10 tahun. Tapi ternyata usianya sudah 17 tahun. Oleh tetangganya menyatakan, bahwa kulit mereka sangat pucat, seperti belum pernah terkena sinar matahari. Mereka kecil, kurus dan sangat kurang gizi.

Dan atas laporan si anak tersebut, polisi akhirnya menahan orang tuanya, yakni David Allen Turpin (57), dan Louise Anna Turpin (49), atas tuduhan penyiksaan  dan membahayakan nyawa anak mereka.

Entah apa yang ada dipikiran orang tuanya tersebut, sehingga harus menyekap anak-anaknya. Padahal mereka dianggap adalah orang tua yang memiliki kerohanian yang baik. Tapi kemudian ketika mengalami kebangkrutan dan ekonomi yang sulit, akhirnya memilih untuk mengurung anaknya dan kurang memperhatikan makanannya mereka sehingga malnutrinisi.

Aku bersyukur, sebab bisa menjadi seorang Bapak / Ayah bagi ke dua anakku. Bersyukurnya lagi, disetiap keseharian aktivitas pekerjaan yang aku lakukan, diriku tidak harus pergi jauh-jauh. Bisa sepanjang hari bersama mereka, bermain dengan mereka, mengurus mereka dengan mengurangi pekerjaan dari istriku. Memberi mereka makan, memandikan, dan membersihkan pakaian mereka hingga akhirnya menidurkan mereka. Satu di sebelah kiriku dan satu lagi berbaring di sebelah kananku. Ada kebahagian tersendiri yang sulit diucapkan dengan kata-kata ketika bisa selalu bersama dengan mereka.

Kebersamaan dengan mereka dengan semakin sering, tentunya kita akan bisa mengerti apa-apa saja yang menjadi kesukaan dan ketidaksukaan mereka. Apa yang menjadi maksud dan keinginan hati mereka ketika hanya melirikkan saja ke arah yang mereka tuju. Dan itu semua harus dipelajari lewat kebersamaan dengan mereka.

Disamping pengertian yang harus dikembangkan, penting juga bagi kita para orang tua untuk bisa memperbaiki keterampilan atau skill kita dalam mengurus mereka. Sebab awalnya terasa kaku ketika kita baru memulai dalam mengurus dan memperhatikan mereka. Sebagai contoh ketika kita harus bernyanyi untuk menidurkan mereka. Awalnya nyanyian kita terasa begitu berat dan sangat dipaksakan. Tetapi dengan sering berlatih, maka sekarang sudah lancar untuk memainkan nada dan bernyanyi. Meskipun lagunya belum pernah ada, tapi bisa seakan-akan tercipta sendiri.

Hari ini yang kucoba mengerti dari anakku yang laki-laki, meskipun usianya baru 13 bulan, dia sudah bisa mengukur jarak, waktu, kecepatan, maupun keseimbangan. Meskipun terkadang hal itu masih terbilang jauh dari sempurna. Tapi bersyukur perkembangannya dalam bidang itu cukup baik. Hal itu kuuji ketika aku memberikan sebuah bola kepadanya. Ketika dia mulai menendang bola tersebut dan akhirnya berlari untuk meraih bola itu kembali, dia bisa mengukur seberapa jauh dia harus berlari, seberapa cepat dia harus melaju supaya bola itu bisa diraihnya. Kemampuan ini seharusnya bisa terus dikembangkan dan diasa.

Disamping kemampuan tersebut diatas yang bisa dikembangkan, kemampuannya dalam meniru suara dan akhirnya bisa berbicara dengan jelas, juga harus terus diupayakan dan dilatih. Meskipun pengucapannya belum sempurna, tidak apa-apa, yang penting sudah terus berlatih.

Pemenuhan gizi yang baikpun sepatutnya kita usahakan juga. Sebab WHO, seperti yang dilansir oleh Republika.co.id (23/1/2018), menyatakan bahwa ada sekitar 7,8 juta balita di Indonesia penderita Stunting. Diperkirakan sebanyak 18,5 persen kategori sangat pendek dan 17,1 persen kategori pendek. Dan oleh karena itu, WHO telah menetapkan Indonesia sebagai negara dengan status gizi buruk.

Dr Damayanti Rusli S SpAk Phd anggota UKK Nutrisi dan penyakit metabolik mengatakan, faktor utama tingginya masalah stunting di Indonesia adalah buruknya asupan gizi sejak janin masih dalam kandungan, baru lahir, sampai anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada dua tahun pertama kehidupan dapat menyebabkan kerusakan otak yang tidak dapat lagi diperbaiki. Jadi investasi gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan merupakan kewajiban yang tak bisa ditawar lagi.

Permasalahan gizi tidak hanya akan mengganggu perkembangan fisik maupun mengancam kesehatan si anak, namun hal ini bisa menyebabkan kemiskinan terjadi. Sebab pertumbuhan otak anak tidak optimal disebabkan masalah kurang gizi, hal itu akan mempengaruhi kecerdasannya di masa depan. “ Dengan demikian, peluang kerja dan mendapatkan penghasilan lebih bakal lebih kecil pada anak stunting,” kata Damayanti kepada Republika.co.id.


Oleh karena itu, mari kita para orang tua untuk bisa semakin cerdas dalam mengasuh, menolong setiap pertumbuhan anak-anak yang dipercayakan kepada kita. Meskipun hidup memang semakin sulit, tapi hendaknya kita terus berjuang di dalamnya. Dengan upaya-upaya yang kreatif dan terus berinovasi dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi kita.

Jangan menjadi seperti keluarga David Allen yang dengan tega memasung ke-13 anak mereka dalam sebuah kamar. Sehingga pertumbuhan mereka menjadi sangat tidak baik. Dipikir masih anak-anak, eh, ternyata mereka sudah pada dewasa.

Kemudian sudah sepatutnya kita harus mencoba mengerti setiap perkembangan anak-anak yang dipercayakan kepada kita. Sebab kalau kita tidak mencoba untuk mengerti si anak tersebut, maka jangan harap mereka bisa bertumbuh dengan maksimal.

Dan hal itu seharusnya menjadi tugas utama kita. Ketika kita punya kesempatan untuk bisa lebih banyak waktu bersama dengan mereka, maka upayakanlah. Sebab banyak para orang tua yang akhirnya menyia-nyiakan kesempatan yang ada, dengan lebih mementingkan rutinitas pekerjaan sehari-hari dibandingkan dengan kebersamaan dengan anaknya.

Mari kita lakukan bersama, demi sebuah pencapaian akan kesejahteraan berbangsa dan bertanah air. Membuat anak-anak kita bertumbuh semakin sehat, kuat sekaligus cerdas. Sebab merekalah investasi yang paling berharga, bukan hanya bagi keluarga kita, tapi bagi bangsa kita juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...