![]() |
Tampilan webmail merahputih.id |
Kali ini, mau bahas tentang aplikasi terbaru dulu. Capek
dan mumet bahas tentang politik. Apalagi orang yang ditujukan menjadi curhatan artikel
tersebut, sangatlah pongah dan ngeyel. Diluar nalar seperti yang pernah saya
angkat pada akhir desember lalu, berjudul ‘Anies,
Sang Pemikir Kebijakan di Luar Nalar’.
Setelah beliau menghadiri perayaan natal, menanggapi
semua issue dan berita tentang dirinya mengenai proyek reklamasi. Alhasil dan
dengan entengnya menjawab, bahwa pengembalian uang pembatalan sertifikat HGB
tidak melalui uang rakyat alias APBD DKI. Menyatakan bahwa hal itu merupakan
hal yang mudah bagi Pemprov dalam penggantian kerugian modal para pengembang.
Yakni pembayarannya dengan pajak yang penuh catatan dari pengembang juga.
Sungguh senang ketika banyak anak-anak muda yang mau
bergiat dan berinovasi. Apalagi Menciptakan teknologi yang bisa membantu kita
dalam kegiatan sehari-hari. Contohnya Yuma, asal Indonesia, seorang anak
berumur 10 tahun telah menciptakan aplikasi-aplikasi yang mencengangkan. Hanya
karena hobbinya adalah mengotak-atik coding dan belajar otodidak akhirnya
berhasil menciptakan sejumlah aplikasi. Diundang oleh Apple dalam acara tahunan
mereka, dan bertemu orang-orang hebat disana. Mengharumkan nama bangsa.
Fisik, usia, kesehatan, jenis kelamin, tidak akan pernah
membatasi kita untuk sukses. Tapi ketekunan dan selalu mau mencoba, itulah yang
akan membawa kita menjadi “sesuatu”, seperti kata Mbak Syahrini dalam lagunya.
Kita perlu banyak generasi-generasi produktif, yakni yang
kesehariannya selalu menghasilkan karya-karya yang hebat. Bukan malah
menciptakan generasi yang suka mencibir, suka memfitnah, suka menyebarkan
berita bohong, suka ikut-ikutan demo tapi tidak tahu tujuannya apa.
Untuk kali ini saya akan membahas tentang webmail buatan
anak Indonesia. Adanya aplikasi ini, sebenarnya baru tahu hari ini (14/1),
ketika menyaksikan Big Circle di Metro TV dengan tema : Buatan Lokal Rasa
Global. Padahal ternyata aplikasi webmail merahputih.id ini sudah di-launching sejak Juli tahun lalu.
Pada acara Big Circle tersebut ditampilkan ada tiga
aplikasi yang diperkenalkan. Mulai dari aplikasi peminjaman, yakni modalku,
aplikasi Games 3 D pertama bertemakan horror, yakni DreadOut, dan terakhir
adalah webmail lokal Indonesia pertama, yakni merahputih.id. Dengan menghadirkan
sejumlah narasumber baik itu founder-nya langsung, maupun CTO (Chief Technology
Ofiicer)-nya dari para pembuat aplikasi tersebut.
Webmail seperti Gmail, Ymail, Hotmail, dan lain-lain
adalah aplikasi mail raksasa yang selalu
kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan aplikasi itu turut
memudahkan kita ketika hendak berbagi dengan banyak orang. Baik itu pengiriman surat,
video ataupun gambar ke rekan-rekan kita. Kita membutuhkan itu semua.
Dan sepatutnya kita berbangga, karena kitapun sudah punya
webmail lokal buatan Indonesia. Yakni Merahputih.id. Webmail pertama di Indonesia ini diharapkan bukan hanya
untuk mengurangi beban bandwith semata, tapi juga sekaligus bisa menunjukkan identitas bangsa
kita. Karena ketika kita memakai akun webmail tersebut, ada identitas
kenasionalan kita ditunjukkan. Seperti email akun saya berikut, yang baru saya
buat,yakni rintofs84@merahputih.id.
Merahputih.id itu sendiri merupakan hasil kerjasama PT IP
Networks Solusindo (IPNet) & Telkomsel. Adapun kelebihannya, yakni kapasitas
inbox hingga mencapai 50GB, serta kapasitas lampiran bisa mencapai hingga 100MB.
Dimana
kalau kita menelisik Gmail, dimana kapasitas inboxnya dibatasin sampai 10 GB,
sedangkan untuk kapasitas lampirannya hingga 20MB. Juga kelebihan lainnya
adalah bahwa aplikasi ini terintegrasi dengan beberapa layanan produk lain
seperti cloud storage, group chatting, news portal, IPTV,
hingga marketplace.
Presiden Direktur IP Network Solusindo HE
Hariyadi, mengatakan kerja sama ini, memperkuat peranan teknologi digital dalam
membangun model bisnis yang mengedepankan kepentingan pengguna dalam hal
teknologi informasi. Seperti kekuatan jaringan, aplikasi, pusat data, dan
infrastruktur yang semuanya dikelola di Indonesia.
“Hal ini juga memperkuat komitmen
Telkomsel untuk menjaga kedaulatan digital NKRI dengan memberikan dukungan
kepada perusahaan IT lokal untuk mengambil peran membuka akses komunikasi bagi
seluruh masyarakat Indonesia,” katanya dalam keterangan resmi Minggu
(23/7/2017) di Jakarta.
Perlunya Endorse atau Pengiklanan
Mari kita meng-endorse
ketika kita mengetahui adanya aplikasi-aplikasi lokal. Seperti yang pernah
dilakukan rekan kita FPI dan Alumni 212. Yang karena akun-akunnya mereka banyak
diblokir, akhirnya dengan berberat hati harus mengumumkan dan menggunakan akun
tandingan, seperti http://redaksitimes.com untuk
menggantikan Facebook; http://geevv.com sebagai pengganti Google, dan
http://callind.com
sebagai pengganti WhatsApp. Dimana hal ini juga pernah saya bahas dalam artikel
saya yang berjudul, “Saudaraku FPI, Mari Belajar Ke Yuma, Supaya Menjadi
Umat High Tech”
Meskipun ketika dikonfirmasi oleh redaksi
tirto.id tentang pernyataan FPI tersebut kepada para pengembang aplikasi diatas,
hal itu bukanlah suatu unsur kesengajaan. Bukan karena adanya unsur permintaan
atau kerjasama sebelumnya diantara PFI dan para pembuat aplikasi. Para admin
yang dihubungi Tirto.id (26/12) menyatakan sama sekali tidak tahu tentang hal itu.
Namun mereka mengetahui bahwa ada peningkatan user atau akun pengguna aplikasi dihari
ketika mereka menyatakan boikot pada 25 Desember lalu. Dan mereka mengakui
bahwa aplikasi mereka sempat down
karena kebanyakan traffic atau
aktivitas online secara massif dan bersamaan mengakses aplikasi yang sama.
Artinya, kita sebagai masyarakat awam, ketika
kita sendiri tidak bisa untuk membuat aplikasi semacam itu, minimal kita bisa
bangga dengan produk tersebut. Kebanggaan itu ditunjukkan dengan menggunakan
aplikasi buatan tersebut. Supaya brand-brand tersebut cepat berkembang dan
maju.
Mari kita lihat Negara Cina, ketika ada
pengembang aplikasi lokal, pemerintah maupun masyarakatnya dengan cepat
mendukung hal itu. Seperti Alibaba, aplikasi ecommerce asal Cina, yang akhirnya
mendunia dan menguasai pasar e-commerce Internasional. Apikasi tersebut
sampai-sampai bisa mengalahkan aplikasi e-bay,
amazon dan lainnya.
Memang kita sudah punya produk aplikasi lokal
yang akhirnya juga tidak kalah dengan produk aplikasi luar, seperti go-jek, bukalapak.com, dan lainnya. Tapi
kita butuh lebih banyak para entreprenuer muda terutama dalam bidang teknologi aplikasi
buatan. Yang berani mendobrak zona kenyamanannya, untuk segera melakukan startup ketika memang sudah menemukan peluang
tersebut.
Penulis sendiripun ingin menjadi seperti
Yuma, ingin membuat aplikasi-aplikasi yang bisa menolong banyak orang. Pernah
terlintas untuk membuat aplikasi memetakan perkara kejadian laka di jalan. Sebab
prihatin, melihat para polisi-polisi kita, masih menggunakan cara-cara manual,
menggunakan pulpen dan kertas untuk bisa memetakan laka yang terjadi di jalan.
Supaya cepat memproses dan membuat berkas lampiran perkara di lapangan. Polisi
tinggal foto-foto kejadian perkara laka masukkan dalam aplikasi dan kemudian, langsung
deh jadi pemetaan lakanya secara digital.
Cuma masih harus belajar coding lagi nih
kayaknya, dan kemungkinan untuk terus mengakses channel-nya Yuma di Youtube. Semoga
ketika ada waktu dan kesempatan, bisa merelisasikan hal itu.
Sibolangit, 15 Januari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar