Minggu, 14 Januari 2018

Tingkatkan Rasa Nasionalisme Lewat Webmail Produk Buatan Sendiri


Tampilan webmail merahputih.id



Kali ini, mau bahas tentang aplikasi terbaru dulu. Capek dan mumet bahas tentang politik. Apalagi orang yang ditujukan menjadi curhatan artikel tersebut, sangatlah pongah dan ngeyel. Diluar nalar seperti yang pernah saya angkat pada akhir desember lalu, berjudul ‘Anies, Sang Pemikir Kebijakan di Luar Nalar’.

Setelah beliau menghadiri perayaan natal, menanggapi semua issue dan berita tentang dirinya mengenai proyek reklamasi. Alhasil dan dengan entengnya menjawab, bahwa pengembalian uang pembatalan sertifikat HGB tidak melalui uang rakyat alias APBD DKI. Menyatakan bahwa hal itu merupakan hal yang mudah bagi Pemprov dalam penggantian kerugian modal para pengembang. Yakni pembayarannya dengan pajak yang penuh catatan dari pengembang juga.

Sungguh senang ketika banyak anak-anak muda yang mau bergiat dan berinovasi. Apalagi Menciptakan teknologi yang bisa membantu kita dalam kegiatan sehari-hari. Contohnya Yuma, asal Indonesia, seorang anak berumur 10 tahun telah menciptakan aplikasi-aplikasi yang mencengangkan. Hanya karena hobbinya adalah mengotak-atik coding dan belajar otodidak akhirnya berhasil menciptakan sejumlah aplikasi. Diundang oleh Apple dalam acara tahunan mereka, dan bertemu orang-orang hebat disana. Mengharumkan nama bangsa.

Fisik, usia, kesehatan, jenis kelamin, tidak akan pernah membatasi kita untuk sukses. Tapi ketekunan dan selalu mau mencoba, itulah yang akan membawa kita menjadi “sesuatu”, seperti kata Mbak Syahrini dalam  lagunya.

Kita perlu banyak generasi-generasi produktif, yakni yang kesehariannya selalu menghasilkan karya-karya yang hebat. Bukan malah menciptakan generasi yang suka mencibir, suka memfitnah, suka menyebarkan berita bohong, suka ikut-ikutan demo tapi tidak tahu tujuannya apa.

Untuk kali ini saya akan membahas tentang webmail buatan anak Indonesia. Adanya aplikasi ini, sebenarnya baru tahu hari ini (14/1), ketika menyaksikan Big Circle di Metro TV dengan tema : Buatan Lokal Rasa Global. Padahal ternyata aplikasi webmail merahputih.id ini sudah di-launching sejak Juli tahun lalu.

Pada acara Big Circle tersebut ditampilkan ada tiga aplikasi yang diperkenalkan. Mulai dari aplikasi peminjaman, yakni modalku, aplikasi Games 3 D pertama bertemakan horror, yakni DreadOut, dan terakhir adalah webmail lokal Indonesia pertama, yakni merahputih.id. Dengan menghadirkan sejumlah narasumber baik itu founder-nya langsung, maupun CTO (Chief Technology Ofiicer)-nya dari para pembuat aplikasi tersebut.

Webmail seperti Gmail, Ymail, Hotmail, dan lain-lain adalah aplikasi mail raksasa yang selalu kita gunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dengan aplikasi itu turut memudahkan kita ketika hendak berbagi dengan banyak orang. Baik itu pengiriman surat, video ataupun gambar ke rekan-rekan kita. Kita membutuhkan itu semua.

Dan sepatutnya kita berbangga, karena kitapun sudah punya webmail lokal buatan Indonesia. Yakni Merahputih.id. Webmail pertama di Indonesia ini diharapkan bukan hanya untuk mengurangi beban bandwith semata, tapi juga  sekaligus bisa menunjukkan identitas bangsa kita. Karena ketika kita memakai akun webmail tersebut, ada identitas kenasionalan kita ditunjukkan. Seperti email akun saya berikut, yang baru saya buat,yakni rintofs84@merahputih.id.


Merahputih.id itu sendiri merupakan hasil kerjasama PT IP Networks Solusindo (IPNet) & Telkomsel. Adapun kelebihannya, yakni kapasitas inbox hingga mencapai 50GB, serta kapasitas lampiran bisa mencapai hingga 100MB.  Dimana kalau kita menelisik Gmail, dimana kapasitas inboxnya dibatasin sampai 10 GB, sedangkan untuk kapasitas lampirannya hingga 20MB. Juga kelebihan lainnya adalah bahwa aplikasi ini terintegrasi dengan beberapa layanan produk lain seperti cloud storage, group chatting, news portal, IPTV, hingga marketplace.

Presiden Direktur IP Network Solusindo HE Hariyadi, mengatakan kerja sama ini, memperkuat peranan teknologi digital dalam membangun model bisnis yang mengedepankan kepentingan pengguna dalam hal teknologi informasi. Seperti kekuatan jaringan, aplikasi, pusat data, dan infrastruktur yang semuanya dikelola di Indonesia.
“Hal ini juga memperkuat komitmen Telkomsel untuk menjaga kedaulatan digital NKRI dengan memberikan dukungan kepada perusahaan IT lokal untuk mengambil peran membuka akses komunikasi bagi seluruh masyarakat Indonesia,” katanya dalam keterangan resmi Minggu (23/7/2017) di Jakarta.
Perlunya Endorse atau Pengiklanan
Mari kita meng-endorse ketika kita mengetahui adanya aplikasi-aplikasi lokal. Seperti yang pernah dilakukan rekan kita FPI dan Alumni 212. Yang karena akun-akunnya mereka banyak diblokir, akhirnya dengan berberat hati harus mengumumkan dan menggunakan akun tandingan, seperti http://redaksitimes.com untuk menggantikan Facebook; http://geevv.com sebagai pengganti Google, dan http://callind.com sebagai pengganti WhatsApp. Dimana hal ini juga pernah saya bahas dalam artikel saya yang berjudul, “Saudaraku FPI, Mari Belajar Ke Yuma, Supaya Menjadi Umat High Tech”

Meskipun ketika dikonfirmasi oleh redaksi tirto.id tentang pernyataan FPI tersebut kepada para pengembang aplikasi diatas, hal itu bukanlah suatu unsur kesengajaan. Bukan karena adanya unsur permintaan atau kerjasama sebelumnya diantara PFI dan para pembuat aplikasi. Para admin yang dihubungi Tirto.id (26/12) menyatakan sama sekali tidak tahu tentang hal itu. Namun mereka mengetahui bahwa ada peningkatan user atau akun pengguna aplikasi dihari ketika mereka menyatakan boikot pada 25 Desember lalu. Dan mereka mengakui bahwa aplikasi mereka sempat down karena kebanyakan traffic atau aktivitas online secara massif dan bersamaan mengakses aplikasi yang sama.
Artinya, kita sebagai masyarakat awam, ketika kita sendiri tidak bisa untuk membuat aplikasi semacam itu, minimal kita bisa bangga dengan produk tersebut. Kebanggaan itu ditunjukkan dengan menggunakan aplikasi buatan tersebut. Supaya brand-brand tersebut cepat berkembang dan maju.
Mari kita lihat Negara Cina, ketika ada pengembang aplikasi lokal, pemerintah maupun masyarakatnya dengan cepat mendukung hal itu. Seperti Alibaba, aplikasi ecommerce asal Cina, yang akhirnya mendunia dan menguasai pasar e-commerce Internasional. Apikasi tersebut sampai-sampai bisa mengalahkan aplikasi e-bay, amazon dan lainnya.
Memang kita sudah punya produk aplikasi lokal yang akhirnya juga tidak kalah dengan produk aplikasi luar, seperti go-jek, bukalapak.com, dan lainnya. Tapi kita butuh lebih banyak para entreprenuer muda terutama dalam bidang teknologi aplikasi buatan. Yang berani mendobrak zona kenyamanannya, untuk segera melakukan startup  ketika memang sudah menemukan peluang tersebut.
Penulis sendiripun ingin menjadi seperti Yuma, ingin membuat aplikasi-aplikasi yang bisa menolong banyak orang. Pernah terlintas untuk membuat aplikasi memetakan perkara kejadian laka di jalan. Sebab prihatin, melihat para polisi-polisi kita, masih menggunakan cara-cara manual, menggunakan pulpen dan kertas untuk bisa memetakan laka yang terjadi di jalan. Supaya cepat memproses dan membuat berkas lampiran perkara di lapangan. Polisi tinggal foto-foto kejadian perkara laka masukkan dalam aplikasi dan kemudian, langsung deh jadi pemetaan lakanya secara digital.
Cuma masih harus belajar coding lagi nih kayaknya, dan kemungkinan untuk terus mengakses channel-nya Yuma di Youtube. Semoga ketika ada waktu dan kesempatan, bisa merelisasikan hal itu.
Sibolangit, 15 Januari 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...