Solusi Tanah Abang, yang katanya
sudah paten (omongan Medan), ternyata belum paten. Katanya sudah pas, tapi
akhirnya menimbulkan banyak polemik. Para supir angkot, pengusaha, bahkan
pejalan kaki pun harus dirugikan oleh kebijakan Bapak sejak 22 Desember 2017
lalu.
Sudah sebulan lebih, para supir
angkot menahan untuk kondisi seperti itu. Sekarang mereka sudah bersuara, dan
tak tahan dengan kebijakan Bapak. Seperti yang dilansir oleh Kompas.com
(22/1/2018),Koordinator Supir Angkot, Darmono menjerit karena omset mereka
menurun drastis hingga 50 persen setelah penataan tanah abang.
Ia menganggap dioperasikannya bus
transjakarta “Tanah Abang Explorer” di jalur yang biasa dilalui angkot menjadi
penyebab turunnya omzet para supir angkot. Disamping itu, mereka meminta kepada
Dishub supaya tidak kepada para supir. Sebab pernah kaca angkot 08 dipecahkan ketika menurunkan penumpang.
Setelah selesai demo pada tanggal
22 Januari lalu, aksi terus berlanjut. Dimana perjuangan mereka terus
dinyatakan lagi sejak Senin (29/1) lalu hingga Rabu (31/1). Seperti yang
dilansir oleh Kompas.com pada tanggal-tanggal tersebut. Tidak tahu akankah demo
ini akan terus berlanjut, sampai Gubernur DKI akhirnya turun ke tanah abang
melihat, mendengarkan aspirasi mereka.
Kemudian ketika mereka demo pada
Selasa lalu, hal itu diberitakan oleh kompas.com (30/1/2018), bahwa Bapak Anies
ingin mengajak bertemu dan sarapan bersama pada Rabu (31/1/2018). Hal itu dinyatakan
oleh Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah.
“Pak Gubernur ajak kita
sama-sama, Rabu pagi sarapan bareng di Balai Kota bersama semua perwakilan
sopir angkot”.Ujar Andri.
Namun ternyata tawaran itu
ditolak para sopir angkot. Mereka tidak bersedia mengirimkan perwakilan ke
Balai Kota. Mereka meminta Anies datang menemui para sopir angkot ke Tanah
Abang.
Strategi ini, sepertinya ingin
meniru pola Pak Jokowi, sewaktu beliau ingin menyelesaikan masalah warga dengan
strategi makan bersama. Cuma bedanya, Anies menawarkan sarapan pagi ke Balai
Kota, sedangkan Bapak Jokowi ketika ingin menyelesaikan suatu masalah, beliau
sendirilah yang langsung turun ke lapangan dengan menyantap makanan yang sudah
disiapkan lebih dahulu.
Kemudian pada Hari Rabu, ketika
demo terus berlanjut, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak ikut dalam
pertemuan tersebut di Balai Kota. Yang hadir hanyalah Wakil Gubernur DKI
Jakarta Sandiaga Uno, Kadis Perhubungan, bersama dengan perwakilan sopir angkot
Tanah Abang.
Kepada awak media, Anies
menjelaskan alasannya tak menemui para sopir angkot Tanah Abang, menyatakan
bahwa sudah ada Pak Wagub. Biar nanti Pak Wagub yang lapor ke saya. Kemudian dikatakan
lagi oleh Bapak Anies: “Ya sebenarnya ya, mereka enggak usah demo bsaja,”
Padahal sebelumnya beliau mau berkenan ketemu dan mau mengajak sarapan, tapi
ketika mendapatkan penolakan, beliaupun akhirnya memutuskan untuk tidak menemui
mereka lagi
Akhirnya sebagai respon sementara
atas tuntutan para supir angkot, Bus Transjakarta “Explorer”, sejak 29 Januari
lalu sudah dihentikan operasionalnya. Hingga situasi kondusif dan ketika ada
perintah langsung dari Sang Gubernur untuk memulai kembali operasionalnya Bus
Transjakarta.
Ketika menyimak pernyataan Pak
Anies ketika tampil di Mata Najwa lalu di Trans TV dan hal itu dilansir oleh Jabartribuns.com
(25/1/2018), bahwa progam yang dijalankan beliau sudah matang.
“Soal matang dan tidak.
Alhamdulillah, IsyaAllah matang. Kalau gak matang, gak diluncurkan...”ungkap
Anies kepada Najwa.
Kemudian ketika menyelesaikan
suatu masalah itu berbeda-beda cara penyelesaian masalahnya. Yang penting ajak
bicara dulu, kita catat, kita daftar
semua dan dan kita atur kemudian. Selalu dalam penyelesaian masalahnya nanti
dan tidak langsung eksekusi. Dan pada
tataran teori, langkah ini memang benar adanya. Sulit memang untuk bisa
menemukan solusi langsung ketika ketemu dalam suatu masalah.
Khususnya mengenai masalah tanah
abang, ketika merasa sudah matang perencanaannya, dan sepertinya para PKL akan
tetap berjualan di jalan-jalan, para angkot yang tidak boleh lewat di jalur
Tanah Abang, disediakan bus gratis, telah menemukan sejumlah masalah baru lagi.
Tapi oleh pemprov DKI berkata lain tentang hal itu, terutama tentang kemacetan.
Dirlantas Kombes Halim Pagarra,
mengatakan bahwa solusi yang diambil kurang efektif, hal itu dilansir
Poskotanews.com (26/1/2018). Adapun masalah yang ditimbukan diantaranya
mengganggu pejalan kaki, menambah kemacetan di wilayah tersebut, menyebabkan
kecelakaan, hingga memicu kecemburuan dari pedagang lain baik dari Pasar Tanah
Abang di semua blok hingga pedagang dari pasar lain yang ingin diperlakukan
sama.
Sejak mulai diuji pada Jumat
(21/12/2017) lalu, dikatakan Halim, ada peningkatan kemacetan hingga 60 persen
pada jam-jam tertentu. Dan Bapak Halim, menyatakan sudah memberikan surat
rekomendasi kepada Bapak Anies tentang temuan mereka, supaya beliau
mengevaluasi kebijakan tersebut. Serta Jalan Jatibaru diharapkan bisa kembali
dibuka sehingga bisa digunakan sebagaimana mestinya.
Terakhir, ketika sulit mengambil
keputusan yang pas tentang suatu masalah dalam masyarakat, hendaknya Bapak bisa
berpaut kepada aturan-aturan yang sudah ada. Tidak usah terlalu bombastis,
untuk mengubah perda yang sudah dibuatin sebelumnya. Padahal pembatalan suatu
Perda harus berdasarkan Hasil Putusan sidang oleh MA. Kemudian kebijakan yang
diambil seharusnya berpaut kepada kepentingan umum, bukannya sebagian golongan
saja, serta tentunya berasaskan kesusilaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar