Rabu, 31 Januari 2018

Solusi Tanah Abang, Ternyata Belum Solusi, Bagaimana Masalah yang Lain yah?



 
Solusi Tanah Abang, yang katanya sudah paten (omongan Medan), ternyata belum paten. Katanya sudah pas, tapi akhirnya menimbulkan banyak polemik. Para supir angkot, pengusaha, bahkan pejalan kaki pun harus dirugikan oleh kebijakan Bapak sejak 22 Desember 2017 lalu.

Sudah sebulan lebih, para supir angkot menahan untuk kondisi seperti itu. Sekarang mereka sudah bersuara, dan tak tahan dengan kebijakan Bapak. Seperti yang dilansir oleh Kompas.com (22/1/2018),Koordinator Supir Angkot, Darmono menjerit karena omset mereka menurun drastis hingga 50 persen setelah penataan tanah abang.

Ia menganggap dioperasikannya bus transjakarta “Tanah Abang Explorer” di jalur yang biasa dilalui angkot menjadi penyebab turunnya omzet para supir angkot. Disamping itu, mereka meminta kepada Dishub supaya tidak kepada para supir. Sebab pernah kaca angkot 08  dipecahkan ketika menurunkan penumpang.

Setelah selesai demo pada tanggal 22 Januari lalu, aksi terus berlanjut. Dimana perjuangan mereka terus dinyatakan lagi sejak Senin (29/1) lalu hingga Rabu (31/1). Seperti yang dilansir oleh Kompas.com pada tanggal-tanggal tersebut. Tidak tahu akankah demo ini akan terus berlanjut, sampai Gubernur DKI akhirnya turun ke tanah abang melihat, mendengarkan aspirasi mereka.

Kemudian ketika mereka demo pada Selasa lalu, hal itu diberitakan oleh kompas.com (30/1/2018), bahwa Bapak Anies ingin mengajak bertemu dan sarapan bersama pada Rabu (31/1/2018). Hal itu dinyatakan oleh Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah.

“Pak Gubernur ajak kita sama-sama, Rabu pagi sarapan bareng di Balai Kota bersama semua perwakilan sopir angkot”.Ujar Andri.

Namun ternyata tawaran itu ditolak para sopir angkot. Mereka tidak bersedia mengirimkan perwakilan ke Balai Kota. Mereka meminta Anies datang menemui para sopir angkot ke Tanah Abang.

Strategi ini, sepertinya ingin meniru pola Pak Jokowi, sewaktu beliau ingin menyelesaikan masalah warga dengan strategi makan bersama. Cuma bedanya, Anies menawarkan sarapan pagi ke Balai Kota, sedangkan Bapak Jokowi ketika ingin menyelesaikan suatu masalah, beliau sendirilah yang langsung turun ke lapangan dengan menyantap makanan yang sudah disiapkan lebih dahulu.

Kemudian pada Hari Rabu, ketika demo terus berlanjut, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak ikut dalam pertemuan tersebut di Balai Kota. Yang hadir hanyalah Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, Kadis Perhubungan, bersama dengan perwakilan sopir angkot Tanah Abang.

Kepada awak media, Anies menjelaskan alasannya tak menemui para sopir angkot Tanah Abang, menyatakan bahwa sudah ada Pak Wagub. Biar nanti Pak Wagub yang lapor ke saya. Kemudian dikatakan lagi oleh Bapak Anies: “Ya sebenarnya ya, mereka enggak usah demo bsaja,” Padahal sebelumnya beliau mau berkenan ketemu dan mau mengajak sarapan, tapi ketika mendapatkan penolakan, beliaupun akhirnya memutuskan untuk tidak menemui mereka lagi


Akhirnya sebagai respon sementara atas tuntutan para supir angkot, Bus Transjakarta “Explorer”, sejak 29 Januari lalu sudah dihentikan operasionalnya. Hingga situasi kondusif dan ketika ada perintah langsung dari Sang Gubernur untuk memulai kembali operasionalnya Bus Transjakarta.
Ketika menyimak pernyataan Pak Anies ketika tampil di Mata Najwa lalu di Trans TV dan hal itu dilansir oleh Jabartribuns.com (25/1/2018), bahwa progam yang dijalankan beliau sudah matang.

“Soal matang dan tidak. Alhamdulillah, IsyaAllah matang. Kalau gak matang, gak diluncurkan...”ungkap Anies kepada Najwa.

Kemudian ketika menyelesaikan suatu masalah itu berbeda-beda cara penyelesaian masalahnya. Yang penting ajak bicara dulu,  kita catat, kita daftar semua dan dan kita atur kemudian. Selalu dalam penyelesaian masalahnya nanti dan tidak langsung eksekusi.  Dan pada tataran teori, langkah ini memang benar adanya. Sulit memang untuk bisa menemukan solusi langsung ketika ketemu dalam suatu masalah.

Khususnya mengenai masalah tanah abang, ketika merasa sudah matang perencanaannya, dan sepertinya para PKL akan tetap berjualan di jalan-jalan, para angkot yang tidak boleh lewat di jalur Tanah Abang, disediakan bus gratis, telah menemukan sejumlah masalah baru lagi. Tapi oleh pemprov DKI berkata lain tentang hal itu, terutama tentang kemacetan.

Dirlantas Kombes Halim Pagarra, mengatakan bahwa solusi yang diambil kurang efektif, hal itu dilansir Poskotanews.com (26/1/2018). Adapun masalah yang ditimbukan diantaranya mengganggu pejalan kaki, menambah kemacetan di wilayah tersebut, menyebabkan kecelakaan, hingga memicu kecemburuan dari pedagang lain baik dari Pasar Tanah Abang di semua blok hingga pedagang dari pasar lain yang ingin diperlakukan sama.

Sejak mulai diuji pada Jumat (21/12/2017) lalu, dikatakan Halim, ada peningkatan kemacetan hingga 60 persen pada jam-jam tertentu. Dan Bapak Halim, menyatakan sudah memberikan surat rekomendasi kepada Bapak Anies tentang temuan mereka, supaya beliau mengevaluasi kebijakan tersebut. Serta Jalan Jatibaru diharapkan bisa kembali dibuka sehingga bisa digunakan sebagaimana mestinya.

Terakhir, ketika sulit mengambil keputusan yang pas tentang suatu masalah dalam masyarakat, hendaknya Bapak bisa berpaut kepada aturan-aturan yang sudah ada. Tidak usah terlalu bombastis, untuk mengubah perda yang sudah dibuatin sebelumnya. Padahal pembatalan suatu Perda harus berdasarkan Hasil Putusan sidang oleh MA. Kemudian kebijakan yang diambil seharusnya berpaut kepada kepentingan umum, bukannya sebagian golongan saja, serta tentunya berasaskan kesusilaan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...