![]() |
Fly over Gatot Subroto |
Awal sekali ketika Bapak Anies
dan Bapak Sandiaga Uno dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur, pernah
menyatakan akan sowan ke seluruh
Gubernur yang pernah memimpin DKI. Sebagai bukti orang yang punya sopan santun dan
punya etika ketika hal itu bisa direalisasikan. Menjadi suatu apresiasi khusus
dan dipandang baik oleh masyarakat.
Apalagi ketika dua Gubernur
sebelumnya, yakni Pak Ahok, sedang mendekam di dalam penjara. Yang kasusnya gak
usah lagi dibicarakan, kita pasti sudah paham dan mahfum mengapa beliau harus
berada disana. Dimana bukan hanya publik Indonesia, duniapun mengecam tindakan
hukum yang mengena kepada Pak Ahok.
Seharusnya sebagai Gubernur yang
punya etika yang baik, apa salahnya mengunjungi rekan yang sedang mengalami
musibah. Toh, tidak harus berlama-lama disana. Ketika Bapak meluangkan waktu
sedikit saja, maupun hanya berbasa-basi untuk sekedar bisa melihat kondisi Bapak
Ahok. Ketika Anda bisa melakukan hal itu, bukankah Anda akan semakin
mendapatkan banyak pujian.
Sebab seorang pemimpin yang baik
dan punya etikat yang baik adalah ketika dia mampu melihat dan menyelami apa
yang dirasakan oleh orang-orang yang berada disekelilingnya. Artinya dia
memiliki bukan hanya sikap simpati semata tetapi sekaligus empati kepada
orang-orang yang sedang mengalami musibah.
Kali ini Bapak Anies sudah merasakan
bagaimana sih enaknya cibiran dari warga Bapak sendiri. Niat Anda sih awalnya
baik, ketika hendak mengunjungi korban kecelakaan pada peristiwa ambruknya selasar
Gedung BEI, Senin (15/1) seperti yang dilansir oleh jpnn.com. Tapi kehadiran
Anda sepertinya malah membuat suasana tambah tidak kondusif. Dimana seharusnya
lokasi itu disterilkan, malahan tambah crowded. Seperti kesaksian oleh salah
satu warga berikut : “Kedatangannya malah bikin gencet-gencetan. Seharusnya di
kantor aja dia.”
Anda mau menunjukkan bahwa Anda
adalah seorang Pemimpin yang cepat tanggap, tapi malah tidak dianggap. Sungguh
kasihan pak. Sebab Bapak sepertinya tidak tulus untuk datang. Ketulusan dan
kebaikan orang, tanpa diomongkanpun pasti akan berasa bagi orang yang berada di
sekitar Bapak. Tapi dalam prakteknya, Bapak lebih jago bersilat lidah daripada
melakukan-NATO (Not Action Talk Only).
Mari Pak untuk bisa introspeksi
diri. Bapak itu sudah berubahloh. Dulunya Anda pro akan kebaikan, kedamaian,
mengecam orang-orang radikal seperti FPI, sampai-sampai saya pernah
mengidolakan Bapak, tapi karena politik praktis dan hajatan Pilgub kemarin, Bapak
terjebak. Sekarang malah sepertinya menjadi pro radikalisme. Untuk mengeles, Bapak
nyatakan bahwa itu adalah sebagai wujud perangkulan.
Saya sempat kecewa kepada Bapak
Jokowi, akan keputusannya kemarin. Kok orang sehebat Bapak, bisa tersingkir
dari jabatan Menteri dalam kabinet beliau. Orang yang punya andil besar dalam
memajukan pendidikan di seluruh Indonesia, terutama melalui program brilian
Bapak, Indonesia Mengajar. Dan banyak program-program yang baik Bapak cetuskan
selama Bapak menjabat sebagai menteri. Tapi, Bapak akhirnya dicampakkan oleh
Bapak Jokowi, karena mungkin satu atau dua hal yang dipandang tidak baik oleh
Bapak Jokowi, Anda tetap berada disisinya.
Dan memang terbukti, pandangan
dan penilaian Bapak Jokowi. Jakarta dulu ditangannya, Bapak Jokowi sendiri,
kemudian Pak Ahok, dan akhirnya Pak Jarot, sudah sangat tertara dengan
sedemikian baik. Macet, banjir, kekumuhan bisa berkurang dengan sangat baik. Pendidikan
dan kesehatan gratis melalui program KJP dan KJS bisa terukur, dan dengan kartu
itu juga bisa makan daging seminggu sekali. Sungai-sungai dan waduk-waduk pada
bersih dari sampah dan kotoran, bahkan malah dijadikan objek wisata baru.
Bahkan Balai Kota sendiri bisa menjadi tempat curhatan warga sekaligus juga
menjadi tempat rekreasi bagi keluarga-keluarga disana.
Tapi sekarang lihat Pak,
bagaimana kondisinya. Jakarta semakin jorok, semakin tidak tertata, semakin
tidak kondusif, banjir bisa lama baru surut, jalan-jalan Bapak jadikan tempat
jualan, preman-preman kembali beraksi, pungli-pungli disana-sini, pembangunan
yang sudah berjalan 50% diseberang lautan sana, mau Bapak batalkan dan sia-siakan,
becak yang sudah 30 tahun tidak diperbolehkan, sekarang malah Bapak ijinkan
malahan dibuatkan rute khususnya. Mau jadi apa nantinya Jakarta ini Pak.
Dan terakhir, ketika Anda semakin
menunjukkan bahwa Anda bukan orang yang hebat, terpuji apalagi beretika, ketika
ada prestasi pendahulu Anda, ketika seharusnya bisa meresmikan Flyover Pancoran dibangun sejak November 2016 atau pada
era mantan Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang dikerjakan oleh PT Nindya Karya.
Dimana Flyover yang menghubungkan Jalan MT Haryono dari arah Cawang menuju
Jalan Gatot Subroto dibangun dengan total anggaran Rp114 miliar dengan
panjang 840 meter dan lebar sembilan meter. Seperti yang diberitakan oleh
Akurat.co (15/1).
Kemudian
pengamat Politik dari
Universitas Indonesia, Arbi Sanit, menilai Gubernur DKI
Jakarta Anies Rasyid Baswedan tak menghormati mantan Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
"Anies
tidak menghormati gubernur sebelumnya ya, si Ahok, seharusnya dia meresmikan
sebagai salah satu sosialisasi kepada masyarakat tentang fungsi flyover
itu," kata Arbi kepada AKURAT.CO, Senin (15/1).
Bapak
Arbi lebih lanjut menyatakan bahwa meskipun proyeknya dengan skala kecil, bukan
berarti tidak perlu peresmian. Tapi mudah-mudahan Bapak Anies bisa konsisten
ketika dia membangun dalam skala kecil untuk tidak membuat acara-acara
peresmiannya.
Itulah
model kualitas karakter Bapak saat ini. Semoga rakyat Jakarta bisa semakin maju
kotanya, bahagia rakyatnya. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar