Rabu, 02 Agustus 2017

Erupsi Sinabung Dan Tantangan Pariwisata Karo Ke Depan



sumber gambar : harian SIB


Hari ini Selasa,(2/8) Sinabung kembali menyemburkan awan panas dan disertai gempa guguran sebanyak 19 kali. Menurut ketua Tim Tanggap Darurat Gunung Sinabung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Isadana mengatakan bahwa dari 19 kali semburan awan panas mencapai ketinggian 4,2 km dan jarak luncur awan panasnya hingga 4,5 km.

Semburan abu vulkanik kali ini ternyata tidak terdampak ke kota Brastagi, melainkan ke arah Kota Kabanjahe. Itu berarti abunya tidak terdampak kedaerah dimana kami tinggal saat ini. Dan memang ketika kuamati, debu vulkaniknya tidak sampai ke rumah. Kalau daerah kami tidak sampai berarti kota Medanpun pasti tidak terdampak langsung oleh abu vulkaniknya.

Menelisik lebih jauh, ternyata awal meletusnya Gunung Sinabung di tahun 2010, tepatnya tanggal 27 Agustus 2010 lalu, dan dinyatakan satu orang dilaporkan meninggal karena gangguan pernapasan ketika mengungsi dari rumahnya (sumber). Kemudian vakum selama 3 tahun dan akhirnya meletus lagi di tahun 2013, tepatnya ditanggal 3 September. Ada 2 kali letusan dan mengakibatkan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 km disekitar  gunung tersebut. (sumber). Tepat di awal tahun 2013, aku sudah bermukim  di Sibolangit, 25 km dari Kota Brastagi. Merasakan dampak dari letusan gunung tersebut, menikmati abu vulkaniknya ketika ada letusan terjadi.

Memang ketika banyak abu vulkanik, kita akan kesulitan bernafas, tumbuh-tumbuhan hijau disekitar rumah sudah tampak memutih, dan sekeliling kami juga memutih karena abu vulkanik tersebut. Wajib memakai masker ketika keluar rumah serta mengenakan kacamata. Pedih terasa dimata ketika tidak memakai kacamata dan sesak di dada ketika menghirup udaranya. Pada saat itu, aku juga semakin rutin memperhatikan motorku. Wajib dicuci kalau tidak ternyata abu vulkaniknya bisa merusak mesin motor kita. Menempelnya sangat kesat di mesin-mesin motor itu.

Melihat Potensi Pariwisata Brastagi

Kota Brastagi memiliki banyak objek wisata yang memiliki daya tarik yang sangat kuat, seperti Bukit Gundaling, Kebun Bunga, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, kolam renang termasuk permandian air panasnya, Rumah Tradisional, serta melakukan sejumlah aktivitas seperti menunggang kuda, naik sado, bermain golf hingga menyaksikan kegiatan kebudayaan yang digelar hampir setiap minggunya.
Disamping potensi pariwisatanya yang sangat mumpuni, ternyata pertaniannya sangat baik dan maju. Sayur-sayuran dan buah-buahan selalu meluncur dari daerah ini untuk dikirim ke berbagai daerah untuk didistribusikan. Mulai dari Medan dan sekitarnya, hingga keluar dari Provinsi Sumut dalam pendistribusian hasil pertanian yang dihasilkan.

Tetapi sejak, kejadian erupsinya gunung sinabung, pemkab Karo terutama, dinas pariwisatanya mengalami banyak sekali kemunduran. Dikatakan bahwa “Sebanyak 70 persen tamu yang sudah reservasi kamar akhirnya membatalkan kunjungannya setelah mendengar kabar Gunung Sinabung meletus. Mereka takut terkena dampak letusan gunung meskipun sudah kami jelaskan bahwa lokasi kami aman,’’ Kata Buana Ginting, Manajer Pemasaran Hotel Grand Mutiara, Berastagi, (Minggu (12/9)Sumber Kompas 2010.

Pengunjung biasanya memadati wisata Bukit Gundaling dan jalan-jalannya menuju bukit tersebut biasanya macet, tapi sekarang sepi. Banyak keluhan yang dilontarkan baik oleh pengelola objek wisata, para penjual, tukang parkir, dan beberapa stakeholder lainnya. Dulunya ketika lebaran di tahun 2009, bisa mencapai keuntungan hingga Rp. 1 juta perhari, sedang lebaran di tahun 2010, menyusut tajam tinggal Rp.150.000 sampai Rp.200.000 perhari. Kata Lampoh Pinem (36), penjual makanan dan minuman di bukit Gundaling. Sumber.

Sedang ditahun 2015 lalu, Kepala  Dinas Kebudayaan dan Pariwisata  (Disbudpar) Karo, Dinasti Sitepu, setelah menaikkan status Sinabung menjadi status awas pada 2 Juni 2015, penurunan tingkat kunjungan wisata 50-60%. Angka tersebut didapat berdasarkan pos retribusi ditiap-tiap objek wisata.
“Kondisi ini sudah berulang kali terjadi. Pada saat kegiatan pariwisata mulai bergairah kembali, letusan Sinabung yang membawa material debu vulkanik ke Berastagi langsung menyebabkan calon wisatawan enggan berkunjung. Kita tidak tahu hal ini sampai kapan berlangsung, namun kita harapkan cepat berlalu agar aktivitas perekonomian masyarakat yang bergantung dari sektor pariwiisata tidak terancam,” katanya.(Sumber)

Akhirnya untuk mengurangi kebuntuan dalam sektor pariwisata, diadakan event “Festival Bunga dan Buah Tahun 2017” yang mana acaranya langsung dibuka oleh Gubsu H. Tengku Erry Nuradi Msi. Dimana acaranya dimulai dari tanggal 6 hingga 9 Juli 2017. “Adapun tujuannya selain menjadi sarana hiburan dan pelestarian budaya Karo serta promosi hasil-hasil pertanian Kabupaten Karo, juga untuk menarik minat wisatawan datang,” Kata Bupati Karo, Terkelin Brahmana. (sumber)
Festival bunga dan buah tersebut akan diisi dengan pameran budaya, pariwisata dan ekonomi kreatif, pemilihan putri bunga, karnaval mobil hias, band, tari daerah, lagu daerah, dan tradisi etnis Karo lainnya.

Acara tersebut berjalan sangat baik dan dihadiri hampir ribuan orang setiap harinya. Seluruh kecamatan yang ada di Karo terlibat dan antusias dalam memeriahkan acara tersebut. Mereka menampilkan berbagai potensi masing-masing kecamatan yang bisa ditampilkan pada acara tersebut. Pengunjung juga bukan hanya berasal dari daerah Karo, juga banyak yang berdatangan dari Medan dan sekitarnya.

Tapi satu yang kurang bagus saya lihat, ketika promosi acara ini.  Info akan adanya acara ini  memang saya dapatkan dari media online saat itu. Ketika acara sudah selesai, ternyata spanduk-spanduk besar tentang acara itu baru dipasang di jalan besar yang ada di Sibolangit, sekitar seminggu yang lalu. Acara sudah selesai, baru muncul spanduk-spanduk besar. Apagunanya lagi spanduk tersebut. Seharusnya ketika pemerintah daerah memang sudah sungguh-sungguh menyukseskan acara ini, info seperti spanduk-spanduk besar sudah harus tertempel dimana-mana, supaya bisa menarik semakin lebih banyak orang untuk datang.

Melihat fakta dan data-data tersebut diatas, bagaimana untuk bisa menggairahkan kembali pariwisata yang ada di Karo. Sekarang malah daerah saya, Sibolangit (Kabupaten Deli Serdang) yang mendapatkan untungnya. Sibolangit menjadi tujuan kunjungan para wisatawan. Kalau saya amat-amati, banyak perjalanan yang seharusnya menuju Berastagi (Kab.Karo), sekarang malah mampir ke Sibolangit.

Kembali kepermasalahan Pariwisata yang ada di Brastagi, Karo. Sebenarnya sulit untuk mendapatkan solusi dari permasalahan tersebut. Selain hanya berharap agar gunung Sinabung segera berhenti dari aktivitas batuk-batuknya. Ketika sudah kembali normal, dipastikan geliat objek wisata Brastagi akan kembali bersinar. Sebab memang pada kenyataannya Brastagi itu indah, dan tempatnya sangat menyenangkan untuk dikunjungi. Serta banyak potensi budaya yang begitu mempesona untuk diperhatikan.

Artinya, Kabupaten Karo, khususnya Brastagi, punya potensi mumpuni. Pemerintah punya banyak tools untuk menggerakkannya. Sekarang tinggal berdoa supaya erupsi Gunung Sinabung bisa berhenti dan mengembalikan kejayaan Pariwisata kota Brastagi.

Bravo Brastagi, Bravo Kabupaten Karo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Aspek Ancaman di Hidup Kita dan Covid 19

(Hizkia Bagian satu- Yesaya 36) Siapa yang tidak pernah mendengarkan kata-kata ancaman dalam tiap kehidupan kita? Bisa dipastika...