![]() |
sumber gambar : harian SIB |
Hari ini Selasa,(2/8) Sinabung kembali
menyemburkan awan panas dan disertai gempa guguran sebanyak 19 kali. Menurut
ketua Tim Tanggap Darurat Gunung Sinabung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG) Isadana mengatakan bahwa dari 19 kali semburan awan
panas mencapai ketinggian 4,2 km dan jarak luncur awan panasnya hingga 4,5 km.
Semburan abu vulkanik kali ini
ternyata tidak terdampak ke kota Brastagi, melainkan ke arah Kota Kabanjahe.
Itu berarti abunya tidak terdampak kedaerah dimana kami tinggal saat ini. Dan
memang ketika kuamati, debu vulkaniknya tidak sampai ke rumah. Kalau daerah
kami tidak sampai berarti kota Medanpun pasti tidak terdampak langsung oleh abu
vulkaniknya.
Menelisik lebih jauh, ternyata
awal meletusnya Gunung Sinabung di tahun 2010, tepatnya tanggal 27 Agustus 2010
lalu, dan dinyatakan satu orang dilaporkan meninggal karena gangguan pernapasan
ketika mengungsi dari rumahnya (sumber). Kemudian vakum selama 3 tahun dan
akhirnya meletus lagi di tahun 2013, tepatnya ditanggal 3 September. Ada 2 kali
letusan dan mengakibatkan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 km
disekitar gunung tersebut. (sumber). Tepat
di awal tahun 2013, aku sudah bermukim di Sibolangit, 25 km dari Kota Brastagi.
Merasakan dampak dari letusan gunung tersebut, menikmati abu vulkaniknya ketika
ada letusan terjadi.
Memang ketika banyak abu
vulkanik, kita akan kesulitan bernafas, tumbuh-tumbuhan hijau disekitar rumah
sudah tampak memutih, dan sekeliling kami juga memutih karena abu vulkanik
tersebut. Wajib memakai masker ketika keluar rumah serta mengenakan kacamata. Pedih
terasa dimata ketika tidak memakai kacamata dan sesak di dada ketika menghirup
udaranya. Pada saat itu, aku juga semakin rutin memperhatikan motorku. Wajib dicuci
kalau tidak ternyata abu vulkaniknya bisa merusak mesin motor kita. Menempelnya
sangat kesat di mesin-mesin motor itu.
Melihat Potensi Pariwisata Brastagi
Kota Brastagi memiliki banyak
objek wisata yang memiliki daya tarik yang sangat kuat, seperti Bukit Gundaling,
Kebun Bunga, Taman Hutan Raya Bukit Barisan, kolam renang termasuk permandian
air panasnya, Rumah Tradisional, serta melakukan sejumlah aktivitas seperti
menunggang kuda, naik sado, bermain golf hingga menyaksikan kegiatan kebudayaan
yang digelar hampir setiap minggunya.
Disamping potensi pariwisatanya
yang sangat mumpuni, ternyata pertaniannya sangat baik dan maju. Sayur-sayuran
dan buah-buahan selalu meluncur dari daerah ini untuk dikirim ke berbagai daerah
untuk didistribusikan. Mulai dari Medan dan sekitarnya, hingga keluar dari
Provinsi Sumut dalam pendistribusian hasil pertanian yang dihasilkan.
Tetapi sejak, kejadian erupsinya
gunung sinabung, pemkab Karo terutama, dinas pariwisatanya mengalami banyak
sekali kemunduran. Dikatakan bahwa “Sebanyak 70 persen tamu yang sudah
reservasi kamar akhirnya membatalkan kunjungannya setelah mendengar kabar
Gunung Sinabung meletus. Mereka takut terkena dampak letusan gunung meskipun
sudah kami jelaskan bahwa lokasi kami aman,’’ Kata Buana Ginting, Manajer
Pemasaran Hotel Grand Mutiara, Berastagi, (Minggu (12/9)Sumber Kompas 2010.
Pengunjung biasanya memadati
wisata Bukit Gundaling dan jalan-jalannya menuju bukit tersebut biasanya macet,
tapi sekarang sepi. Banyak keluhan yang dilontarkan baik oleh pengelola objek
wisata, para penjual, tukang parkir, dan beberapa stakeholder lainnya. Dulunya
ketika lebaran di tahun 2009, bisa mencapai keuntungan hingga Rp. 1 juta
perhari, sedang lebaran di tahun 2010, menyusut tajam tinggal Rp.150.000 sampai
Rp.200.000 perhari. Kata Lampoh Pinem (36), penjual makanan dan minuman di
bukit Gundaling. Sumber.
Sedang ditahun 2015 lalu,
Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata (Disbudpar) Karo, Dinasti
Sitepu, setelah menaikkan status Sinabung menjadi status awas pada 2 Juni 2015,
penurunan tingkat kunjungan wisata 50-60%. Angka tersebut didapat berdasarkan
pos retribusi ditiap-tiap objek wisata.
“Kondisi ini sudah berulang kali
terjadi. Pada saat kegiatan pariwisata mulai bergairah kembali, letusan
Sinabung yang membawa material debu vulkanik ke Berastagi langsung menyebabkan
calon wisatawan enggan berkunjung. Kita tidak tahu hal ini sampai kapan
berlangsung, namun kita harapkan cepat berlalu agar aktivitas perekonomian
masyarakat yang bergantung dari sektor pariwiisata tidak terancam,” katanya.(Sumber)
Akhirnya untuk mengurangi
kebuntuan dalam sektor pariwisata, diadakan event “Festival Bunga dan Buah
Tahun 2017” yang mana acaranya langsung dibuka oleh Gubsu H. Tengku Erry Nuradi
Msi. Dimana acaranya dimulai dari tanggal 6 hingga 9 Juli 2017. “Adapun
tujuannya selain menjadi sarana hiburan dan pelestarian budaya Karo serta
promosi hasil-hasil pertanian Kabupaten Karo, juga untuk menarik minat
wisatawan datang,” Kata Bupati Karo, Terkelin Brahmana. (sumber)
Festival bunga dan buah tersebut
akan diisi dengan pameran budaya, pariwisata dan ekonomi kreatif, pemilihan
putri bunga, karnaval mobil hias, band, tari daerah, lagu daerah, dan tradisi
etnis Karo lainnya.
Acara tersebut berjalan sangat
baik dan dihadiri hampir ribuan orang setiap harinya. Seluruh kecamatan yang
ada di Karo terlibat dan antusias dalam memeriahkan acara tersebut. Mereka
menampilkan berbagai potensi masing-masing kecamatan yang bisa ditampilkan pada
acara tersebut. Pengunjung juga bukan hanya berasal dari daerah Karo, juga
banyak yang berdatangan dari Medan dan sekitarnya.
Tapi satu yang kurang bagus saya
lihat, ketika promosi acara ini. Info
akan adanya acara ini memang saya
dapatkan dari media online saat itu. Ketika acara sudah selesai, ternyata
spanduk-spanduk besar tentang acara itu baru dipasang di jalan besar yang ada
di Sibolangit, sekitar seminggu yang lalu. Acara sudah selesai, baru muncul
spanduk-spanduk besar. Apagunanya lagi spanduk tersebut. Seharusnya ketika pemerintah
daerah memang sudah sungguh-sungguh menyukseskan acara ini, info seperti
spanduk-spanduk besar sudah harus tertempel dimana-mana, supaya bisa menarik
semakin lebih banyak orang untuk datang.
Melihat fakta dan data-data
tersebut diatas, bagaimana untuk bisa menggairahkan kembali pariwisata yang ada
di Karo. Sekarang malah daerah saya, Sibolangit (Kabupaten Deli Serdang) yang
mendapatkan untungnya. Sibolangit menjadi tujuan kunjungan para wisatawan. Kalau
saya amat-amati, banyak perjalanan yang seharusnya menuju Berastagi (Kab.Karo),
sekarang malah mampir ke Sibolangit.
Kembali kepermasalahan Pariwisata yang ada di
Brastagi, Karo. Sebenarnya sulit untuk mendapatkan solusi dari permasalahan
tersebut. Selain hanya berharap agar gunung Sinabung segera berhenti dari
aktivitas batuk-batuknya. Ketika sudah kembali normal, dipastikan geliat objek
wisata Brastagi akan kembali bersinar. Sebab memang pada kenyataannya Brastagi
itu indah, dan tempatnya sangat menyenangkan untuk dikunjungi. Serta banyak
potensi budaya yang begitu mempesona untuk diperhatikan.
Artinya, Kabupaten Karo,
khususnya Brastagi, punya potensi mumpuni. Pemerintah punya banyak tools untuk menggerakkannya. Sekarang
tinggal berdoa supaya erupsi Gunung Sinabung bisa berhenti dan mengembalikan
kejayaan Pariwisata kota Brastagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar