![]() |
sumber gambar : taranatika yogyakarta |
Anakku akan menjadi generasi Alpha, sebab dia lahir di tahun 2015
yang lalu. Setelah masaku yang disebut generasi Milenial atau generasi X, dan
adekku yang lahir di tahun 1998 lalu adalah generasi Z, ternyata anakku akan
masuk di generasi Alpha.
Menurut Analisis sosial –cum demograf Mark McCrindle adalah orang
pertama yang menyatakan nama generasi yang lahir di Abad 21 ini. Dengan menyebut
mereka sebagai generasi Alpha. Dimana
Generasi Alpha merupakan anak-anak dari
Generasi Millenial, yang lahir dari tahun 2010. Menurut survei, bahwa sekitar
2,5 juta generasi Alpha lahir setiap
minggunya. Dan diperkirakan pada tahun 2025 akan bengkak menjadi sekitar 2
milliar orang. Di tahun itu berarti mereka sudah menjadi remaja. Kalau anakku
di tahun 2025 dipastikan sudah berumur sepuluh tahun, berada di kelas 4 SD
tentunya.
Generasi Alpha
dinyatakan akan menjadi generasi yang paling terdidik karena kesempatan sekolah
yang lebih banyak, akrab dengan teknologi, paling sejahtera. Alpha akan jadi generasi yang akan
sangat bergantung pada teknologi, melebihi milinial dan Gen Z.
Media sosial tentunya juga akan
semakin berkembang lagi. Bukan hanya tertinggalnya Friendster menjadi Facebook, media sosial seperti Instagram, Twitter, bahkan komunitas
pesan dalam bentuk grup seperti Whatsaap,Line dan Telegram, juga semakin bervariasi. Kita (Generasi Baby Boomer, Gen X,Gen Z) semakin
dimanjakan dengan penggunaan beberapa aplikasi tersebut. Dan pada saat ini,
memang generasi Alpha belum bisa
merasakan manfaat atau kegunaan dari teknologi media sosial tersebut.
Apa yang Harus Kita Lakukan Sebagai Orangtua
Pola pendidikan dengan bermain
bersama-sama dengan anakku, sudah sejak dini kulakukan kepada kedua anakku.
Mengajarkannya berulang-ulang dengan mengenalkannya kepada Tuhan penciptanya,
melalui nyanyian syukur setiap pagi dan doa selalu senantiasa kulakukan. Aku
tidak mau hal-hal lain diluar pengenalannya akan Tuhan yang benar, yang masuk
duluan ke alam bawah sadarnya. Biarlah melalui keceriaan setiap pagi, dan
senang senantiasa, itu yang seharusnya bisa
mereka dapatkan selalu.
Meskipun hal tersebut, mendapatkan
tantangan, karena beberapa permasalahan dalam berumahtangga juga tidak mungkin dielakkan.
Dalam kehidupan berumahtangga tidak mungkin selalu berjalan mulus tanpa ada
persoalan. Tapi kami sepakat, aku dan istri, meskipun kami sedang konflik, berusaha untuk
tidak menampilkannya dihadapan kedua anak kami.
Pengenalannya akan Gadget dan
Media Sosial
Diriku, masih sangat menjaga yang
namanya penggunaan Gadget untuk
dimainkan oleh anakku. Tapi istriku, seakan-akan membolehkannya untuk memegang
dan bahkan memainkan beberapa permainan didalam Gadget tersebut. Tapi akhirnya istriku lebih banyak mengalah
kepadaku, untuk tidak segera memberikan alat tersebut.
Ada perbedaan antara aku dan
istriku ketika memegang gadget. Jika
istriku yang memegang, pastinya anakku yang perempuan, akan berusaha untuk
memohon dan mengambil gadget tersebut
darinya.Tapi jikalau aku yang memegang, dia jarang bahkan tidak pernah untuk
berusaha mengambilnya dari ku. Sebab istriku lebih longgar akan penggunaan Gadget kepada anak yang masih balita.
Aku harus menjaga betul, supaya
seminimal mungkin gadget tersebut
tidak disentuh apalagi dimainkannya. Pas ketika aku melihat dia memegang,
berusaha untuk mengambilnya tidak dengan kekerasan apalagi suara keras,
melainkan dengan nada seperti mau memelas dan sekaligus memberikan pengertian
kepadanya bahwa anak-anak belum boleh memegang HP atau gadget. Dia cepat mengerti dan memang selalu diberikannya kepadaku.
Tapi memang untuk eksistensi
kekinian, juga sekaligus pemuasan akan hidup untuk sekedar diberi jempol, atau
dikomentari, tak jarang akhirnya mengupload foto-foto mereka ke dunia media
sosial. Apalagi istriku yang paling gencar-gencarnya meng-upload foto-foto mereka. Kemudian aku hanya berusaha
mengingatkannya supaya tidak memberikan foto-foto yang terlalu terbuka alias
kategori yang masih wajar dan sopan.
Takutnya ketika terlalu mengekpos
dirinya supaya semakin dikenal banyak orang, ternyata kita sudah memasang jerat
kepadanya. Perlu menjaga dari orang-orang yang punya kelainan, seperti pedofil
dan sejenisnya. Jadi sekarang untuk tidak terlalu banyak foto-foto mereka yang
terupload di media sosial. Pentingnya untuk menjaga mereka dari praktek-praktek
kejahatan yang mungkin bisa timbul dikemudian hari.
Sebagai orangtua, selalu berusaha
memberikan yang terbaik bagi pertumbuhan mereka. Memang sekarang mereka belum
mengerti dunia maya, tapi ada baiknya untuk menetapkan bahwa di tahun
kesekianlah dia baru boleh untuk memulainya. Berusaha untuk menyampaikannya
dengan jelas kepada mereka, dan akhirnya bisa membuat kesepakatan yang akan
mungkin bisa dikerjakan bersama-sama. Antara aku dan anakku.
Adalah bijak sebagai orang tua bisa
melatih anak-anak kita , supaya tidak terlalu cepat mengenal yang namanya dunia
Gadget, apalagi dunia sosial.
Juga belajar untuk tidak terlalu
mengekang kebebasan yang mereka butuhkan. Dan berusaha mengajarkan hidup
bertangungjawab, meskipun dalam skope yang masih kecil. Yakni ketika melakukan kesalahan yang tidak
baik, untuk bisa segera memperbaiki kesalahannya dan akhirnya bisa meminta maaf.
Artinya mereka diajar untuk bisa mengucapkan kata-kata berikut sejak dini,
yakni kata maaf, tolong, dan terimakasih.
Tantangan Media Sosial pada Generasi Alpha dan Tindakan Kita berikutnya.
Generasi alpha adalah generasi yang tentunya bisa membuat banyak perbedaan. Sebab
mereka ternyata adalah orang-orang yang paling melek akan teknologi dan paling
terdidik. Dan pastinya media sosial ditahun-tahun mendatang, akan semakin lebih
dasyat lagi perkembangannya. Juga akan semakin banyak fitur-fitur kemudahan
yang akan dikembangkan, yang pada akhirnya bisa menolong manusia tersebut.
Oleh karena itu, aku membuat
komitmen, ketika usia mereka sudah cukup
matang dan dewasa untuk bisa mengenal dunia media sosial, ataupun perkembangan
teknologi lainnya, aku akan berusaha untuk terus bisa mendampinginya.
Dan hal yang paling utama
kulakukan untuk bisa meminimalisir dampak negatif dari penggunaan media sosial
ataupun teknologi yang ada, adalah dengan berusaha untuk mengenalkan mereka
kepada Tuhan pencipta mereka siapa. Sebab ketika sudah mengenal dengan baik,
akibat dari didikan dan pembiasaan sejak dini, niscaya mereka akan memiliki
karakter yang tangguh dan baik dalam menghadapi seluruh godaan, seluruh masalah
yang mungkin akan menimpa mereka.
Penulis adalah
pemerhati sosial dan pengajar di STT Terpadu PESAT Sibolangit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar